Breaking News

METODOLOGI PRODUKSI INDUK JANTAN YY IKAN NILA

Metodologi yang digunakan mencakup feminisasi, progeny test, dan pemijahan, dan gonad-squash. Progeny test atau uji keturunan adalah teknik verifikasi berdasarkan keturunan hasil pemijahan ikan uji.  Progeny test I bertujuan untuk memverifikasi induk betina XY hasil feminiasi.  Progeny test II bertujuan utnuk memverifikasi induk jantan YY hasil turunan dari betina XY.  Progeny test III bertujuan untuk memverifikasi induk betina YY turunan betina XY yang difeminisasi.  Pada prosedur progeny test, individu induk diidentifikasi berdasarkan nisbah kelamin turunannya. Progeny test I menghasilkan induk betina XY, progeny test II induk jantan YY dan progeny test III menghasilkan induk betina YY.
Progeny test I dilakukan dengan mengawinkan satu persatu induk betina hasil feminisasi dengan jantan normal, kemudian keturunannya dipelihara sampai dewasa kelamin.  Berdasarkan identifikasi kelamin secara visual, maka nisbah kelamin ditentukan pada masing-masing populasi.  Bila jumlah jantan 75% maka induk populasi anakan tersebut merupakan individu betina XY.  Pada saat proses progeny test I, anakan setiap individu induk yang dipijahkan dibagi menjadi dua sub populasi. Satu sub populasi di-feminisasi untuk membuat populasi betina YY, sedangkan satu sub populasi lagi dipelihara secara normal untuk verifikasi dan bahan populasi induk jantan YY
Progeny test II dilakukan dengan mengawinkan satu persatu individu induk jantan turunan induk betina XY dengan betina normal.  Anakannya dipelihara sampai usia dua sampai tiga bulan atau kira-kira ukuran 12 cm untuk diperiksa kelaminnya dengan cara menngidentifikasi gonadnya menggunakan mikroskop dan pewarnaan aceto-carmine atau Gonad squash (Guerrero.  1974).  Verifikasi induk jantan YY ditentukan oleh hasil identifikasi gonad keturunannya, yakni bila turunannya terdiri dari 90% jantan maka induk jantan tersebut dikaragorikan sebagai induk jantan YY.  Progeny test III dilakukan hanya pada keturunan induk induk betina hasil feminisasi turunan betina XY yang sudaranya sudah dikategorikan sebagai induk jantan YY, caranya dengan mengawinkan secara masal dengan induk jantan normal, kemudian turunan dari masing-masing induk betina dipelihara secara terpisah, terakhir dibesarkan selama dua sampai tiga bulan sampai ukuran benih mencapai 12 cm untuk diperiksa kelaminnya dengan cara mengidentifikasi gonadnya sebagaimana pada progeny test II.  Apabila hasil identifikasi gonad, jumlah jantan lebih dari 90% maka induk betina tersebut digolongkan sebagai individu betina YY.
Tata cara progeny test mencakup:
a)    Proses Pematangan Gonad dan Pemijahan
b)    Proses Pendederan
c)    Proses Pemeriksaan gonad
Dua minggu sebelum pemijahan dilakukan pematangan gonad terlebih dahulu terhadap induk betina dan jantan pada bak yang terpisah.  Pematangan induk jantan dilaksanakan di dalam bak bulat berdiameter 3 m dengan kedalaman air sekitar 0,75 – 1,0 m dan induk betina di bak persegi empat ukuran 0,5 x 3,0 m2.  Perkawinan dilaksanakan secara berpasangan dilakukan dalam bak tembok ukuran 1 x 2 m2 dalam ruangan tertutup.    Selama proses pematangan diberi pakan sebanyak 3% per hari berupa pellet, dengan frekuensi pemberian 2 – 3 kali per hari.  
Pada saat akan dilakukan pemijahan, induk betina yang telah diseleksi dan diperkirakan telah matang gonad dimasukkan kedalam bak pemijahan, sebanyak 3 ekor per bak, seminggu kemudian satu ekor induk jantan dan diamati apakah menyerang dan melukai induk-induk betina atau tidak, bila menyerang maka induk jantan tersebut diangkat kembali untuk dikembalikan ke bak pematangan kemudian digantikan dengan jantan yang lain.  Bila tidak ada lagi penyerangan maka pasangan induk tersebut dibiarkan untuk melakukan proses pememijahan secara alami.   Selama proses pemijahan dilakukan pengontrolan setiap hari sekali bersamaan dengan pemberian pakan tiga kali per hari.  Induk betina yang memijah memperlihatkan tanda-tanda yang khas yang bisa diamati.  Ikan nila termasuk ikan yang mengerami telur dan mengasuh anak-anaknya dalam mulut.  Induk betina yang telah memijah di dalam mulutnya terdapat telur sehingga keadaannya selalu mengatup, dan bagian bawah mulutnya membesar.  Disamping itu warna tubuh induk betina yang sedang mengerami telur mudah dibedakan dengan yang lainya, bisanya warna tubuhnya memudar, dan garis-garis strip vertikal sepanjang tubuh berwarna hitam sangat konras dengan warna-dasar tubuhnya yang pucat keabu-abuan.  Proses pengeraman telur sekitar 3 – 5 hari sampai menjadi larva bisa berenang aktif.
Proses pemanenan larva dilakukan sebelum masing-masing induk betina melepaskan larva dari proses pengeramannya, pada hari ketiga atau keempat.  Dari tiga ekor cukup diambil satu induk betina yang memijah, kemudian larvanya dikeluarkan dari dalam mulut untuk selanjutnya dipelihara sementara di dalam aquarium sampai bisa berenang secara aktif (swiming up fry).  Masing-masing induk jantan yang telah memijah dan menghasilkan larva lebih dari 100 ekor diberi tanda dengan memberi Tagging (Gambar 3) kemudian dimasukkan kedalam bak pemeliharaan yang terkontrol berupa bak tembok bulat berdiameter 3 m dan tinggi air 0,75 – 1,0 m (Gambar 2).  Sedangkan larva yang telah dapat berenang aktif dimasukkan ke dalam hapa ukuran 2 x 2 m2 yang dipasang di kolam untuk proses pendederan  sampai berukuran 8 - 12 cm guna pemeriksaan gonad (Gambar  1).
Berbeda dengan pemijahan pada progeny test II, pada progeny test III pemijahan dilakukan secara masal dengan perbandingan induk 1 jantan : 3 betina. Sebagaimana halnya pada progeny test II, sebelum pemijahan atau perkawinan dimulai dua minggu sebelumnya masing-masing induk dimatangan-gonadkan terlebih dahulu secara terpisah dari induk betina dan jantan di dalam bak.  Pematangan induk betina dilakukan di dalam bak persegi empat berdimensi 1 x 5 x 1,5 m3 dengan kedalaman air sekitar 1,0 – 1,3 m dengan salah satu dinding berupa kaca. Sedangkan pematangan induk jantan di dalam hapa di kolam.  Perkawinan dilaksanakan secara massal dilakukan dalam bak tempat pematangan induk betina.    Selama proses pematangan diberi pakan sebanyak 3% per hari berupa pellet, dengan frekuensi pemberian 2 – 3 kali per hari.  
Pada saat akan dilakukan pemijahan, induk jantan yang telah diseleksi dan diperkirakan telah matang gonad dimasukkan kedalam bak pemijahan, sebanyak 3 ekor per bak dan dibiarkan untuk melakukan proses pemijahan secara alami.   Selama proses pemijahan dilakukan pengontrolan setiap hari sekali bersamaan dengan pemberian pakan tiga kali per hari.  Induk betina yang memijah memperlihatkan tanda-tanda yang khas yang bisa diamati.  Ikan nila termasuk ikan yang mengerami telur dan mengasuh anak-anaknya dalam mulut.  Induk betina yang telah memijah di dalam mulutnya terdapat telur sehingga keadaannya mudah dikenali.  Disamping itu dari warna tubuh induk betina yang sedang mengerami telur mudah dibedakan dengan yang lainya, bisanya warna tubuhnya memudar, dan garis-garis strip vertikal sepanjang tubuh berwarna hitam sangat konras dengan warna-dasar tubuhnya yang pucat keabu-abuan, hal ini hanya dapat diamati bila media airnya jernih.  Proses pengeraman telur sekitar 3 – 5 hari sampai menjadi larva bisa berenang aktif. Proses pemanenan larva dilakukan sebelum masing-masing induk betina melepaskan larva dari proses pengeramannya, pada hari ketiga atau keempat.  Dari induk betina yang memijah, kemudian larvanya dikeluarkan dari dalam mulut untuk selanjutnya dipelihara sementara di dalam aquarium sampai bisa berenang secara aktif (swiming up fry).  Sedangkan induk betina yang telah memijah dan menghasilkan larva lebih dari 100 ekor diberi tagging (Gambar 3 dan 4) kemudian dimasukkan kedalam bak pemeliharaan yang terkontrol berupa bak persegi berdimensi sama dengan bak pemijahan.   Sedangkan larva yang telah dapat berenang aktif dimasukkan ke dalam hapa ukuran 2 x 2 m2 yang dipasang di kolam untuk proses pendederan  sampai berukuran 8 - 12 cm guna pemeriksaan gonad

No comments