Breaking News

Sumber-sumber Infeksi dan pengendalian mikrobia

Beberapa makanan bisa dinyatakan .aman. untuk dikonsumsi, jika makanan-makanan tersebut diproses dengan proses dekontaminasi yang terkontrol dengan baik seperti pasteurisasi dan sterilisasi, seperti susu sterilisasi atau pasteurisasi,es krim dan makanan-makanan kaleng. Proses dekontimasi air kemasan dilakukan dengan klorinasi dan filtrasi. Makanan lain seperti roti, tepung, jam, madu, pikel, manisan buah termasuk makanan yang dinyatakan aman karena kompisisi dan proses pengolahan makanan tersebut menyebabkan kondisi yang tidak mendukung pertumbuhan mikroorganisme.
Beberapa sifat makanan dan bahan pangan, seperti pH kurang dari 4,5, kadar air rendah (aw<0.86) atau kadar gula atau kadar garam yang tinggi. Sifat-sifat ini biasa digunakan dalam pengawetan makanan. Dewasa inni masyarakat lebih dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan atau bahan pangan segar daripada makanan atau bahan pangan yang sudah diawetkan. Hal ini memberi kesempatan mikroorganisme untuk mengkontaminasi gangguan saluran pencernaan jika bahan pangan segar tersebut tidak ditangani dengan baik.
Terdapat tiga jalur yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk mengkontaminasi makanan, yaitu bahan baku dan ingredien, pekerja pada pengolahan makanan dan lingkungan pengolahan.
Sebagian besar bahan makanan akan segera dirombak atau dirusak oleh mikroorganisme, kecuali bila diawetkan. Metode-metode modern pengawetan bahan mkanan menggunakan proses-proses primitif yang sudah amat diperbaiki, seperti pengasinan, pengeringan dan pengasapan, disamping juga teknik-teknik yang lebih baru. Metode-metode pengawetan bahan makanan dapat dirangkum sebagai berikut :
1.      Penanganan aseptik
2.      Penyingkiran mikroorganisme
3.      Suhu tinggi
a.       Pendidihan
b.      Uap bertekanan
c.       Pasteurisasi
4.      Suhu rendah
a.       Penyimpanan dalam lemari es
b.      Penyimpanan beku
5.      Dehidrasi
6.      Menaikkan tekanan osmotik
a.       Dalam gula pekat
b.      Dalam larutan garam
7.      Bahan kimia
a.       Asam organik
b.      Substansi yang terbentuk selama pengolahan (pengasapan)
c.      Substansi yang dihasilkan oleh fermentasi mikrobia (bermacam-macam asam)
8.      Radiasi
Semua metode pengawetan bahan makanan didasarkan pada beberapa prinsip berikut :
1.      Mencegah atau menghilangkan kontaminasi
2.      Menghambat pertumbuhan metabolisme mikrobia (aksi mikrobistatik)
3.      Mematikan mikroorganisme (aksi mikrobisidal)
Pemilihan metode pengawetan harus disertai pemahaman akan adanya resistensi yang luar biasa pada spora bakteri terhadap berbagai faktor seperti panas, radiasi, bahan kimia dan dihidrasi.
1.      Penanganan aseptik
Merupakan usaha untuk senantiasa menjaga agar mikroorganisme perusak tidak mencemari bahan makanan, dapat mengurangi kerusakan makanan, memudahkan pengawetan pangan dan memperkecil kemungkinan adanya patogen. Pengepakan (kemasan) makanan, pengalengan makanan yang telah diolah dan pelaksanaan metode-metode yang memenuhi syarat kebersihan dalam menangani bahan makanan merupkan contoh-contoh penangan aseptik.
2.      Penyingkiran mikroorganisme
Cairan yang dipaksa lewat dengan tekanan positif atau negatif melalui saringan “tipe bakteri” yang steril dapat digunakan untuk menjernikan zat alir serta menyingkirkan kikroorganisme. Ini adalah metode yang digunakan terhadap bir, makanan lunak, sari buah, anggur, dan air.
3.      Suhu tinggi
Pemanfaatan suhu tinggi merupakan salah satu metode pengawetan pangan yang paling aman dan paling dapat diandalkan. Panas digunakan secara luas untuk memusnahkan organisme yang ada di dalam produk pangan dalam kaleng, botol, atau tipe-tipe wadah lain yang membatasi masuknya mikroorganisme setelah pengolahan.
4.      Suhu rendah
Suhu 0 0C atau lebih rendah dapat menghambat pertumbuhan dan kegiatan metabolik mikroorganisme untuk jangka waktu lama. Sebelum dibekukan, kebanyakan hasil bumi dipanaskan terlebih dahulu dengan uap untuk menginaktifkan enzim yang dapat mengubah produk tersebut sekalipun pada suhu rendah. Metode pembekuan cepat, yang menggunakan suhu -32 0C atau lebih rendah, dianggap paling memuaskan karena kristal es yang terbentuk berukuran lebih kecil dan struktur sel dalam bahan makanan tidak rusak. Perlu ditekankan bahwa bahan makanan betapapun rendahnya suhu yang digunakan, tidak dapat diandalkan untuk mematikan semua mikroorganisme.
5.      Dehidrasi
Dehidrasi ialah peniadaan air. Proses ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti misalnya sinar mataari, pemanasan, atau penggunaan gula atau garam berkonsentrasi tinggi. Dehidrasi dapat digunakan untuk mengawetkan bahan makanan terutama karena menghambat pertumbuhan; mikroorganismenya sendiri tidak selalu terbunuh,. Pertumbuhan semua mikroorganisme dapat dicegah dengan cara mengurangi kelembapan lingkungannya sampai di bawah titik kritis. Titik kritis ditentukan oleh ciri-ciri organisme yang bersangkutan dan oleh kapasitas bahan makanan untuk mengikat air sehingga tidak tersedia sebagai kelembapan bebas yang dapat ditiadakan oleh proses dihidrasi.
6.      Menaikkan terkanan osmotik
Air akan ditarik keluar dari sel mikroorganisme bila sel tersebut dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung sejumlah besar substansi terlarut seperti gula atau garam. Dengan kata lain sel tersebut mengalami dehidrasi, metaolism,e terhenti, dan dengan demikian memperlambat a\pertumbuhan mikroorganisme. Tekanan osmotik yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan mikrobia, tetapi tidak dapat diandalkan untuk mematikan organisme.
7.      Bahan kimia
Penambahan zat kimia pengawet ke  dalam bahan makanan di AS dianggap memalsukan bahan makanan tersebut. Bahan pangan bila telah ditambah substansi apa saj yang beracun atau bersifat merusak yang dapat menyebabkan makan tersebut melanggar kesehatan. Hanya beberapa zat kimia yang secara hukum diterima untuk digunakan dalam pengawetan bahan makanan. Di antaranya yang paling efektif ialah asam benzoat, sorbat, asetat, laktat dan propionat, kesemuanya ini adalah asam organik. Bahan makan yang dibuat melalui proses fermentasi terutama bahan pangan dari ternak yang difermentasi menjadi awet terutama dihasilkannya asam asetat, laktat dan propionat selama berlangsungnya fermentasi oleh mikrobia.
8.      Radiasi
Sterillisasi dengan radsiasi merupakan suatu usaha pengawetan bahan makanan yang baru, cara ini dapat membawa perubahan radikal dalam metode-metode industri untuk pengolahan pangan. Sinar ultraviolet telah digunakan untuk mengurangi atau menginaktifkan mikroorganisme, terutama kapang, yang terdapat dalam udara ruang penyimpanan serta ruang pengemasan. Iridasi pada daging yang digantung (untuk pemeraman dan supaya empuk) dapat mengurangi pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan daging tersebut.
Radiasi ionisasi berintensitas tinggi, seperti sinar gama yang dip[ancarkan dari kobalt radioaktif (kobalt 60), mampu mensterilkan berbagai macam bahan, termasuk makanan yang sudah dikemas. Penerapan teknik ini (sterilisasi dengan radiasi) telah diselidiki sejak tahun 1950-an. Kefektifan radiasi berintensitas tinggi untuk mensterilkan suatu produk tidak diragukan lagi. Namun, pengaruh radiasi ionisasi berintensitas tinggi terhadap rasa, bau, aroma, warna, tekstur, dan mutu gizi pangan perlu dipahami dengan lebih baik. Demikian pula perubahan-perubahan kimiawi yang dihasilkan pada produk pangan yang diradiasi perlu dievaluasi dengan lebih baik dalam hal pengaruhnya terhadap manusia dan hewan.

No comments