Breaking News

SIKLUS REPRODUKSI BAB 4


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Bahan
Hasil Pengamatan
Literatur
Keterangan
Mencit 1










\
(Anonymous,2010)
Fase Metestrus
1.   Sel menanduk
2.   Sel epitel Berinti
3.   Leukosit
C, L/E, C, L
Mencit 2















Gambar leukosit
(Muchtaromah, 2008)
Fase Estrus Awal
1.Sel menanduk  C++
2. Sel epitel berinti E
E, C++
Mencit III
















(Anonymous,2009)
Fase Diestrus
1. Sel epitel berinti
2. Lendir
3. Leukosit
L, E, lender
Mencit 4










(Anonymous,2009)
Fase Etrus Akhir
1.   Sel epitel Kornifikasi
2.   Sel menanduk
C++

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, kita dapat  mengetahui dan mengerti tentang siklus reproduksi. Siklus reproduksi merupakan rangkaian semua kejadian biologik yang berlangsung secara sambung menyambung hingga terlahir generasi baru dari suatu makhluk hidup. Pembahasan selanjutnya akan dijelaskan dibawah ini:

4.2.1 Mencit (Mus musculus) I
Dari hasil pengamatan mikroskopik dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 4 x 10, yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pada apusan vagina dari mencit I tersebut terlihat adanya sel epitel berinti, leukosit dan sel menanduk. Dari ciri-ciri tersebut dapat diketahui bahwa pada apusan vagina dari mencit I ini termasuk pada tahap metestrus.
Pada tahap metestrus pada ovarium akan nampak adanya korpus luteum yang mulai berdegenerasi dan di uterus dinding endometrium akan meluruh. sedangkan lama pada tahap ini sekitar enam jam (Muchtaromah, 2009).
Menurut Partodihardjo (1992) bahwa metestrus merupakan fase dalam siklus berahi, yang terjadi segera setelah estrus selesai. Gejala yang dapat terlihat dari luar tidak terikat dengan nyata, namun pada umumnya masih dapat di dapatkan sisa-sisa gejala estrus. Bedanya dengan estrus adalah bahwa meskipun gejala estrus masih dapat diikat tetapi hewan betina telah menolak pejantan untuk aktivitas kopulasi.
Tahap metestrus merupakan perpanjangan masa diestrus, yang setelah selesai satu daur estrus tak segera dimulai dengan proestrus baru daur berikut. Masa istirahat atau masa non-fertil ini berlangsung 1-2 hari, berminggu, atau sampai berbulan (Yatim, 1994). 
Perubahan alat-alat reproduksi yang tidak dapat terlihat dari luar adalah perubahan pada ovarium, endometrium dan cerviks. Pada ovarium terjadi pembentukan corpus haemorhagicum di temapt folikel de Graaf yang baru selesai melepaskan sebuah ovum, ovum yang baru saja keluar dari folikel telah berada dalam tuba fallopii menuju ke uterus. Kelenjar-kelenjar endometrium telah menutup. Kelenjar-kelenjar cerviks merubah sifat hasil sekresinya dari cair menjadi kental (Yatm, 1994).

4.2.2 Mencit (Mus musculus) II
Dari hasil pengamatan mikroskopik dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10, yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pada apusan vagina dari mencit II tersebut terlihat adanya sel-sel mananduk dan sel epitel berinti. Dari cirri tersebut bias diketahui bahwa pada mencit ke tiga ini temasuk tahap atau fase estrus awal.
Estrus awal, pada tahap ini di ovarium terjadi ovulasi, sedangkan di uterus dinding endometerium akan bergranular dan membengkak mencapai ketebalan maksimum. Lama tahap ini adalah 12 jam (Muchtarromah, 2006).
Estrus merupakan klimax fase folikel. Pada masa inilah betina siap menerima jantan, pada saat ini pula terjadi ovulasi (kecuali pada hewan yang memerlukan rangsangan sexuil lebih dulu untuk terjadinya ovulasi). Waktu ini betina jadi berahi atau panas.
Estrus yaitu klimak fase folikel. Pada masa inilah betina siap menerima jantan, dan pada saat ini pula terjadi ovulasi ( kecuali pada hewan yang memerlukan rangsangan sexsuil lebih dulu untuk terjadinya ovulasi ). Waktu inilah betina menjadi berahi atau panas (Partodihardjo, 1992).

4.2.3 Mencit (Mus musculus) III
Dari hasil pengamatan mikroskopik dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10, yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pada apusan vagina dari mencit III tersebut terlihat adanya sel epitel berinti, leukosit dan lendir. Dari ciri-ciri tersebut dapat diketahui bahwa pada apusan vagina mencit III ini mengalami siklus estrus pada tahap diestrus.
Diestrus merupakan fase dalam siklus birahi yang ditandai oleh adanya kebuntingan.tidak adanya aktivitas kelamin dan hewan menjadi tenang. Dalam perioade permulaan dari diestrus, endometrium masih memperlihatkan kegiatan, yaitu pertumbuhan kelenjar-kelenjar endometrium dari panjang menjadi berkelok-kelok dan banyak diantaranya yang berkelok-kelok hingga membentuk spiral. Tetapi pada pertengahan fase diestrus kelenjar-kelejar permukaan yang cetek. Dalam periode permukaan diestrus, corpus haemorhagicum mengerut karena di bawah lapisan haemorhagicum ini tumbuh sel-sel kuning yang disebut lutein. Diestrus merupakan fase utama diantara fase-fase yang terdapat dalam siklus birahi (Partodihardjo, 1992).
Menurut Yatim (1994), pada kebanyakan mamalia, jika tidak ada kehamilan, ovarium dan alat kelamin tambahan mengalami perubahan berangsur kembali kepada suasana istirahat dan tenang disebut tahap diestrus.

4.2.4 Mencit (Mus musculus) IV
Dari hasil pengamatan mikroskopik dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10, yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pada apusan vagina dari mencit IV tersebut terlihat adanya menanduk dan sel eptel kornifikasi, daei cirri-cir tersebut diketahui bahwa mencit ke 4 termauk fase estrus akhir.
Pada tahap Estrus akhir, tahap ini di ovarium terjadi ovulasi, sedangkan di uterus dinding endimeterium akan bergranular dan membengkak mencapai ketebalan maksimum. Lama tahap ini 18 jam (Muchtarromah, 2006).
Estrus merupakan klimax fase folikel. Pada masa inilah betina siap menerima jantan, pada saat ini pula terjadi ovulasi (kecuali pada hewan yang memerlukan rangsangan sexuil lebih dulu untuk terjadinya ovulasi). Waktu ini betina jadi berahi atau panas
Fase dalam siklus birahi yang ditandai oleh tidak adanya kebuntingan, tidak adanya aktifitas kelamin dan hewan menjadi tenang merupakan fase diestrus. Pada fase ini corpus luteum (CL) matang terbentuk dan sepenuhnya melakukan fungsinya untuk memproduksi progesteron.  Progesteron disiapkan untuk mendukung kehamilan. Jika ovum tidak terfertilisasi maka CL mengalami regresi, kadar progesteron turun dan diestrus terhenti (Yatim, 1990). 

BAB IV
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
 Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dan hasil pembahasan dapat di simpulkan sebagai berikut:
1.      Siklus reproduksi adalah perubahan siklik yang terjadi pada system reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina dewasa yang tidak hamil, yang memperhatikan korelasi antara satu dengan lainnya.
2.      Siklus birahi adalah jarak antara berahi satu sampai berahi berikutnya, sedangkan berahi sendiri merupakan saat dimana hewan betina bersedia menerima hewan jantan untuk kopulasi.
3.      Siklus birahi terbagi manjadi 4 fase, yaitu:  proestrus, estrus, metestrus,  dan diestrus.
4.      Pada mencit I terdapat adanya sel epitel berinti, leukosit dan sel menanduk. Dari ciri-ciri tersebut dapat diketahui bahwa pada apusan vagina mencit termasuk pada tahap metestrus.
5.      Pada apusan vagina dari mencit II tersebut terlihat adanya sel. Sel-sel menanduk dan sel-sel berinti. Dari ciri-ciri tersebut dapat diketahui bahwa pada apusan vagina dari mencit I ini termasuk pada tahap estrus awal.
6.      Pada apusan vagina dari mencit III tersebut terlihat adanya sel epitel berinti, leukosit dan lendir. Dari ciri-ciri tersebut dapat diketahui bahwa pada apusan vagina mencit III ini mengalami siklus estrus pada tahap diestrus.
7.      Pada apusan vagina dari mencit IV tersebut terlihat adanya sel Sel epitel Kornifikasi, Sel menanduk. Dari ciri-ciri tersebut dapat diketahui bahwa pada apusan mencit vagina IV mengalami siklus estrus pada tahap akhir




DAFTAR PUSTAKA


Fitria, Laksmindra. 2008. EndokrinologiReproduksi pada mamalia. Online, (Fitria@yahoo.comDiakses pada tanggal 10 Mei 2010
Muchtaromah, B. 2009. Petunjuk Praktikum Struktur Perkembangan Hewan II. Malang. UIN Press
Partodihardjo, Soebadi. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya
Sutyarso. 1996. Siklus Reproduksi. http://www.geocities.com/ifilixu/ laman6.htm. Diakses pada tanggal 10 Mei 2010
Toelihere Mozes. 1979. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Bandung: Angkasa
Tenser, Amy. 2003. Bahan Ajar: Strutur Hewan II. Malang: Dirjen Dikti
Yatim, W. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito
Yatim, W. 1996. Histologi.  Bandung: Tarsito

No comments