Breaking News

embriorologi bab 4

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1     Hasil Pengamatan Embrio Hewan
Gambar Pengamatan
Gambar literatur
Keterangan
Fetus Kambing







ovfetus kambing
Fetus kambing
(Marjono, 1992)
curunculae kambing
Carunculae kambing
(Marjono, 1992)
amnnion
Amnion
(Marjono, 1992)
1.   Mulut yang  dapat dibuka
2.   Tali pusar atau placenta
3.   Mata yang masih tertutupi oleh selaput
4.   Telinga
5.   Kaki depan dan belakang dengan panjang 6,5 cm
6.   Ekor
7.   Anus
8.   Bentuk carunculae concaf pada kambing
9.   Carunculae merupakan daerah bundar mukosa uterus yang menjulang ke dalam lumen uterus
10.        Cairan amnion mengental menjadi mukoid, membantu pengeluaran fetus pada saat akhir kebuntingan
Embrio Kelinci







Embrio kelinci
(Marjono, 1992)
1.   Embrio sudah melewati masa pembelahan sel
2.   Sudah melewati morula, blastula dan gastrula
3.   Organ pada embrio tersebut belum terbentuk

Embrio marmut









(Anonymous. 2010)
1.      Mata sudah sempurana
2.      Telinga sudah sempurna 
3.      Terdapat cairan amnion
4.       Tipe ziskoidale
Embrio Tikus









(Anonymous. 2010)
1.      Jumlah fetus 10 ekor
2.      Mata belum sempurna
3.      Ekor pendek
4.      Kaki belum sempurna

4.1.1 Pembahasan
Ada beberapa kemungkinan mengapa hewan coba yang kita amati tidak hamil, di antaranya adalah hewan coba yang kita beli belum mencapai fase estrus, jadi meskipun seandainya ada jantan yang akan berkopulasi, maka hewan tersebut tidak hamil, tidak ada spermatozoa yang membuahi, jadi ketika ovum yang sudah siap dibuahi (matur) dan ternyata tidak ada spermatozoa yang membuahi, maka hewan tersebut tidak akan hamil, kualitas sperma, jadi meskipun ada ovum yang sudah matang yang siap dibuahi dan terdapat juga spermatozoa yang di kopulasikan, namun ketika kualitas sperma jelek maka dia tidak akan mampu membuahinya (Suntoro, 1990).

4.1.1.1 Embrio Kelinci
Embrio pada hewan coba kelinci terlihat belum membentuk organisasi tetapi disini dapat dikatakan bahwa embrio ini telah melewati masa-masa sel. Umur pada embrio hewan coba kelinci ini diperkirakan mencapai 1 minggu. Embrio ini sudah melewati masa morulla, blastula, dan grastula.
Morulla yang terdiri dari 16 sel terbentuk 2,5 hari setelah fertilisasi. Pada hari kehamilan ke-3 morulla turun ke dalam uterus. Mula-mula berbentuk morulla, yaitu semacam gumpalan buah anggur diselaputi zona pellucida. Morulla tumbuh menjadi blastula (blastocyst), setelah membentuk rongga yang berisi cairan di dalamnya (Adnan, 2007).
Setelah sel-sel morulla mengalami pembelahan terus-menerus maka akan terbentuk rongga di tengah. Rongga ini makin lama makin besar dan berisi cairan. Embrio yang memiliki rongga disebut blastula, rongganya disebut blastocoel, proses pembentukan blastula disebut blastulasi. Pembelahan hingga terbentuk blastula ini terjadi di oviduk dan berlangsung selama 5 hari. Selanjutnya blastula akan mengalir ke dalam uterus. Setelah memasuki uterus, mula-mula blastosis terapung-apung di dalam lumen uteus. Kemudian, 6-7 hari setelah fertilisasi embrio akan mengadakan pertautan dengan dinding uterus untuk dapat berkembang ke tahap selanjutnya. Peristiwa terpautnya antara embrio pada endometrium uterus disebut implantasi atau nidasi. Implantasi ini telah lengkap pada 12 hari setelah fertilisasi (Yatim, 1990).
Blastulasi dimulai di dalam uterus, ketika morula terdiri atas 32-64 sel. Diantara sel-sel morula terbentuk rongga yang disebut blastocoel. Kelompok sel-sel pada kutub animal disebut Inner Cell Mass, akan berkembang menjadi embrio selanjutnya. Lapisan sel-sel tunggal yang mengelilingi blastocoel disebut trofoblas, akan berkembang menjadi selaput-selaput ekstraembrio. Blastula Mammalia disebut blastokista. Blastokista berada bebas dalam cairan di lumen uterus sambil mempersiapkan diri untuk berimplantasi. Pada hari kehamilan ke-4 dan ke-5 blastokista mulai berimplantasi dalam endometrium uterus. Implantasi telah lengkap pada hari kehamilan ke-6. Segera setelah implantasi, embrio memasuki tahap gastrulasi, neurulasi dan organogenesis (Kholil, 2009).
Gastrulasi merupakan pertumbuhan yang terjadi setelah blastula. Pada tingkat ini terjadi proses dinamisasi daerah-daerah bakal pembentuk alat pada blastula, diatur dan dideretkan sesuai dengan bentuk tubuh sepesies yang bersangkutan. Istilah gastrula berasal dari kata gastrum atau gaster (lambung), karena pada fase ini akan terjadi proses pertumbuhan yang kelak akan menjadi saluran pencernaan (Yatim, 1996).
Mengiringi proses gastrulasi disebut proses tubulasi. Proses tubulasi terjadi mulai dari daerah kepala sampai ekor, kecuali mesoderm, yang hanya berlangsung di daerah truncus embrio. Sementara pada saat tubulasi berlangsung, maka embrio pun menjadi lebih besar serta bertambah panjang dan akan mengahasilkan tubuh yang berbentuk batang yang merupakan ciri dari Chordata (Sugiono, 1996).
Diferensiasi berlangsung pada jaringan embrio awal. Di sini berlaku daur sel. Sel muda yang bersifat pluripotent atau totipotent setelah mengalami diferensiasi akan menjadi sel dewasa unipotent, yaitu yang mengalami satu macam  struktur dan aktivitas. Diferensiasi ini berlangsung sejak zygote, yakni setelah terjadi fertilisasi, dan berakhir pada tingkat organogenesis (Sadler, 1988).
Organogenesis disebut juga dengan morphogenesis. Pada periode ini embrio akan memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spesies, pada masa ini juga akan mengalami penyelesaian pertumbuhan jenis kelamin, watak (karakter psikis dan fisik) serta roman atau wajah yang khusus bagi setiap individu (Sugiono, 1996).

4.1.1.2 Embrio Kambing
Embrio pada kambing terlihat sangat jelas. Mulut pda embrio ini sudah dapat dibuka, tetapi matanya masih tertutupi oleh selaput sehingga belum terbentuk adanya kelopak mata. Telinga pada embrio in mencapai panjang 2 cm. Kulitnya masih sangat licin dan disini juga terlihat jelas adanya ekor, anus dan penis. Pada embrio ini juga terdapat tali pusar. Dengan panjang kaki depan 6,5 cm dan panjang kaki belakang 11 cm. Plasenta pada embrio ini bertipe kotiledon dan vili pada pembungkus fetus berkelompok berupa bercak-bercak atau berupa pentolan-pentolan di antara korion. Selaput atau kantong fetus terdiri atas kantong Amnion, kantong Yolk, kantong Allaritois dan kantong Chorion.
Carunculae pada kambing berbentuk concaf dan merupakan daerah bundar mukosa uterus yang menjulang ke dalam lumen uterus, jumlahnya mencapai 90 sampai 100 dan ukurannya berbeda tergantung pada jenis spesies (Toelihere, 1993).
Lama kebuntingan ditentukan secara genetik walaupun dapat dimodifiser oleh faktor-faktor maternal, foetal dsan lingkungan. Faktor maternal meliputi umur induk mempengaruhi lama kebuntingan pada berbagai jenis hewan. Suatu perpanjangan selama 2 hari dari lama kebuntingan normal terjadi pada domba berumur 8 tahun. Faktor-faktor foetal meliputi suatu hubungan terbalik antara lama kebuntingan dan besar litter. Kelamin foetus mungkin pula menentukan lama kebuntingan. Kelamin dan besar foetus mungkin mempengaruhi lama kebuntingan dengan mempercepat initiasi kelahiran. Faktor-faktor genetik meliputi perbedaan-perbedaan kecil mengenai lama kebuntingan yang terdapat dalam bangsa-bangsa ternak yang dapat disebabkan oleh faktor genetik. Perbedaan masa kebuntingan antara domba tipe daging dan berbagai tipe woll telah diperkirakan bahwa dipengaruhi oleh faktor genetik. Lingkungan fisik meliputi pada domba tingkatan makanan mempengaruhi lama kebuntingan. Tingkatan makanan rendah memperpanjang masa kebuntingan (Toelihere, 1993).
Plasenta dapat di anggap sebagai suatu homograft, karena secara genetik ia berbeda dari hewan induk. Walaupun ia bersatu secara intim dengan jaringan induk ia tidak ditolak sampai kelahiran, suatu periode yang cukup lama untuk berlangsungnya suatu reaksi hormonal dari homograft tersebut (Mukayat, 1984).
Selama permulaan masa kebuntingan plasenta bertambah besar melalui ploriferasi aktif dari sel-sel trophoblast. Selama pertengahan kebuntingan plasenta mencapai ukurannya yang hampir maksimum yang bertepatan dengan pertumbuhan cepat foetus dan sesudah itu akan menetap relatif konstan. Untuk memungkinkan terjadinya pertukaran fisiologik secara maksimal, daerah permukaan plasenta diperluas baik oleh pelipatan komponen atau oleh pertautan intim antara villi chorion dengan crypta endometrium. Suatu perluasan daerah lebih lanjut terjadi oleh adanya mikrovilli bersama yang bercabang-cabang (Toelihere, 1993).
Selaput ekstra embrional berdifferensiasi menjadi amnion, allantois dan serosa. Amnion menyelubungi fetus. Serosa selaput paling luar berkontak dengan endometrium. Terletak antara amnion dan chorion, allantois bersambung dengan ujung anterior kantong air seni. Bagian dalam allantois bersatu dengan amnion, bagian luarnya berfusi dengan serosa. Dengan fusi ini buluh-buluh darah foetal pada allantos erat berhadap-hadapan dengan arteriae yang terletak di dalam jaringan ikat antara allantois dan chorion. Buluh ini penting untuk pertukaran darah antara foetus dengan plasenta (Sudarwati, 1993).
Tipe dari plasenta pada embrio kambing adalah kotoledon. Cotyledon pada chorioallantois bertaut pada carunculae oleh villi yang menyelusup masuk ke dalam carunculae dan bersama-sama membentuk placentom. Akan tetapi tidak semua carunculae bercampur dengan villi allantochorion. Selama kebuntingan placentom membesar beberapa kali lebih besar daripada diametere asalnya. Placentom yang terletak di tengah uterus bunting berkembang menjadi lebih besar daripada dibagian ujung uterus. Selama pertumbuhan ini mereka berubah bentuk dari datar menjadi bulat seperti jamur yang kecuali untuk suatu daerah sekeliling pediculus, seluruhnya diselubungi oleh chorioallantois (Susilowati, 1989).
Villi chorionok terdiri dari inti mesenkim vaskuler di bagian dalam di kelilingi oleh sel trophoblastik yang berbentuk kubus dan sel-sel raksasa binuclear. Selama permulaan kebuntingan villi menjadi langsing kemudian menebal dan menjadi pendek pada akhir kebuntingan (Iksan, 1992).
Tiga fungsi utama plasenta adalah pengangkutan, penyimpanan dan biosintesa. Oleh karena iu kebuntingan terutama merupakan suatu proses anabolik. Darah foetus dan induk tidak pernah berkontak secara langsung. Namun demikian, kedua sirkulasi tersebut cukup dekat pada pertemuan chorion dan endometrium sehingga oksigen dan zat-zat makanan dapat merembes dri darah induk ke darah foetus dan produktersisa disalurkan melalui arah yang berlawanan (Nalbandov, 1990).
Plasenta mengandung tiga macam enzim yaitu enzim yang bekerja dalam aktivitas seluler secara rutin, enzim yang mengkataliser reaksi yang perlu untuk pengangkutan aktif dan enzim yang berkecimpung dalam aktivitas khusus seperti biosintesa hormon steroid (Novian, 1994).
Embrio dikelilingi dan dilindungi oleh cairan amnion yang terdapat di dalam selaput amnion. Seterusnya selaput amnion dikelilingi oleh cairan allantois yang terdapat di dalam selaput allantois. Satu fungsi cairan amnion adalah menyediakan suatu medium cair didalam dimana embrio akan dapat berkembang bebas dari goncangan dan benturan karena tertekan oleh struktur padat disekelilingnya. Cairan amnion dan allantois bersifat agak basa dan mengandung protein, lemak, glukosa, fruktosa dan garam anorganik (Junquiera, 1980).
Kriteria untuk menentukan umur embrio dan foetus adalah waktu kopulasi dan ovulasi, atau berat dan panjang foetus, suatu pengukuran yang di ambil dari ujung hidung sampai ke ujung ekor melalui punggung pada suatu dataran sigittal (Partodihardjo, 1992).
Ukuran foetus secara genetik ditentukan oleh komplemen gennya sendiri, komplemen gen induk dan kompetisi intrauterin dengan foetus lain. Kontribusi genetik maternal dalam variabilitas ukuran foetus jauh lebih besar daripada kontribusi paternal. Pada kenyataannya telah diperkirakan bahwa 50-75 % variabilitas dalam berat lahir ditentukan oleh faktor maternal (Toelihere, 1979).
Besar induk mempunyai korelasi positif dengan pertumbuhan prenatal, lebih besar lebih cepat. Apabila induk berasal dari bangsa besar maka akan menghasilkan  anak yang besar pula. Masa kebuntingan kambing relatif panjang dimana jaringan induk bersaing dengan pertumbuhan foetus untuk periode yang lebih lama sehingga lebih efektif mengontrol besar foetus (Yatim, 1996).
Dibawah ini adalah tabel tempo tingkat-tingkat pembelahan pada Mammalia dari hitungan jam (Tenzer. 2001) :
IMG_0001








4.1.1.3 Embrio Tikus
Embrio pada tikus sangat jelas. Mulut pada embrio ini sudah dapat dibuka, tetapi matanya masih tertutupi oleh selaput sehingga belum terbentuk adanya kelopak mata. Kulitnya masih sangat licin dan disini juga terlihat jelas adanya ekor, anus dan penis. Pada embrio ini juga terdapat tali pusar. Dan terdapat kaki belakang dengan panjang 4,5 cm  Plasenta pada embrio ini bertipe kotiledon dan vili pada pembungkus fetus berkelompok berupa bercak-bercak atau berupa pentolan-pentolan di antara korion. Selaput atau kantong fetus terdiri atas kantong Amnion, kantong Yolk, kantong Allaritois dan kantong Chorion.
Setelah sel-sel morulla mengalami pembelahan terus-menerus maka akan terbentuk rongga di tengah. Rongga ini makin lama makin besar dan berisi cairan. Embrio yang memiliki rongga disebut blastula, rongganya disebut blastocoel, proses pembentukan blastula disebut blastulasi. Pembelahan hingga terbentuk blastula ini terjadi di oviduk dan berlangsung selama 5 hari. Selanjutnya blastula akan mengalir ke dalam uterus. Setelah memasuki uterus, mula-mula blastosis terapung-apung di dalam lumen uteus. Kemudian, 6-7 hari setelah fertilisasi embrio akan mengadakan pertautan dengan dinding uterus untuk dapat berkembang ke tahap selanjutnya. Peristiwa terpautnya antara embrio pada endometrium uterus disebut implantasi atau nidasi. Implantasi ini telah lengkap pada 12 hari setelah fertilisasi (Yatim, 1990).
Blastulasi dimulai di dalam uterus, ketika morula terdiri atas 32-64 sel. Diantara sel-sel morula terbentuk rongga yang disebut blastocoel. Kelompok sel-sel pada kutub animal disebut Inner Cell Mass, akan berkembang menjadi embrio selanjutnya. Lapisan sel-sel tunggal yang mengelilingi blastocoel disebut trofoblas, akan berkembang menjadi selaput-selaput ekstraembrio. Blastula Mammalia disebut blastokista. Blastokista berada bebas dalam cairan di lumen uterus sambil mempersiapkan diri untuk berimplantasi. Pada hari kehamilan ke-4 dan ke-5 blastokista mulai berimplantasi dalam endometrium uterus. Implantasi telah lengkap pada hari kehamilan ke-6. Segera setelah implantasi, embrio memasuki tahap gastrulasi, neurulasi dan organogenesis (Kholil, 2009).

4.1.1.4 Embrio Marmut
Dari hasil pengamatan kami embrio marmut mempunyai panjang fetus 10,5 cm, panjang kaki depan 4 cm, panjang kaki belakang 5 cm dan panjang telinga 1,5 cm. Dan jumlah fetus 3 ekor.  Mata sudah sempurna, telinga sudah sempurna. Pada mamrmut ini mempunyai tipe embrio zikodale yaitu
Pada mamut Perkembangan embrio mamalia dapat dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu tahap praimplantasi, tahap organogenesis dan tahap fetogenesis. Dari segi toksikologi perkembagan ketiganya mempunyai kepekaan yang berbeda-beda (Ngatidjan, 1991).
1.      Tahap praimplantasi dimulai dari fertilisasi, pembelahan awal (cleavage), blastulasi hingga gastrulasi awal. Karena pada tahap ini diferensiasi sel belum berlanjut, apabila satu atau sekelompok sel rusak oleh gangguan agensia toksis masih memungkinkan bagi sel-sel sehat di sekitarnya membelah dan menggantikan posisi dan peran sel rusak tadi. Dengan demikian embrio pulih dan perkembangan dapat berlanjut tanpa ada efek gangguan yang menetap. Sebaliknya apabila embrio tidak dapat mentoleransi kerusakan itu maka embrio tidak dapat melanjutkan perkembangannya dan mati. Maka dari itu efek gangguan agensia toksis pada embrio pada tahap praimplantasi tidak akan menyebabkan kelainan perkembangan.
2.      Berbeda dengan itu, apabila efek suatu agensia toksis menimpa embrio pada tahap organogenesis, yaitu ketika pembentukan organ-organ sedang giat-giatnya berlangsung, jadi perkembangan organ dapat terganggu dan mungkin akan terjadi kecacatan ketika waktu akan lahir.
3.      Apabila efek agensia toksis menimpa embrio ketika sebagian besar organ-organ telah terbentuk (pada tahap ini embrio disebut fetus (fetogenesis)) dan fetus tinggal melanjutkan pertumbuhan organ-organ itu, maka manifestasi gangguan seperti ini jarang terjadi adanya kecacatan melainkan berupa hambatan pertubuhan dan gangguan fungsi. Dengan demikian terdapat 4 kelompok wujud gangguan perkembangan embrio, yaitu kematian, kecacatan, hambatan pertumbuhan dan gangguan fungsi (Ngatidjan, 1991).

           Sel yang pertama pada marmut maupun mencit terjadi 24 jam (1 hari) setelah pembuahan. Pembelahan terjadi secara cepat di dalam oviduk dan berulang-ulang. Menjelang hari ke 2 setelah pembuhan embrio sudah berbentuk morula 16 sel. Bersamaan dengan pembelahan, embrio bergulir menuju uterus. Menjelang hari ke 3 kehamilan embrio telah masuk ke dalam uterus, tetapi masih berkelompok-kelompok. Pada akhirnya embrio akan menyebar di sepanjang kandungan dengan jarak yang memadai untuk implantasi dengan ruang yang cukup selama masa pertumbuhan (Rugh,1971).
Sistem pembelahan telur mencit dan marmot adalah holoblastik. Segmentasi pertama terjadi di dalam ampula oviduk, sekitar 24 jam setelah fertilisasi, pembelahan berlanjut selama 2-3 hari. Morula yang terdiri dari 16 sel terbentuk 2,5 hari setelah fertilisasi. Pada hari kehamilan k3-3 morula turun ke dalam uterus (Muchtarromah,2007).
Blastulasi dimulai di dalam uterus, ketika morula sudah terdiri dari 32-64 sel. Di antara sel-sel morula terbentuk rongga yang disebut blastocoel. Kelompok sel-sel pada kutub animal disebut inner cell mass, yang mana akan berkembang menjadi embrio selanjutnya. Lapisan sel-sel tunggal yang mengelilingi blastocoel disebut trofoblas, yang mana akan berkembang menjadi selaput-selaput ekstraembrio. Blastula mencit dan marmot disebut blastokista. Blastokista ini berada bebas dalam cairan di lumen uterus sambil mempersiapkan diri untuk berimplantasi (Muchtarromah,2007).
Tahap pembelahan (diakhir) akan terbentuk blastula. Blastula akan membentuk massa sel sebelah dalam (ICM) dan tropectoderm yang akan berkembang menjadi plasenta. ICM akan berkembang menjadi hipobals dan epiblas, dinama epibalas akan berkembang menjadi embrio sedangkan hipobalas akan berkembang menjadi selaput ekstra embrio (Sperber,1991).
Menurut Rugh (1971) blastomer akan terimplantasi pada hari ke 4 kehamilan dan berakhir pada hari ke 6 kehamilan.  Kemudian diikuti dengan proses gastrulasi, yakni adanya perpindahan sel dan diferensiasi untuk menbentuk lapisan ektoderm, mesoderm dan endoderm. Akhir tahap perkembangan adalah proses pembentukan organ dari lapisan ektoderm, mesoderm, endoderm dan derivat-derivatnya.

4.2     Hasil Pengamatan embrio Telur
Berdasarka hasil pengamtan yang telah kami lakukan dengan memakai telut horn, ayam kampung dan telur bebek dan telur angsa sebagai kontrol maka didapat hasil sebagai berikut :
Gambar pengamatan
Gambar literature















embrio 5

(Anonymous, 2009)
Gambar pengamatan
Gambar literature












embrio 6

















(Anonymous, 2009)

4.1  Pembahasan
Berdasarkan data hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap telur ayam horn , telur ayam kampung, dan telur bebek dan telur angsa sebagai kontrol dengan peralkuan yang berbeda maka diperoleh perbedaan-perbedaan yang jelas terhadap ukuran, bentuk, dan kekentalannya anatara lain sebagai berikut :

4.2.1 Telur Ayam Horn
Berdasarkan data hasil pengamatan pada praktikum kali ini yaitu pada perlakuan 370C memilki panjang 5,5 cm, diameter 7,5 cm, dan berat telurnya 56,96 gram. Pada bentuk anatomi dari telur ayam horn ini albumin atau putih telurnya putih encer dan kami tandai dengan (-), kuning telurnya kental tidak ada perubahan dan sama seperti pada saat sebelum perlakuan yang kami tandai dengan (++). Memilki rongga udara yang besar, terletak pada ujung telur yang menumpul.
Pada telur horn dengan perlakuan 300C tidak ditemukan karena pada telur horn dengan suhu 300C pecah sehingga kami tidak bias mengamati telur tersebut.
Pada  telur dengan suhu perlakuan 270C memilki panjang cm, diameter 7 cm, dan berat telurnya 61.75 gram dan mempunyai keliling 14. Pada bentuk anatomi dari telur ayam horn ini albumin atau putih telurnya putih agak encer dan kami tandai dengan (-), kuning telurnya kental tidak ada perubahan dan sama seperti pada saat sebelum perlakuan yang kami tandai dengan (++). Memilki rongga udara yang besar, terletak pada ujung telur yang menumpul.
pada  telur dengan suhu perlakuan 250C memilki panjang cm, diameter 7,1 cm, dan berat telurnya 60.9 gram dan mempunyai keliling 14,2. Pada bentuk anatomi dari telur ayam horn ini albumin atau putih telurnya putih agak encer dan kami tandai dengan (-), kuning telurnya kental tidak ada perubahan dan sama seperti pada saat sebelum perlakuan yang kami tandai dengan (++). Memilki rongga udara yang besar, terletak pada ujung telur yang menumpul.
Dari data pengamatan dapat kami sajikan berupa tabel sebagai berikut :
Telur Horn  
Perlakuan
Panjang
Diameter
Berat
Keliling
 Keterangan
370C




5,5 cm
7,5 cm
56,9
gram
15
-   Putih telur agak encer (-)
-   Kuning telur  kental (++)
Rongga udara kecil
Telur Horn  
Perlakuan
Panjang
Diameter
Berat
Keliling
 Keterangan
270C




cm
7cm
61,75
gram
14
-   Putih telur agak encer (-)
-   Kuning telur  kental (++)
Rongga udara kecil

Telur Horn  
Perlakuan
Panjang
Diameter
Berat
Keliling
 Keterangan
250C




cm
7,1 cm
60,9
gram
14,2
-   Putih telur agak encer (-)
-   Kuning telur  kental (++)
Rongga udara kecil

Ket : 1. Putih telur                                                2. Kunin telur
(-) agak encer                                         (+) agak kental
(--) encer                                                  (++) kental
(---) sangat encer                                    (+++) sangat kental
                        
Hasil analisa kami sesuai dengan pernyataan Partodiharjo (1991), bahwa Proses pembelahan sel berlangsung secara terus menerus ketika pasca berselangnya spermatozoa masuk dalam sel ovum. Proses pembelahan dapat diketahui, bahwa pada saat zona pellucida membelah mencapai umlah 32 buah, maka disebut dengan morulla. Di dalam morulla terdapat ruangan yang nantinya bertugas menyimpan cairan yang disebut dengan blastocoel, sedangkan embrionya yang dalam fase ini disebut dengan blastocyte. Jika blastocoel telah terbentuk, maka seolah-oleh tubuh terbagi dua, karena ada bagian sel yang tumbuh membentuk sel-sel tipis di bagian permukaan yang menyelubungi hampir diseluruh tubuh blastocoel.
Menurut Rasyaf (2007), telur normal merupakan telur yang oval, bersih dan kulitnya mulus. Sedangkan telur yang abnormal misalnya ukurannya kecil atau terlalu besar, kulitnya retak atau keriting, bentuknya lonjong, telur lunak dan kotor terkena litter atau tinja ayam, terutama telur yang kotor yang terkena tinja langsung sisihkan.
Mengiri brastula tadi disebut dengan gastrula yaitu merupakan pertumbuhan yang terjadi setelah blastula. Pada tingkat ini terjadi proses dinamisasi daerah-daerah bakal pembentuk alat pada blastula, diatur dan dideretkan sesuai dengan bentuk tubuh sepesies yang bersangkutan. Istilah gastrula berasal dari kata gastrum atau gaster (lambung), karena pada fase ini akan terjadi proses pertumbuhan yang kelak akan menjadi saluran pencernaan (Mozes, 1982).

4.2.2 Telur Ayam Kampung
Berdasarkan hasil pengamatan pada telur ayam kampung dengan perlakuan 370C di dapat hasil yaitu memilki panjang 5 cm, diameter telur 6,5 cm, dan dengan berat telur 38,17 gram dan keliling 13. Setelah pengamatan secara morfologi  kami melakukan pengamatan secara anatomi dengan memecah telur maka kami dapat data yaitu pada putih telur atau albuminnya berwarna putih dan agak encer yang kami tandai (-), dan untuk kuning telurnya berwarna kuning terang dan agak kental dengan tanda (+), bentuk tidak berubah dan tidak hancur, sedangkan pada rongga udara bentuknya relatif kecil. data yang kami dapat ini merupaka pengaruh dari perlakuan yang kurang maksimal, hal ini dikarenakan kardus yang kami pakai tidak tertutup rapat sehingga pemanas yang memakai lampo dop 10 watt tidak dapat menyebar merata, karena faktor inilah yang membuat telur yang diinkubator hanya putih telurnya yang mengalami perubahan. Selain itu juga proses penetasan dengan alat bantu tanpa proses penetasan melalui induk ini relatif lebih lama. Proses penetasan ini  Jika penetasan tanpa menggunakan induk maka telur ayam kampung  membutuhkan 21 hari dan suhu 33-35° untuk menetas.
Pada pengamatan telur ayam kampung dengan perlakuan 270didapat hasil yaitu memilki 5 cm, diameter telur 6,5 cm, dan dengan berat telur 38,41 gram dan keliling 14. Setelah pengamatan secara morfologi  kami melakukan pengamatan secara anatomi dengan memecah telur maka kami dapat data yaitu putih agak encer dengan tanda (-)dan kuning telur sangat kental dengan tanda (+++), sedangkan pada rongga udara bentuknya relatif kecil.hal ini dikarenakan pemanasan dlam inkubator terlalu tinggi sehingga antara putih dan kuning telur mbercampur dan menimbulkan bau yang kurang enak dari pada telur normal.
Pada pengamatan telur ayam kampung dengan perlakuan 250didapat hasil yaitu memilki 7 cm, diameter telur 7 cm, dan dengan berat telur 40,49 gram dan keliling 14,2. Setelah pengamatan secara morfologi  kami melakukan pengamatan secara anatomi dengan memecah telur maka kami dapat data yaitu putih agak encer dengan tanda (-)dan kuning telur kental dengan tanda (++), sedangkan pada rongga udara bentuknya relatif kecil.hal ini dikarenakan pemanasan dlam inkubator terlalu tinggi sehingga antara putih dan kuning telur mbercampur dan menimbulkan bau yang kurang enak dari pada telur normal.
            Berikut merupakan hasil dari pengamatan pada ayam kampung yang kami sajikan berupa tabel :
Telur Ayam Kampung  
Perlakuan
Panjang
Diameter
Berat
Keliling
 Keterangan
370C




cm
6,5 cm
38,17
gram
13
-   Putih tidak encer (-)
-   Kuning telur  agak kental (+)
Rongga udara kecil

Perlakuan
Panjang
Diameter
Berat
Keliling
 Keterangan
270C




cm
6,5 cm
38,41
gram
13
-   Putih tidak encer (-)
-   Kuning telur  agak kental (+++)
Rongga udara kecil


Perlakuan
Panjang
Diameter
Berat
Keliling
 Keterangan
250C




cm
cm
40,49
gram
14
-   Putih tidak encer (-)
-   Kuning telur   kental (++)
Rongga udara kecil
Ket : 1. Putih telur                                                2. Kunin telur
(-) agak encer                                         (+) agak kental
(--) encer                                                  (++) kental
(---) sangat encer                                    (+++) sangat kental

Menurut Rasyaf (2007), telur normal merupakan telur yang oval, bersih dan kulitnya mulus. Sedangkan telur yang abnormal misalnya ukurannyakecil atau terlalu besar, kulitnya retak atau keriting, bentuknya lonjong, telur lunak dan kotor terkena litter atau tinja ayam, terutama telur yang kotor yang terkena tinja langsung sisihkan.
Telur yang normal mempunyai berat 57,6 gram dengan volume sebesar 63 cc dan bersih. Klasifikasi telur bibagi atas empat kualitas, yaitu kualitas AA, kualitas A, kualitas B, dan kualitas C. Penilaian ini berdasarkan pada kulit telur, celah udara did aalm telur, putih telur, dan kuning telurnya. Untuk menilai bagian dalam telur sudah pasti harus ada telur yang dipecahkan (Rasyaf, 2007).
Menurut Muchtaromah (1991), Segala kebutuhan perkembangan embrio di atas memperoleh nutrisi makananan dari induknya melalui pembentukan plasenta. Pembentukan plasenta dimulai pada hari kehamilan yang ke-8,5. Plasenta adalah tenunan tubuh embrio dari hewan induknya, yang terjalin pada waktu tumbuhnya embrio untuk keperluan penyaluran makanan dari induk kepala anak dan zat buangan dari anak ke induk. Plasenta ini berfungsi :
1.    Sebagai paru-paru untuk keluar masuknya gas pernafasan.
2.    Sebagai usus untuk mengapsropsi bahan makanan.
3.    Sebagai ginjal untuk membuang ampas metabolisme janin
4.    Menghasilkan zat untuk memelihara pertumbuhan janin. 
Telur yang normal mempunyai berat 57,6 gram dengan volume sebesar 63 cc dan bersih. Klasifikasi telur bibagi atas empat kualitas, yaitu kualitas AA, kualitas A, kualitas B, dan kualitas C. Penilaian ini berdasarkan pada kulit telur, celah udara did aalm telur, putih telur, dan kuning telurnya. Untuk menilai bagian dalam telur sudah pasti harus ada telur yang dipecahkan (Rasyaf, 2007).
Tenzer (2003) mengatakan bahwa, diferensiasi berlangsung pada jaringan embrio awal. Di sini berlaku daur sel. Sel muda yang bersifat pluripotent atau totipotent setelah mengalami diferensiasi akan menjadi sel dewasa unipotent, yaitu yang mengalami satu macam  struktur dan aktivitas. Diferensiasi ini berlangsung sejak zygote, yakni setelah terjadi fertilisasi, dan berakhir pada tingkat organogenesis.
Sementara sel morulla terus mengalami pembelahan, sehingga sampai terbentuklah ruangan yang menyerupai rongga, rongga ini berada di tenga, atau pada ayam di bawah germinal disc. Rongga ini makin lama makin besar dan berisi cairan dalam fase ini disebut dengan blastula (Yatim, 1994).
Mengiringi proses gastrulasi disebut proses tubulasi. Proses tubulasi terjadi mulai dari daerah kepala sampai ekor, kecuali mesoderm, yang hanya berlangsung di daerah truncus embrio. Organogenesis disebut juga dengan morphogenesis. Pada priode ini embrio akan memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spesies, pada masa ini juga akan mnegalami penyelesaian pertumbuhan jenis kelamin, watak (karakter psikis dan fisik) serta roman atau wajah yang khusus bagi setiap individu (sugiono, 1996)

4.2.3        Telur Bebek
Pada pengamatan telur ayam bebek dengan perlakuan 300didapat hasil yaitu memilki 5,8 cm, diameter telur 7,15 cm, dan dengan berat telur 60,18 gram dan keliling 14,3. Setelah pengamatan secara morfologi  kami melakukan pengamatan secara anatomi dengan memecah telur maka kami dapat data yaitu putih kental dengan tanda (++) dan kuning telur sangat kental dengan tanda (+++), sedangkan pada rongga udara bentuknya relatif kecil.hal ini dikarenakan pemanasan dlam inkubator terlalu tinggi sehingga antara putih dan kuning telur mbercampur dan menimbulkan bau yang kurang enak dari pada telur normal.
Pada pengamatan telur ayam kampung dengan perlakuan 250didapat hasil yaitu memilki 5,5 cm, diameter telur 7,5 cm, dan dengan berat telur 48,08 gram dan keliling 15. Setelah pengamatan secara morfologi  kami melakukan pengamatan secara anatomi dengan memecah telur maka kami dapat data yaitu putih kental dengan tanda (++) dan kuning telur sangat kental dengan tanda (+++), sedangkan pada rongga udara bentuknya relatif kecil.hal ini dikarenakan pemanasan dlam inkubator terlalu tinggi sehingga antara putih dan kuning telur mbercampur dan menimbulkan bau yang kurang enak dari pada telur normal.
            Pada Suhu 370 dan pada suhu 270 telur tidak bias diamati karena telur yang akan kita amati pecah.
Berikut merupakan hasil dari pengamatan pada ayam kampung yang kami sajikan berupa tabel :
Telur Bebek
Perlakuan
Panjang
Diameter
Berat
Keliling
 Keterangan
300C




5,8 cm
7,15 cm
60,18
gram
14,3
-   Putih telur kental (++)
-   Kuning telur  sangat kental (+++)
Rongga udara kecil

Perlakuan
Panjang
Diameter
Berat
Keliling
 Keterangan
250C




5,5 cm
7,5 cm
48,08
gram
15
-   Putih telur kental (++)
-   Kuning telur  sangat kental (+++)
Rongga udara kecil
Ket : 1. Putih telur                                                2. Kunin telur
(-) agak encer                                         (+) agak kental
(--) encer                                                  (++) kental
(---) sangat encer                                    (+++) sangat kental

                 Menurut Rasyaf (2007), telur normal merupakan telur yang oval, bersih dan kulitnya mulus. Sedangkan telur yang abnormal misalnya ukurannya kecil atau terlalu besar, kulitnya retak atau keriting, bentuknya lonjong, telur lunak dan kotor terkena litter atau tinja ayam, terutama telur yang kotor yang terkena tinja langsung sisihkan.
4.2.4 Telur Angsa
Pada pengamatan telur angsa dengan perlakuan 370didapat hasil yaitu memilki 11 cm, diameter telur 9,5 cm, dan dengan berat telur 133,5 gram dan keliling 14. Setelah pengamatan secara morfologi  kami melakukan pengamatan secara anatomi dengan memecah telur maka kami dapat data yaitu putih sangat encer dengan tanda (--) dan kuning telur agak encer (-), sedangkan pada rongga udara bentuknya relatif kecil.hal ini dikarenakan pemanasan dlam inkubator terlalu tinggi sehingga antara putih dan kuning telur mbercampur dan menimbulkan bau yang kurang enak dari pada telur normal.
Pada telur yang lain tidak bias diamati dengan baik karena telur tersebut pecah.
Berikut merupakan hasil dari pengamatan pada ayam kampung yang kami sajikan berupa tabel :
Telur angasa
Perlakuan
Panjang
Diameter
Berat
Keliling
 Keterangan
370C




11 cm
9,5 cm
133,5
gram
14
-   Putih telur sangat encer (--)
-   Kuning telur  encerl (-)
Rongga udara kecil
Ket : 1. Putih telur                                                2. Kunin telur
(-) agak encer                                         (+) agak kental
(--) encer                                                  (++) kental
(---) sangat encer                                    (+++) sangat kental

                 Menurut Rasyaf (2007), telur normal merupakan telur yang oval, bersih dan kulitnya mulus. Sedangkan telur yang abnormal misalnya ukurannya kecil atau terlalu besar, kulitnya retak atau keriting, bentuknya lonjong, telur lunak dan kotor terkena litter atau tinja ayam, terutama telur yang kotor yang terkena tinja langsung sisihkan.

No comments