Breaking News

GAMETOSIS BAB 2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gametogenesis
Gametogenesis adalah proses pembentukan gamet (sel kelamin). Proses pembentukan gamet jantan disebut spermatogenesis sedangkan proses pembentukan gamet betina disebut oogenesis. Keseluruhan gametogenesis dibagi menjadi tiga tahap yaitu : tahap perbanyakan (proliferasi), tumbuh dan pematangan (Kholil, 2009).
Gamet dihasilkan dalam gonad. Gamet jantan spermatozoon (jamak : spermatozoa) dihasilkan dalam gonad jantan, disebut testis. Gamet betina : ovum (jamak : ova), dihasilkan dalam gonad betina, disebut ovarium (Yatim, 1990).
Hewan hermaprodit atau monocious memiliki sebuah gonad gabungan, disebut ovo-testis, yang menghasilkan kedua jenis gamet. Proses menghasilkan gamet matang sehingga mampu membuahi disebut gametogenesis yang dibagi atas 2 macam yaitu (Partodihardjo, 1992) :
1.   Spermatogenesis, pembentukan spermatozoa.
2.   Oogenesis, pembentukan ovum.

2.1.1 Proses Spermatogenesis
Pembentukan spermatozoa dari spermatogonia disebut spermatogenesis. Berlangsung pada epitel germinal. Pembikinan spermatozoa ini dibagi menjadi tiga tahap utama yaitu : 1) spermatositogenesis, 2) meiosis dan 3) spermiogenesis (Yatim, 1996).
Spermasitogenesis disebut juga tahap proliferasi. Dalam tahap ini spermatogonia A membelah membentuk spermatogonia In, dan ini membelah pula membentuk spermatogonia B. Spermatogonia B bermitosis menjadi spermatosit I (Yatim, 1996).
Meiosis terdiri dari dua fase utama yaitu : meiosis I dan meiosis II. Meiosis I menempuh fase-fase : a) profase, b) metafase, c) anafase dan d) telofase. Profase meiosis I dibagi lagi atas lima subfase yaitu : 1) leptoten, 2) zigoten, 3) pakhiten, 4) diploten dan 5) diakinesis. Meiosis II menempuh fase yang sama seperti meiosis I tetapi profase tidak lagi terbagi atas subfase. Selesai meiosis I terbentuk spermatosit II dan selesai meiosis II terbentuk spermatid (Yatim, 1996).
Spermiogenesis disebut juga tahap transformasi yaitu tahap perubahan bentuk dan komposisi spermatid yang bundar menjadi bentuk cebong yang memiliki kepala, leher dan ekor serta berkemampuan untuk bergerak (motil) (Yatim, 1996).
Spermatogenesis terjadi di dalam tubulus seminiferus dalam testis. Proses tersebut berlangsung mulai dari dinding tepi sampai ke lumen tubulus seminiferus. Tingkatan perkembangan sel germa dalam tubulus seminiferus adalah sebagai berikut (Kholil, 2009) :
1.   Spermatogonium : ukurannya relatif kecil, bentuk agak oval, inti berwarna kurang terang, terletak berderet didekat atau melekat membrana basalis.
2.   Spermatosit I : ukuran paling besar, bentuk bulat, inti berwarna kuat, letak agak menjauh dengan membrana basalis.
3.   Spermatosit II : ukuran agak kecil (1/2 x spermatosit I), bentuk bulat, warna inti lebih kuat, letak makin menjauhi membran basalis (mendekati lumen).
4. Spermatid : ukuran kecil, bentuk agak oval, warna inti kuat, kadang-kadang piknotis, letak di dekat lumen.
5.Spermatozoid : spermatozoa muda melekat secara bergerombol pada sel sertoli, yang muda terdapat di dalam lumen.
Gametogonium pada jantan disebut spermatogonium, pada betina oogonium. Gametosit pada jantan disebut spermatosit dan pada betina disebut oosit. Gametid pada jantan disebut spermatid dan pada betina disebut ootid. Pada jantan 1 spermatosit I tumbuh menjadi 4 spermatozoa sedang pada betina 1 oosit I tumbuh menjadi 1 ovum (Mukayat, 1984).
2.1.2. Proses Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembikinan dari oosit (gamet betina). Oogenesis terjadi di dalam ovarium dan dilanjutkan di dalam oviduct jika terjadi penetrasi spermatozoid. Dalam oogenesis sel germa berkembang di dalam folikel-folikel telur, dengan tingkatan sebagai berikut (Kholil, 2009) :
1.      Folikel primordial : merupakan folikel utama yang terdapat sebelum lahir, terdiri atas sebuah oosit I yang di lapisi oleh selapis sel folikel berbentuk pipih.
2.   Folikel tumbuh terdiri dari :
a.    Folikel primer : terdiri dari sebuah oosit I yang di lapisi oleh selapis sel folikel (sel granulosa) berbentuk kubus. Antara oosit dan sel-sel granulosa dipisahkan oleh zona pelusida.
b.   Folikel sekunder : terdiri dari sebuah oosit I yang dilapisi oleh beberapa lapis sel granulosa.
c.    Folikel tersier : volume stratum granulosum yang melapisi oosit I bertambah besar atau banyak. Terdapat beberapa celah (antrum) di antara sel-sel granulosa. Jaringan ikat stroma yang terdapat di luar stratum granulosa menyusun diri membentuk teka interna dan eksterna.
d.   Folikel matang (folikel Graaf) : berukuran paling besar, antrum menjadi sebuah rongga besar, berisi cairan folikel. Oosit dikelilingi oleh sel granulosa yang disebut korona radiata, dihubungkan dengan sel-sel granulosa tepi oleh tangkai penghubung yang disebut kumulus ooforus.
Dalam stroma banyak terdapat folikel. Sekitar 0,25 % saja folikel yang banyak itu mengalami pertumbuhan sesuai dengan pertumbuhan oosit yang dikandung. Ada tiga tahap pertumbuhan folikel yaitu : 1) folikel primordial, 2) folikel tumbuh dan 3) folikel Graaf (Yatim, 1996).
Folikel primordial terdiri dari satu oosit I (primer) yang diselaputi oleh selapis sel folikel yang gepeng. Oosit I tumbuh dari mitosis oogonium, disusul dengan meiosis I sampai tingkat profase saja, lalu berhenti dan folikel itupun jadi dormant. Ia akan tumbuh jika dapat giliran nanti setelah wanita pemiliknya dewasa.  Folikel primordial yang tumbuh jadi folikel matang lalu terjadi ovulasi. Pertumbuhan itu ada tiga tahap yaitu : folikel primer, folikel sekunder dan folikel tersier. Folikel Graaf disebut folikel matang yang terdiri dari beberapa lapis berada dalam cumulus oophorus, satu tonjolan stratum granulosum ke antrum. Lapisan sel folikel yang menyelaputi oosit disebut corona radiata (Yatim, 1996).
Pada Mammalia, selesai meiosis I pada betina, terjadi satu oosit II dan satu polosit (badan kutub). Polosit jauh lebih kecil dari oosit, karena sitoplasma sedikit sekali. Selesai meiosis II terjadi satu ootid dan satu polosit II. Sementara itu polosit I membelah pula jadi dua, tapi jarang terjadi, keburu berdegenerasi. Polosit yang tiga buah itu nanti akan berdegenerasi lalu diresap kembali oleh tubuh (Sudarwati, 1993).

No comments