Breaking News

Alelopat Teki sebagai Bioherbisida

Penggunaan herbisida sintetik mempunyai  dampak negatif seperti pencemaran lingkungan,  meninggalkan residu pada produk pertanian,  matinya beberapa musuh alami dan sebagainya.  Oleh sebab itu perlu adanya alternatif pengendalian gulma yang ramah lingkungan atau berwawasan lingkungan. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan menggali potensi senyawa kimia  yang berasal dari tumbuhan (alelokimia) yang  dapat dimanfaatkan sebagai bioherbisida (alelo-pati). Salah satu tumbuhan yang bersifat alelopati adalah teki (Cyperus rotundus).
Alelopati adalah interaksi biokimia antara mikroorganisme atau tanaman baik yang bersifat  positif maupun negatif. Beberapa gulma yang telah terbukti bersifat alelopati adalah Agropyron repens, L., teki (Cyperus rotundus, L. dan  Cyperus esculentus, L.), Cynodon dactylon, L.,  dan alang-alang (Imperata cylindrica, L.). Gulma-gulma tersebut diketahui sangat kompe-titif dengan tanaman dan menyebabkan penurunan produksi. 
Ekstrak umbi teki terbukti mampu menghambat perkecambahan dan pertumbuhan kecambah beberapa spesies gulma berdaun lebar dan juga gulma Mimosa pigra,  Mimosa invisa, Casia alata, dan Porophylum  ruderale.  Rendaman umbi teki keringangin dapat menghambat perkecambahan benih gandum (Triticum aesativum  L.), cantel (Sorghum bicolor L.), kacang-kacangan (Pheseolus aureus Roxb.) dan mustard (Brassica juncea L.). Ekstrak yang berasal dari umbi teki segar juga mampu menghambat panjang akar  ‘chickpea’ (Cicer arietinum L.).
Bahan aktif herbisida selalu diformulasikan dalam berbagai bentuk sebelum diaplikasikan ke tumbuhan sasaran. Formulasi herbisida bermacam-macam antara lain dapat berupa  cairan, tepung, butiran, pelet dan sebagainya. Bahan aktif herbisida jika tidak diformulasikan, tidak dapat digunakan dengan baik oleh konsumen. Agar bahan aktif tersebut dapat diaplikasikan dengan baik dan benar maka perlu diformulasikan. Herbisida dalam bentuk formulasi akan memudahkan pengangkutan, penyimpanan, aplikasi, efikasi dan  keselamatan kerja. Formulasi herbisida dapat  dilakukan dengan menambahkan bahan aktif  dengan pembawa (carrier) baik berupa pelarut,  surfaktan, gambut, lempung, dan lain-lain.
Upaya memformulasikan alelopat untuk keperluan praktis masih sangat jarang dilakukan. Formulasi ekstrak umbi teki dalam bentuk cairan mempunyai keunggulan yang lebih dibandingkan bentuk formulasi  yang lain seperti tidak memerlukan kemasan  yang besar, mudah dibawa, dan mudah diaplikasikan. Ekstrak umbi teki ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai bioherbisida. Ekstrak umbi teki dicoba dicampur dengan bahan perekat dan perata untuk selanjutnya dievaluasi efikasinya terhadap gulma  M. invisa dan M. corchorifolia.

No comments