Breaking News

Tanah dalam lingkungan hidup manusia

Proses hidup dan kegiatan kehidupan selalu menghasilkan limbah (sisa proses; waste) dan sampah (buangan sehabis digunakan; refuse, litter) serta meninggalkan. sisa (bagian yang tidak digunakan, residue), yang dibuang ke lingkungan. Limbah, sampah dan sisa harus disingkirkan (disposed) dari lingkungan agar tidak mengganggu atau membahayakan proses hidup dan kegiatan kehidupan selanjutnya. Hal ini kiasi (nalogous) dengan perilaku makhluk. Limbah yang merupakan sisa metabolisme harus disingkirkan. dari tubuh agar tidak mengganggu atau membahayakan kelangsungan fungsi organ‑organ tubuh.
Limbah adalah sisa proses pengolahan. atau pembuatan yang dikeluarkan sistem pengolah atau pembuat bersama dengan. hasil berguna yang dibuat. Limbah adalah keluaran yang tidak berguna. Sampah adalah barang atau bahan yang dibuang sehabis digunakan. Sisa dapat bermakna macam‑macam. Sisa dapat berarti ceceran bahan atau zat masukan proses pengolahan atau pembuatan. Dapat juga diartikan. bagian bahan atau zat masukan yang karena satu dan lain sebab tidak terikut dalam proses atau reaksi produksi. Sisa dapat juga berarti bagian hasil proses pembuatan yang tidak berguna menurut maksud penjalanan proses pembuatan. Menurut pengertian terakhir ini, sisa bersifat nisbi. Misal, dalam hal pertanaman. legum yang dibudidayakan untuk penghasilan biji (bahan pangan), batang dan daun merupakan sisa. Akan tetapi dalam hal penghasilan pupuk hijau, batang dan daun merupakan hasil pokok dan biji menjadi sisa. Apabila sisa digunakan untuk memperoleh manfaat tambahan, sisa tersebut boleh dinamakan hasil samping. Limbah yang kemudian diketahui dapat dimanfaatkan secara tetap, boleh juga disebut hasil kedua. Misal, tetes hasil pabrik gula bukan lagi limbah melainkan hasil kedua karena sudah biasa digunakan sebagai bahan dasar pembuatan spiritus. Kotoran temak adalah limbah dilih9t dari segi hewannya, akan tetapi merupakan hasil kedua dilihat dari segi usaha petemakan karena dapat dimanfaatkan secara tetap sebagai pupuk.
Limbah, sampah dan sisa yang untuk ringkasnya boleh disebut "buangan", dapat berbentuk padatan, cairan atau gas. Buangan padatan dan cairan menyebar dengan perantaraan aliran air, sedang yang; berbentuk padatan halus (debu) dan gas (termasuk uap) menyebar dengan perantaraan angin. Padatan halus akhimya akan mengendap dari udara dan penyebaran selanjutnya berlangsung lewat aliran air. Uap dapat mengalami sublimasi menjadi padatan atau kondensasi menjadi cairan. Dengan demikian penyebaran selanjutnya berlangsung lewat aliran air. Tanah merupakan faktor pengendali penting, atas pengaliran air, baik secara sendirian (infiltrasi, penambatan dalam bentuk lengas tanah, dan perkolasi) maupun secara kerjasama dengan lereng (aliran limpas) dan dengan struktur geologi (pengisian air tanah dan pengaliran air tanah). Maka tanah berperan pe nting dalam penyebaran bahan atau zat buangan. Tanah juga berkemampuan menyerap gas, sehingga berperan pula dalam penyebaran bahan atau zat buangan berupa gas.
Kegawatan daya pengaruh buangan atas lingkungan dapat dipilahkan menjadi dua tingkatan, yaitu pengotoran (contamination) dan pencemaran (pollution). Pengotoran menyebabkan lingkungan tidak memenuhi syarat kepatutan hidup, akan tetapi belum sampai membahayakan hidup. Ukuran kepatutan berkenaan dengan kebersihan,, kesegaran, keasrian, martabat, dsb. (misal, air sungai keruh untuk mandi, untuk air dapur). Pencemaran menyebabkan lingkungan berada pada keadaan yang membahayakan hidup atau menyebabkan orang tidak betah tinggal berkenaan dengan kesehatan, keselamatan, keserasian (subtability), dsb. (misal, air sungai berbau busuk, mengandung zat beracun atau kuman penyakit). Dari segi ekologi, pencemaran berkenaan dengan eutrofikasi perairan, penyebaran zat beracun dalam udara, tanah dan/atau air, dan merusak habitat.
Tanah berfungsi penting melindungi kehidupan yang dijalankannya selaku sistem penyaring, penyangga kimia (buffer), pengendap, pengalihragam (transformer), dan pengendali biologi (Lynch, 1983; Schroeder, 1984).
Fungsi penyaring dijalankan tanah dengan tubuhnya yang berbentuk jaring (berstruktur). Bahan buangan berupa lumpur, debu yang, mengendap dari udara, sedimen dan bahan tersuspensi ditahan oleh tanah atasan (topsoil) sehingga tidak terbawa air perkolasi. Dengan demikian tanah bawahan (subsoil) dan air tanah terhindar dari pencemaran.
Fungsi menyangga kimiawi dijalankan tanah dengan menjerap ion‑ion zat beracun yang terlarut. Daya menyangga besar berkaitan dengan kadar lempung, terutama. montmorillonit, dan bahan humik tinggi. Lempung menjerap kation dan bahan humik menjerap kation dan anion. Hidroksida dan oksida Fe dan Al menjerap (adsorb) atau menyemat (fix) anion. Fungsi mengendapkan secara kimiawi berkaitan dengan pH dan potensial redoks. Dengan jalan menyangga dan mengendapkan, tanah dapat membersihkan air limpas (runoff) dan air perkolasi dari zat‑zat beracun seperti logam berat, oksida N dan S, sisa pupuk dan sisa pestisida yang terlarut. Pencekalan senyawa amonium, nitrat dan fosfat yang terlarut dalam air limpas dan air perkolasi sebelum masuk ke air sungai dan air tanah dapat menghindar kan eutrofikasi perairan. Zat‑zat yang sangat beracun biasanya terdapat dalam buangan industri dan pertambangan karena, mengandung unsur F, Hg, Cd, Cr, Pb, Ni, Zn, dan Cu. Sisa pestisida juga berbahaya karena mengandung Zn dan Cu.
Fungsi mengalihragamkan dikerjakan oleh edafon, khususnya flora renik, atas senyawa pencemar organik seperti yang terdapat dalam kencing, tinja, kotoran hewan, rembesan peranan hijauan temak (silage), sari kering limbah (sludge), dan pestisida organik. Senyawa‑ senyawa tersebut dirombak dan diubah dengan proses mineralisasi dan hun‑dflkasi menjadi zat‑zat yang tidak berbabaya. Penguraian bahan organik juga dapat menanggulangi pemasukan bahan organik yang mudah teroksidasi ke perairan, berarti menanggulangi pengahatan tubuh air akan oksigen bebas yang merusak habitat keairan.
Fungsi pengendali biologi berguna menekan serangan penyakit yang bersumber tanah (soil‑bome). Lempung montmorillonit, koloid humus dan beberapa jenis bakteri tanah berdaya menekan serangan jamur karena montmorillonit memperbesar daya saing bakteri melawan jamur karena montmorillonit terjerap pada miselium jamur akan tetapi tidak terjerap pada sel bakteri. Maka lempung montmorillonit memperkuat daya tindih (suppressive) bakteri atas jamur patogen. Koloid humus berperilaku mirip dengan lempung montmorillonit. Maka tanah yang banyak mengandung lempung montmorillonit darx/atau koloid humus berkesanggupan besar menjalankan fungsi pengendali hayati. Kebanyakan jamur patogen terhadap manusia hanya ditemukan dalam tanah yang tidak mengandung lempung montorillonit (Lynch, 1983).

No comments