Breaking News

Proses Pembakaran

Untuk api dapat menyala dibutuhkan tiga hal utama, yaitu bahan bakar, panas dan oksigen atau udara. Ketiga komponen tersebut sering disebut dengan fire triangle (Davis, 1959). 
 Bahan bakar di hutan dapat berupa humus,  jatuhan daun di lantai hutan, akar, batang, cabang, ranting pohon dan sebagainya yang semuanya merupakan hasil fotosintesa daripada tanaman dalam jangka waktu yang panjang. Sedangkan panas biasanya  datang dari kondisi iklim yang berubah ekstrim, dimana penyinaran matahari yang lama dengan jumlah hari hujan yang sangat minim pada setiap bulan dan tahun. Makin terbukanya hutan akibat jalan-jalan logging akan menyebabkan semakin mantapnya aliran udara di dalam hutan, sehingga  dengan sendirinya menciptakan kondisi yang mudah terbakar.
Secara sederhana proses pembakaran hutan dapat digambarkan sebagai kebalikan daripada proses fotosintesa tanaman sebagai berikut:
Pembakaran:
Sellulosa + Oksigen + Energy        CO2 + Air + Energy
Fotosintesa
CO2 + Air + Energu            Sellulosa + Oksigen

Secara teoritis proses pembakaran dapat dijelaskan melalui beberapa tahapan, yaitu Konveksi (aliran), radiasi (pancaran) dan Konduksi (hantaran).
Konveksi adalah proses rambatan kalor (panas) dalam suatu zat yang disertai dengan perpindahan massa. Bagian udara di lantai hutan akan naik suhunya pada suatu kebakaran bawah yang berakibat massa jenisnya berkurang. Perbedaan massa jenis udara bagian bawah dan atas menyebabkan adanya pertukaran massa. Ini menyebabkan adanya aliran massa yang membawa panas.
Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa memerlukan medium. Kalor dalam proses ini dipancarkan dalam bentuk gelombang elektromagnet pembawa panas (sinar infra merah). Peristiwa pancaran kalor dari matahari sampai ke bumi adalah suatu proses radiasi.
Sedangkan konduksi adalah proses rambatan  kalor dalam zat yang tidak disertai perpindahan massa. Pemanasan pada pangkal batang pohon yang terbakar akan menaikkan kalor/suhu pada bagian pohon yang lain.
Melalui ketiga proses fisika inilah bagaimana api dalam suatu kebakaran dapat menyala, muncul dan merambat dengan cepatnya. Angin yang kencang tentu akan sangat memainkan peranan yang besar dalam menyebarkan panas dengan proses konveksi, sehingga keadaan mudah terbakar akan semakin mungkin.
Pemanasan global dari sinar matahari menyebabkan bahan bakar menjadi kering, sehingga mudah dilalap api dari satu bagian ke bagian lainnya (konduksi).
Dari keadaan yang disebutkan di atas dapat menimbulkan api secara alami, bilamana pemanasan telah cukup tinggi dan lama. Belum lagi jika memang sumber api berasal dari para peladang yang bekerja di hutan ataupun kelalaian para pekerja hutan.
Kalimantan mengandung sumberdaya batu bara yang melimpah yang merupakan bahan bakar potensial untuk api dapat menyala jika musim kemarau panjang datang. Kalimantan Timur memiliki 14,6% dari  sejumlah 36,6 milyar ton cadangan geologi batu bara  Indonesia dengan mutu terbaik terdapat di Sangatta dan Bukit Asam (Sumatera Selatan). Dalam suatu kebakaran akibat kandungan batu bara diketahui bahwa batu bara dan vegetasi merupakan bahan bakar yang sampai sekarang ini masih belum ditemukan teknik yang tepat untuk memadamkannya (Boer, 1996).

No comments