Breaking News

KOMPOS UNTUK TEBU

Salah satu usaha untuk mempertahankan kesuburan tanah adalah penambahan bahan organik. Pemberian baban organik ke dalam tanah dapat memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia tanah. Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah diantaranya merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah dan meningkatkan kemampuan menaban air. Peran bahan organik terhadap sifat biologi tanah adalab meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P dan S. Peran hahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga dapat mempengaruhi serapan hara oleh tanaman.
Kompos dapat memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan BOT dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
1.    Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2.    Mengurangi volume/ukuran limbah
3.    Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya

Aspek Lingkungan :
1.    Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah
2.    Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan

Aspek bagi tanah /tanaman:
1.    Meningkatkan kesuburan tanah
2.    Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3.    Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
4.    Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5.    Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6.    Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7.    Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8.    Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

Peran bahan organic terhadap sifat fisik tanah diantaranya merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara oleh tanaman.
Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah dan pertumbuhan tanaman. Kompos memberikan peningkatan kadar Kalium tersedia dalam tanah lebih tinggi dari pada kalium yang disediakan pupuk NPK. Pemberian kompos akan menambah bahan organik tanah sehingga meningkatkan kapasitas tukar kation tanah dan memengaruhi serapan hara oleh tanah, walau tanah dalam keadaan masam.
Kompos yang dibuat dari ampas tebu, yang diaplikasikan pada tanaman tebu (Saccharum officinarum L) meningkatkan penyerapan nitrogen secara signifikan setelah tiga bulan pengaplikasian dibandingkan degan yang tanpa kompos, namun tidak ada peningkatan yang berarti terhadap penyerapan fosfor, kalium, dan sulfur. Penggunaan kompos bagase dengan pupuk anorganik secara bersamaan diperkirakan dapat meningkatkan rendemen gula dalam tebu.


Upaya peningkatan produksi tebu sangat tergantung pada pemberian pupuk anorganik dan organik. Di banyak lokasi penggunaan pupuk anorganik meningkat, tetapi peningkatannya tidak diikuti secara proporsional oleh meningkatnya produksi. Hal ini berarti telah terjadi penurunan efisiensi penggunaan pupuk sehingga perlu terobosan baru penggunaan pupuk yang lebih efisien. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pupuk  telah dilakukan percobaan pupuk “Bio Kompos” pada tanaman tebu (BPTP, 2007). Hasil penelitian ini ternyata aplikasi 2 ton/ha ‘Bio Kompos + 1/3 bagian NPK menghasilkan produksi paling tinggi 1,189 ku/petak dengan kenaikan produksi 61.16%. Pemberian pupuk ‘Bio Kompos” dapat menghemat pemakaian pupuk anorganik hampir 30-50%, dan sangat cocok digunakan di lahan tegalan dengan tanaman tebu hasil dari ratoon I. 


Blotong merupakan limbah padat dari proses pemurnian nira. Secara umum bentuk dari blotong berupa serpihan serat-serat tebu yang mempunyai komposisi bahan organik, N-total, C/N, PI05, KIO, CaO dan MgO, cukup baik untuk dijadikan bahan pupuk organik. Blotong harus dikomposkan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai pupuk organik tanaman. Kompos dari blotong tersebut umumnya mengandung hara N, P2O5 dan K2O masing-masing sekitar 1-1.5%, 1.5-2.0%, dan 0.6-1.0%. Kompos ini dapat memperbaiki fisik tanah di areal perkebunan tebu, khususnya meningkatkan kapasitas menahan air, menurunkan laju pencucian hara, memperbaiki drainase tanah,  dan menetralisir pengaruh A1dd sehingga ketersediaan P dalam tanah lebih tersedia. Selain itu pemberian ke tanaman tebu sebanyak 100 ton blotong atau komposnya per hektar dapat meningkatkan bobot dan rendemen tebu secara signifikan.


Kombinasi kompos bagase dengan pupuk anorganik tampaknya mempunyai prospek yang bagus untuk meningkatkan produksi tebu. Misalnya Perlakuan kompos bagase 5.0 ton/ha dengan dosis pupuk anorganik 100% dosis rekomendasi, cenderung menghasilkan tanaman tebu yang lebih baik.


Percobaan aplikasi kompos limbah tebu yang dikom-binasikan dengan mikoriza terhadap serapan hara P, dan hasil tanaman menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara aplikasi kompos limbah tebu dengan mikoriza terhadap serapan P, derajat infeksi akar, berat kering dan tinggi tanaman, serta hasil tanaman. Aplikasi kompos limbah tebu nyata meningkatkan serapan P, derajat infeksi akar, berat kering tanaman, serta hasil tanaman. Dosis 4 ton ha-1 kompos nyata memberikan peningkatan hasil tanaman. Inokulasi 10 g mikoriza nyata meningkatkan serapan P, derajat infeksi akar, berat kering tanaman, serta hasil tanaman.


Manfaat Kompos bagi Tanaman Tebu

Aplikasi kompos bersama dengan pupuk NPK dapat meningkatkan hasil tebu dan hasil gula pada tebu-tanaman dan tebu ratoon. The additional benefits from the compost treatments had disappeared by the second-ratoon crop although compost was still supplying adequate N, P and K for crop growth, producing similar cane and sugar yields to those treatments which were providing only N, P and K.

Selama periode tiga tahun percobaan, aplikasi kompos sekitar 150 ton per ha mampu meningkatkan hasil tebu rata-rata setiap tahun 20 ton/ha atau 24 %. Sedangkan peningkatan hasil gula sekitar 2.0 ton/ha atau 18 %.


Aplikasi biokompos yang dibuat dari biodegradasi blotong limbah industry gula ternyata dapat memperbaiki hasil tebu dan hasil gula, serta meningkatkan kandungan C-organik dalam tanah.
Hasil tebu paling banyak dicapai pada perlakuan aplikasi 50 % N melalui biocompost + 50 % N melalui pupuk anorganik. Aplikasi biokompos meningkatkan hasil tebu secara signifikan dibandingkan dengan perlakuan tanpa biokompos.

Perbaikan rendemen tebu akibat aplikasi biokompos tidak terlalu besar.



SISTEM PRODUKSI TEBU BERKELANJUTAN

Pada tanah-tanah berpasir, terutama pada ekosistem lahan kering, kehilangan unsure hara, air dan herbisida melalui pencucian ternyata sangat tinggi, sehingga mengakibatkan tanah kurang produktif. Aplikasi rabuk kandang organic tidak hanya untuk mengganti unsure hara yang hilang,  tetapi juga untuk memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia, dan biologi tanah , yang pada akhirnya diharapkan dapat memperbaiki kualitas tanah bagi tanaman tebu.  
Struktur tanah dan kesuburan tanah dapat dipelihara atau diperbaiki  dengan aplikasi pupuk kandang, kompos, limbah sisa panen, dan pupuk hijau. Tanah-tanah yang ditanami legume dan pupuk hijau dibenamkan, biasanya akan kecukupan P, K dan Ca. Pupuk kandang akan membantu memperbaiki struktur tanah, aerasi tanah dan diharapkan dapat memperbaiki aktivitas mikroba tanah.

About 300 to 400kg/ha of total nitrogen is contained in single legume though only between 10 to 60kg/ha is made to crops. The beneficial effects on sugarcane from an incorporated legumes biomass, the incorporated groundnut and cowpea increased yield of maize. Even prior to the introduction of mineral fertiliser, about 80 years in Nigeria, manure, compost and farm yard manure were particularly the only source of nutrient to crop.  

Dengan demikian, praktek pengelolaan tanah dan tanaman yang ramah lingkungan harus diadopsi untuk memperbaiki kesuburan tanah sehingga mampu mendukung produksi tebu secara berkelanjutan.

Budidaya tebu dengan mulsa residu-tanaman berarti mengembalikan sejumlah besar karbon ke tanah, sedangkan kalau sisa panen dibakar maka sejumlah karbon akan hilang dari tanah. Pengelolaan residu sisa panen sebagai mulsa dapat menghasilkan akumulasi karbon dalam tanah liat Oxisol: setelah 6 tahun, total karbon tanah (total SOC) meningkat sebesar 15% pada kedalaman tanah 0–10 cm, yang mencerminkan 0.65 Mg C / ha/ tahun dan 14% karbon mulsa. For the period under study, carbon enrichment mainly affected the 0–2 mm fraction, and to a lesser extent, the water-soluble fraction, whereas coarse fractions were not enriched.

The mean residence time of carbon associated with the fine fractions being rather long, it might be assumed that the preferential storage in fine fractions resulted in a long-term carbon storage. Macrofauna and earthworms particularly, the biomass of which was greater under mulch, could have an important role in the carbon enrichment of the 0–2 mm fraction. 

No comments