Breaking News

Sumber Kopi Luwak

Usaha eksploitasi di alam ini tidak bisa terus-menerus dilakukan, karena selain jumlah produksinya tidak bisa diramalkan, juga populasi luwak sendiri sudah mulai langka. Jalan yang sudah ditempuh adalah dengan  mengadakan peternakan luwak, sehingga luwak bisa diberi makan buah kopi dan kotorannya ditampung. Kotoran luwak yang didapatkan dibersihkan untuk kemudian diolah dan dipasarkan. Proses produksi kopi luwak ini  lebih baik daripada mengandalkan pengumpulan di alam, namun sayangnya, besar produksi yang terjadi belum optimum. Luwak hanya mampu memakan 0.88 – 1.15 kg kopi glondong perhari, dan menghasilkan 2 ons biji kopi kering (javakopiluwak, 20091). Agar produksi kopi luwak bisa meningkat, maka diperlukan luwak dalam jumlah besar sebagai sarana produksi.
Masalah dalam penggunaaan luwak adalah populasi luwak di alam bebas sudah sangat menurun sehingga tidak mungkin menggunakan luwak tangkapan liar. CITES (2009) menyebutkan bahwa Paradoxorus hermaphroditus tergolong dalam appendix III , artinya statusnya dilindungi di daerah asalnya dan kawasan tempat ia hidup. Binatang pada status appendix III jika diperdagangkan harus berasal dari tangkaran, sehingga tidak boleh lagi menggunakan tangkapan liar. Kendala lain dalam produksi kopi luwak adalah asal kopi yang merupakan kotoran luwak. Meskipun kopi luwak dikatakan memiliki citarasa yang sangat tinggi, beberapa orang meragukan status kehalalannya. Beberapa orang juga merasa jijik dengan asal kopi  luwak.
Dengan demikian, diperlukan suatu alternatif produksi kopi luwak yang mampu menjawab permasalahan produksi secara tradisional. Produksi kopi luwak harus bisa dilakukan dalam jumlah besar, dengan metode yang lebih praktis, dan status kebersihannya yang lebih terjaga. Jika akan melakukan produksi kopi luwak, proses yang harus dilakukan adalah meniru proses enzimatis dan reaksi yang terjadi dalam pencernaan luwak. 

No comments