Breaking News

Tanaman jarak


1.      Tanaman jarak akan dikembangkan dilahan milik petani dengan sistem penanaman yaitu sistem border/tanaman pinggir atau tumpang sari dengan tanaman tembakau (sebagai tanaman utama) dan dapat juga ditanam pada lahan-lahan pekarang atau lahan lainnya yang belum termanfaatkan sebelumnya. Jika tanaman jarak ditanam pada bagian pinggir lahan dan ditambah satu baris lagi dibagian tengah-tengah lahan, maka populasi tanaman jarak dengan sistem penanaman tersebut  per hektarnya sekitar 250 tanaman dengan jarak tanam 2 m. Produksi per pohon rata-rata sekitar 2 kg, sehingga untuk 250 pohon produksinya rata-rata mencapai 500 kg.  Berikut ditampilkan layout penanaman  jarak  pada lahan tembakau.
Layout posisi tanaman jarak pada lahan penanaman tembakau.
 






           
            Keterangan :       =  tanaman tembakau               =  tanaman Jarak pagar
2.      Kebutuhan minyak tanah untuk satu omprongan tembakau
Alat pengering tembakau yang sering disebut dengan Omprongan (oleh masyarakat Lombok Timur) memiliki  ukuran oven yang berbeda-beda, untuk   ukuran oven 4 m x 5 m dengan tinggi 8 m, dapat menampung 2,5 - 4,0 ton tembakau basah. Untuk proses pengeringan tembakau sebanyak  2,5 ton daun bawah (basah) dapat menghasilkan  2,5 kw daun kering, dengan membutuhkan  minyak tanah sebanyak 300 liter selama 5 hari, dimana harga minyak tanah pada musim pengovenan tembakau di Lombok Timur sebesar Rp. 3.700/liter (wawancara dengan petani). Sehingga biaya minyak tanah yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan 2,5 kw tembakau kering adalah sebesar Rp.  1.110.000,-. Tentunya, biaya ini cukup tinggi bagi petani, terutama karena selalu naiknya harga minyak tanah pada saat musim pengovenan tembakau.

3.      Analisa kelayakan pengembangan minyak/pasta biji jarak
Dalam satu hektar (dengan sistem’pola penanaman jarak diatas)  terdapat 250 pohon tanaman jarak, dengan prediksi rata-rata per pohon sebanyak 2 kg (Sudarto, 2007), maka produksi total sebanyak 500 kg. Dengan 500 kg biji jarak jika dikonversikan menjadi pasta biji jarak menjadi 333 kg. Dimana pasta biji jarak ini sudah dapat digunakan sebagai bahan bakar terutama untuk jenis kompor yang berbahan baku pasta jarak.
Dengan 333 kg pasta biji jarak sudah lebih dari cukup untuk mensubsidi minyak tanah sebanyak 300 liter,  yang digunakan untuk pengeringan tembakau sebanyak 2,5 ton basah  menjadi 2,5 kw kering (Data primer).
Secara ekonomi  pasta biji jarak lebih  efisien  karena dapat  menghemat  biaya sebesar Rp. 1.450,- per liter kerosene (minyak tanah). Dengan rincian : 1 liter kerosene ≈ 1,5 kg pasta biji jarak. Dimana 1 liter karosene Rp. 3.700,- (khususnya untuk Wilayah Lombok Timur pada musim pengovenan tembakau), sedangkan pasta biji jarak per 1 kg seharga Rp. 1.500,- maka terjadi penghematan/ biaya sebesar Rp. 1.450,- per liter kerosene. Sehingga biaya yang dapat diefisienkan dengan menggunakan pasta biji jarak adalah sebesar Rp. 435.000,- per satu kali omprongan/proses pengeringan (dengan rincian Rp 1.450,-  x 300 liter minyak tanah = Rp. 435.000,-). Nilai ini cukup tinggi karena dapat menghemat biaya pengeringan sebesar 39%.  Sehingga
Dengan demikian maka pengembangan jarak pagar pada lokasi petani tembakau layak dikembangkan dan memiliki peluang besar dalam mensubsidi  minyak tanah.

No comments