Breaking News

Tipe-Tipe Kebakaran Hutan

Ada 3 lapisan bahan bakar di hutan, yaitu bahan bakar pada tajuk, permukaan lantai hutan dan di bawah permukaan lantai hutan. Biasanya kebakaran hutan dimulai dengan kebakaran permukaan yang nantinya dapat merembet menjadi kebakaran tajuk. Tipe-tipe kebakaran hutan adalah sebagai berikut:
a.  Kebakaran Bawah (Ground Fire)
Pada tipe kebakaran ini api membakar bahan-bahan organik yang terdapat di bawah seresah seperti humus, gambut, serbuk gergaji, akar pohon ataupun kayu yang sedang melapuk.
Sifat bahan bakar ini yang bertekstur halus, padat dan lepas menunjang kebakaran dalam arti membara, jadi bukan menyala. Bahan organik ini dapat membara apabila kadar airnya kurang dari 20% dan bila sudah membara dapat dalam waktu lama menghasilkan reaksi yang menimbulkan panas (reaksi exother).
Pada proses pembakaran ini sedikit sekali memerlukan supplai oksigen dari luar. Kebakaran bawah sukar sekali dideteksi dan membutuhkan waktu yang cukup lama dan biasanya terjadi bersamaan dengan kebakaran permukaan.
Kebakaran bawah terjadi antara humus dengan tanah mineral yang efek pemanasannya pada pangkal akar dapat mematikan kambium kayu. Pengaruh angin dan faktor luar adalah relative kecil. Terutama pengaruh angin terhadap penjalaran. Bentuk penjalaran pada  kebakaran bawah adalah berupa lingkaran yang berjalan sangat lambat. 
Teknik pemadaman kebakaran bawah adalah secara tidak langsung yaitu dengan membuat sekat bakar berupa parit sampai lapisan tanah mineral (memutus lapisan bahan bakar).

b.  Kebakaran Permukaan (Surface Fire).
Api membakar bahan-bahan organik dan vegetasi di atas lantai hutan, yaitu seresah, tumbuhan bawah, anakan pohon dan lain-lain.
Bentuk nyala api adalah seperti api unggun, dimana angin memainkan peranan dalam penyebaran kebakaran ini. Bentuk jalaran adalah lonjong ke satu arah menuju arah angin. 
Anakan tanaman dan tanaman muda akan habis terbakar atau paling tidak mati layu karena pengaruh pemanasan.

c.   Kebakaran Tajuk (Crown Fire).
Peristiwea kebakaran tajuk merupakan peristiwa kebakaran yang besar dan biasanya merupakan akibat dari penjalaran kebakaran permukaan. Namun tidak selalu demikian, karena dapat saja kebakaran tajuk terjadi secara terpisah, misalnya akibat sambaran petir.
Bahan bakar potensial adalah tajuk pohon dengan ranting-ranting dan cabang pohon yang bilamana terbakar habis akan menyebabkan pohon-pohon menjadi kering dan mati. Jenis konifer yang banyak mengandung resin mengakibatkan lebih mudah terbakar daripada jenis-jenis tajuk daun lebar.
Pengaruh angin pada kebakaran tajuk sangat berarti dalam menentukan penyebaran api. Bentuk jalaran api adalah lonjong ke suatu arah sesuai dengan arah angin seperti pada kebakaran permukaan. 
Tipe kebakaran hutan yang lain  seperti yang diungkapkan oleh Hawley dan Stickel (1948), mengklasifikasikan kebakaran berdasarkan besarnya areal yang terbakar, seperti berikut:
Kelas A     : Luas areal yang terbakar 0,25 acre atau kurang (1 acre =
                      0,45646 hektar).
Kelas B     : Luas areal yang terbakar 0,25 acre atau kurang dari 10 acre.
Kelas C     : Luas areal yang terbakar 10 acre sampai kurang dari 100
                   acre.
Kelas D     : Luas areal yang terbakar 100 acre sampai kurang dari 300
                   acre.
Kelas E     : lebih dari 300 acre

Untuk ekosistem hutan dikenal klasifikasi kebakaran yang didasarkan pada fire cycle, tipe, intensitas dan frekuensi, musim, pola dan besarnya kebakaran sebagai berikut:
0
=
Tidak adanya kebakaran secara alamiah, atau jika ada kecil sekali.
1
=
Kebakaran ringan yang tidak sering terjadi (berulang dengan interval waktu lebih dari 25 tahun).
3
=
Kebakaran besar, tetapi tidak sering terjadi (berulang dengan interval waktu lebih dari 25 tahun).
4
=
Kebakaran besar terjadi dengan interval waktu yang pendek dan menyebabkan terjadinya kerusakan secara berganda pada  permukaan lahan hutan (berulang dengan interval waktu antara 25 dan 100 tahun.
5
=
Jangka waktu terjadinya kebakaran cukup lama dan menyebabkan terjadinya kerusakan secara berganda pada permukaan lahan (berulang dengan interval waktu 100 tahun hingga 300 tahun).
6
=
Terjadinya kebakaran hutan yang besar, berulang dalam jangka waktu lama (interval waktu lebih dari 300 tahun).

Lamanya rata-rata waktu api membakar suatu kawasan disebut sebagai fire cycle, ini biasanya terulang dengan pola yang sama sebagai akibat dari iklim umum secara global.

No comments