Breaking News

Reduksi Sulfat oleh Mikroorganisme di Dalam Tanah

I.      TUJUAN
À      Untuk menunjukkan terjadinya aktivitas bakteri pereduksi sulfat di tanah aerob dan anaerob.

II.      TEORI
Reduksi sulfat secara mikrobiologi terjadi karena aktivitas bakteri khusus, yaitu bakteri perduksi sulfat. Bakteri ini terdapat menyebar di alam, terjadi dalam tanah, di air, dalam sedimen dan dalam selokan. praktikum ini dimaksudkan untuk menunjukkan terjadinya produksi sulfat dalam tanah, dan menduga populasinya. Teknik ini cukup menggambarkan perbedaan jumlah produksi sulfat dalam berbagai macam tanah.
Untuk mendapatkan hasil yang paling baik, tanah-tanah dari lapangan (anable field) harus dibandingkan dengan tanah anaerob sawah. Perbandingan lain harus meliputi perbedaan yang disebabkan oleh pH dan tekstur tanah.

III.      ALAT DAN BAHAN
µ       Tanah lapang aerob dan tanah tergenang anaerob
µ       Media pereduksi sulfat (Postage, 1963) dengan komposisi KH2PO4 0.5 mg,  NH4Cl 1 g, Na2SO4 1 g, CaCl2.6H2O 1 g, MgSO4.7H2O 2 g, Sodium laktat 3.5 g, yeast extract 1 g, Asam askorbat 0.1 g, FeSO4.7H2O 0.5 g, Akuadest 1000mL.
µ       Aquadest steril, Larutan agar steril 1.5 % (1.5 gram agar dalam 100 mL akuades).
µ       Tabung reaksi steril 18 ml, pipet steril 1 mL.

IV.      CARA KERJA
1.      Timbang masing-masing 1 g tanah kebun dan tanah sawah.
2.      Lakukan pengenceran 10-1 sampai 10-3.
3.      Masukan masing-masing 1 ml ke dalam media postage yang masih panas dan aduk dengan hati-hati.
4.      Inkubasikan selama 7 - 14 hari.
5.      Identifikasi bakteri pereduksi sulfat dengan melihat koloni pada media.

V.      HASIL PENGAMATAN

Pengenceran tanah

10-1
10-2
10-3
Tanah anaerob
+++
+++
+++

  Ket :
  (+) : Terbentuk Warna Hitam
  () : Tidak terbentuk warna Hitam

VI.      PEMBAHASAN
Di tanah bakteri produksi sulfat paling aktif pada water table tinggi dan keadaan anaerob seperti pada tanah sawah, tanah rawa dan tanah liat berat. Jadi pada keadaan anaerob dalam tanah, level sulfat turun, dan membatasi ketersediaan sulfat bagi tanaman terutama pada pH di atas 5,5.
Pada proses pengenceran yang dibutuhkan untuk mengamati bakteri pereduksi sulfat adalah hanya pengenceran 10-1, 10-2, 10-3. Media postage merupakan media yang cocok untuk menumbuhkan bakteri pereduksi sulfat karena didalamnya mengandung KH2PO4, NH4Cl, Na2SO4, dan lain-lain.

VII.      KESIMPULAN
1.      Media postage merupakan media yang cocok untuk menumbuhkan bakteri pereduksi sulfat karena didalamnya mengandung KH2PO4, NH4Cl, Na2SO4, dan lain-lain.
2.      Bakteri pereduksi sulfat akan tumbuh baik pada keadaan anaerob.
3.      Pembuktian adanya aktifitas bakteri pereduksi sulfat adalah ditandai dengan warna hitam pada media.

PRAKTIKUM 14
Isolasi Spora Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) dan
Pembuatan Preparat Akar

I.      TUJUAN
À      Untuk mengisolasi spora dari jamur pembentuk MVA dari tanah di sekitar perakaran jagung dan untuk melihat morfologi akar terinfeksi oleh jamur mikoriza secara mikroskopis.

II.      TEORI
Mikoriza adalah suatu bentuk hubungan simbiotik antara jamur (mykes) dan perakaran (rhiza) tumbuuhan tingkat tinggi. Adanya bentuk asosiasi antara jamur dengan suatu tanaman menguntungkan ke fungi itu sendiri maupun tanaman inangnya. Mikoriza dapat memperoleh karbonat terutama gula sederhana dan faktor pertumbuhan dan tanaman inang. Di lain pihak, tanaman inang secara efektif dapat meningkatkan penyerapan unsur hara makro dan beberapa unsur hara dalam bentuk terikat dan tidak tersedia untuk tanaman.
Berdasarkan struktur tubuhnya dan cara infeksi terhadap tanaman inang, mikoriza dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu ektomikoriza dan endomikoriza. Akar ektomikoriza biasanya membesar dan bercabang (dikhotom) serta tidak memiliki akar rambut. Dalam suatu penampang melintang tampak permukaan akar ditutupi miselia yang disebut fungal sheet (mantel). Hifa tidak masuk ke dalam sel tapi hanya berkembang di antara dinding sel korteks.
Perakaran yang terinfeksi jammur endomikoriza tidak membesar. Jamur membentuk struktur akar dengan lapisan hifa tipis pada permukaan akar tetapi tidak setebal mantel pada ektomikoriza. Hifa berkembang di dalam sel jaringan korteks dan tidak pernah menglonisasi silinder pusat. Selain itu terdapat struktur khusus berbentuk oval yang disebut vesikula dan sistem percabangan hifa (dikhotom) di dalam sel korteks yang disebut arbuskula. Endomikoriza terbagi menjadi mikoriza vesikular arbuskular (MVA), mikoriza erikoidae dan mikoriza orchidae.

III.      ALAT DAN BAHAN
µ       50 gram tanah di sekitar perakaran jagung, akar tanaman jagung
µ       Air ledeng , larutan gula 20 % , KOH 10 %, HCl encer, Asam Fuchsin (Fuchsin 0.02 % di dalam asam laktat)
µ       Beacker glass, saringan tanah dengan ukuran 250, 125, 63, dan 45µm.

IV.      CARA KERJA
Isolasi spora MVA
1.      Aduk rata 50 g tanah dan 200ml air di dalam beacker glass dan diamkan selama 1 menit.
2.      Tuangkan suspensi tanah tersebut pada saringan yang telah disusun menurut ukuran pori dari terbesar (di atas) sampai terkecil (di bawah)
3.      Bilas berulang-ulang dengan air ledeng sehingga diperkirakan seluruh spora sudah tersaring
4.      Tuangkan spora dari masing-masing saringan ke dalam petridis yang berbeda dengan cara disemprot dalam air
5.      Amati di bawah mikroskop binokuler dengan pembesaran sedang
6.      Pisahkan spora yang terlihat pada suatu tempat dengan menggunakan pipet berujung kecil
7.      Tempatkan spora pada gelas arloji atau tabung film berisi air.

Pembuatan Preparat Akar Bermikoriza
1. Akar dibersihkan di bawah air mengalir dan dipotong-potong sepanjang 2 cm.
2. Potongan akar dibersihkan kembali dengan menggunakan saringan di bwah air mengalir.
3. Tempatkan akar di dalam beacker glass dan diberi KOH 10 % sampai terendam, panaskan pada suhu kurang dari 100°C selama 5 menit atau tegantung kekerasan akar.
4. Buang KOH, bilas dalam akuades, tambahkan HCl encer selama 3-4 menit. Buang HCl dan beri Asam fuchsin selama setengah jam.
5. Letakkan potongan akar di atas gelas objek, tutup dengan gelas penutup dan tekan preparat tersebut. Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran kuat.
6. Perhatikan hifa, vesikular dan arbuskular yang menjadi ciri infeksi jamur mikoriza.
(tidak dilakukan)

V.      HASIL PENGAMATAN
Jumlah Spora per 50 gram tanah :
Jumlah spora total : 7 (dari semua Mesh)

Gambar mikoriza :










VI.      PEMBAHASAN

Mikoriza merupakan hubungan simbiosis antara jamur dan akar tanaman. Pada proses isolasi spora mikoriza akan terlihat bentuk-bentuk dari mikoriza tersebut. Penggunaan glukosa atau sukrosa 70% dimaksudkan untuk memisahkan berat jenis yang kuat dengan berat jenis yang ringan.
Pada proses sentrifugasi akan menghasilkan cairan yang terpisah menjadi 3, yaitu paling atas bahan organik, bagian tengah larutan gula, dan yang dasar adalah spora. Proses sentrifugasi juga berfungsi untuk memisahkan partikel dengan spora.
Pada praktikum ini kami melakukan pengamatan terhadap spora dan pengamatan akar yang diinfeksi mikoriza di bawah mikroskop karena langkah sebelumnya telah dilakukan oleh dosen.

VII.      KESIMPULAN
1.      Dalam praktikum ini spora diambil dari tanaman jagung dengan media zeolit.
2.      pada praktikum ini, kami menggunakan ukuran Mesh total dan kami dapat melihat 7 buah spora.
3.      Mikoriza dapat dipisahkan dengan menggunakan saringan tanah ukuran 125, 63, dan 48 μm.

No comments