Breaking News

Potensi Pengembangan Spirulina sp. di Indonesia

        Indonesia merupakan negara yang terletak di daerah lintang tropis dengan suhu yang relatif tinggi pada kisaran 21-32oC dan intensitas cahaya matahari yang relatif merata dan tersedia sepanjang tahun. Kondisi tersebut mendukung pertumbuhan Spirulina, baik Spirulina platensis (spesies air laut) maupun Spirulina fusiformis (spesies air tawar). Dengan demikian, potensi budidaya Spirulina sebagai produk akuakultur di Indonesia dapat dikatakan sangat tinggi. Indonesia juga memiliki peluang yang besar untuk menjadi salah satu produsen Spirulina dunia. Keunggulan Indonesia secara komparatif adalah dapat melakukan budidaya Spirulina sepanjang tahun, sementara negara-negara produsen utama Spirulina hanya dapat berproduksi saat musim panas (Habib et al, 2008 dalam Soni et al., 2010). Selain faktor suhu dan penyinaran, penyediaan media kultur bagi Spirulina di Indonesia tidak menjadi hambatan yang berarti.
        Faktor-faktor yang menjadi syarat bagi suatu media untuk menunjang pertumbuhan Spirulina antara lain nutrien, salinitas, dan alkalinitas (Hu, 2004 dan Mohanty et al., 1997). Spirulina membutuhkan berbagai nutrien untuk pertumbuhan yang terdiri atas nutrien makro dan mikro. Nutrien makro yang dibutuhkan antara lain N, P, S, K, Na, Mg, Ca, sebagai tambahan C, H, dan O. Nutrien mikro yang dibutuhkan adalah Bo, Mo, Cu, Zn, Co (Fogg, 1975 dalam Santosa, 2010). Kondisi optimum umumnya tercapai dengan penggunaan media analis seperti Zarouq medium (Diharmi, 2001). Media tersebut sebenarnya dapat diganti dengan berbagai media yang lebih sederhana dan mudah ditemukan. Beberapa riset telah dilakukan untuk menemukan formulasi baru dari bahan kimia yang murah dan mudah didapat seperti media modifikasi teknis NBP (Utomo, 2010). Selain itu riset juga diarahkan ke arah penggunaan berbagai limbah misalnya urin, kotoran ayam, kotoran puyuh, limbah tahu padat, limbah tahu cair serta pupuk komersil (Urea, TSP, dan ZA) (Winarti, 2003).
          Potensi pengembangan Spirulina di Indonesia sebenarnya telah disadari oleh berbagai pihak. Meskipun demikian, pasokan Spirulina di Indonesia masih berasal dari produsen asing. Hal ini menyebabkan harga Spirulina tidak terjangkau oleh kalangan menengah ke bawah. Hingga saat ini produk Spirulina masih terkesan sebagai suplemen yang bersifat eklusif. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan mengingat sebenarnya Spirulina platensis telah berhasil dibudidayakan dalam skala masal (kolam) di perairan jepara dan telah berhasil dikembangkan untuk food grade yang sangat aman dikonsumsi oleh manusia. Produksi secara komersial telah dilakukan oleh PT. Trans Pangan Spirulindo di perairan Teluk Awur, Jepara. Produktivitas tercatat cukup tinggi maksimal mencapai 7 kg/kolam ukuran 100 m2 setiap bulan (Soni et al., 2010).
            Paradigma yang ada seharusnya dapat dirubah mengingat keunggulan komparatif berupa iklim yang optimal dan terdapatnya contoh nyata keberhasilan pengembangan Spirulina skala desa di beberapa negara berkembang seperti India. Implementasi program Spirulina sebagai super food untuk mengatasi gizi buruk sangat mungkin untuk diterapakan. Hal ini didasari oleh keunggulan iklim Indonesia serta teknologi kultur Spirulina yang sebenarnya tidak rumit dan dapat menggunakan bahan-bahan yang tersedia di Indonesia.


No comments