Breaking News

ETNOBOTANI PISANG SUKU KARON: Studi tentang Ekologi Pangan Pokok

Pisang bagi Orang Karon merupakan sumber makanan utama (pokok) dalam pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari. Oleh karena itu pisang menjadi penting dan fokus utama dalam kebudayaan Swiden Agriculturenya.
Dalam Artikel ini akan diulas mengenai: Pisang : Pandangan Beberapa Suku Di Indonesia, Etnografi kebudayaan Karon dan Pandangan dan pemanfaatan pisang bagi suku Karon.

A.     PISANG: PANDANGAN BEBERAPA SUKU DI INDONESIA

Pemanfaatan pisang sebagai penghasil buah,sumber vitamin dan mineral, telah lama dikenal masyarakat Indonesia. Dan pisang adalah tanaman asli Indonesia. Namun demikian pisang juga digunakan sebagai obat tradisional, anyam-anyaman, dan dalam upacara-upacara adat.

1.      Pisang sebagai sumber bahan pangan

Pisang umumnya digolongkan sebagai sumber vitamin dan mineral, sama halnya dengan buah-buahan lainnya. Daging buah pisang mengandung 70% air, 27% karbohidrat, 0,5% serat, 1,2% protein, dan 0,31% lemak. Disamping itu, daging tersebut juga mengandung unsur-unsur K, Na, serta vitamin-vitamin A, C, Tiamin, ribovlavin dan niasin (Espino et al. 1991). Buah pisang disuguhkan dalam aneka hidangan. Ada yang berupa buah segar, pisang goreng, pisang rebus, kripik pisang dan ada pula yang disuguhkan dalam bentuk kue.

Beberapa suku di Indonesia seperti suku Batak, Minangkabau, Melayu, Jawa, Sunda menggunakan jantung pisang digunakan sebagai sayur. Ada juga yang disuguhkan dalam bentuk gulai santan.

2.      Sumber Bahan Obat-obatan

Heyne (1988) melaporkan bahwa air perasan rimpang pisang berkasiat untuk beberapa penyakit seperti diare, dan pencegahan pendarahan waktu melahirkan. Di Sulawesi Utara perasan batang pisang  Jaki (Musa acuminata Colla var. tomentosa), yang terlebih dahulu dibakar/dipanaskan kemudian digunakan untuk  obat luka baru. Sedangkan daging buahnya yang ditumbuk dengan sepotong kunyit digunakan untuk obat gonone, sejenis kutu. Pucuknya sesudah dicacah dan tambah air sedikit, dipanaskan diatas tiga buah batu yang terlebih dahulu dibakar, digunakan untuk obat telapak kaki yang pecah-pecah dengan jalan mencelupkannya kedalam cacahan tersebut. Hati bongkol pisang  goroho (Musa ABB)  yang sudah busuk, dibungkus dengan daun pisang dipanaskan di atas api, lalu ditempelkan pada borok yang menahun. Getah bersama buah pisang goroho yang sudah dicacah, digunakan untuk obat ‘muntah ular’ (Herpes) dengan jalan menempelkannya pada kulit yang terserang.

3.      Sumber Pakan Ternak

Di Jawa Timur, yaitu di Nongkojajar, batang pisang serta umbutnya setelah dicacah, diberikan pada sapi perah terutama pada musim kemarau pada waktu rumput mulai berkurang. Katanya pemberian batang pisang tersebut, tidak mengurangi produksi susu sapi tersebut.

4.      Upacara Adat

Pada beberapa suku di Jawa dan Sumatera, pada waktu mendirikan rumah ditambatkan sebatang pisang dibumbungan rumah. Ini suatu perwujudan harapan agar penghuni rumah baru tersebut kelak  dikaruniai banyak anak, karena banyak anak simbolnya banyak rejeki. Dalam perkawinan baik pada suku Sunda atau Jawa, pada pintu gerbang tempat upacara selalu dihiasi  dengan sebatang pisang dengan buahnya, tebu dan seikat padi. Ini adalah perlambang kesejahteraan, kesuburan dan kemegahan. Sedangkan dalam upacara peminangan, sesisir pisang selalu diikutsertakan sebagai persembahan. Dan suatu kebiasaan di masyarakat suku Bali, Sunda, sajen untuk para arwah selalu disuguhkan dalam racikan daun pisang, atau suatu wadah yang dialasi dengan daun pisang.

No comments