Belalang kayu (Melanoplus cinereus)
Belalang kayu (Melanoplus cinereus) adalah serangga
berwarna hijau atau coklat berkaki belakang lebih panjang yang dipakai untuk
loncat yang termasuk ordo Orthoptera. Belalang
sudah lama dikenal oleh manusia sebagai santapan yang lezat, memberikan cita
rasa nutty flavor bila di bakar dan ditambah garam. Seratus gram belalang dewasa mengandung protein
23.6 gram, lemak 6.1 gram, calsium 35.2 miligram dan 5 miligram besi. Menurut Entomological Society of America, belalang merupakan sumber protein
yang lebih baik dibandingkan sapi, ayam,
ataupun babi. Dan yang tidak kalah pentingnya belalang
mempunyai kadar kolesterol dan lemak yang sangat rendah. Jadi tidak perlu
merasa was was terkena sakit jantung.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Kusmaryani (2005), kadar protein tepung belalang
kayu (Melanoplus cinereus) lebih tinggi dibanding tepung udang windu (Panaeneous
Monodon) dengan kadar masing-masing 17,922 dan 9,846 persen. Beberapa bahan
dasar makanan yang merupakan sumber protein juga dapat dibuat tepung. Sebagai
bahan baku berbagai olahan makanan, tepung memiliki beberapa keistimewaan,
antara lain rasa yang sama dengan bahan dasar pembuatnya, dapat disimpan lama
dan praktis dalam penggunaannya.
Belalang adalah binatang serangga yang bagi banyak orang
lebih sering di cap sebagai hama dan bukan bahan makanan bergizi apalagi
berprotein. Bahkan di beberapa daerah, mengkonsumsi belalang lebih identik
dengan kemiskinan rakyat di daerah tandus dan kering. Di beberapa negara,
seperti Zimbabwe dan Etiopia belalang
sudah menjadi makanan rakyat dengan mengolahnya menjadi tepung sebagai bahan
kue karena rasanya yang mirip dengan udang. Bahkan bagi banyak warga di negara
Afrika, belalang termasuk serangga yang
penting sebagai sumber protein.
Belalang termasuk jenis hama yang banyak
merusak tanaman, karena ludahnya mengandung racun yang dapat merusak dedaunan.
Belalang termasuk hewan yang halal bagi umat Islam. Imam Bukhari dalam sebuah
hadistnya meriwayatkan bahwa Ibn Abi Awfi erkata, ”Kami melakukan tujuh kali
penerangan bersama Nabi SAW. Ketika itu kami makan belalang sepanjang jalan.” Sahabat
Umar RA berkata: ” Nabi SAW pernah mengungkapkan keinginanya untuk makan
belalang panggang.” Bahkan istri nabi SAW, keluarga dan para sahabatnya biasa
saling memberi hadiah belalang (Ash Marlyna, 2002).
Belalang biasa dimanfaatkan menjadi
lauk-pauk bagi warga yang tinggal di daerah kering, seperti Gunung Kidul. Namun
tidak semua orang bisa mengkonsumsinya karena alergi (gatal-gatal). Belalang
darat biasa mencari tempat yang keras dan memukul-mukulkan ekornya jika akan
bertelor. Telurnya berkhasiat untuk mengobati jerawat. Belalang bersifat panas
dan kering, konsumsi dalam jumlah banyak dapat melangsingkan tubuh. Belalang juga
mempunyai khasiat untuk mengobati berbagai penyakit, seperti sakit kuning,
sesak nafas karena batuk, setip/kejang dan infeksi sumsum tulang. Untuk
mengobati sakit kuning, dilakukan dengan menghirup asap pembakaran sepuluh ekor
belalang. Sesak nafas karena batuk dapat diobati dengan mengkonsumsi ramuan
tepung belalang (5 ekor) yangg dicampur
dengan 1 sendok makan arak manis,
setiap pagi dan sore ( Sri Haryanto, 2005).
Bagi warga Gunung Kidul, belalang kayu
adalah makanan yang biasa mereka santap sebagai lauk-pauk. Belalang biasanya digoreng kering dengan bumbu
bawang-garam, atau dibacem. Rasanya yang enak, gurih dan mirip udang,
menyebabkan belalang kayu banyak diminati dan dikonsumsi oleh sebagian rakyat
Gunung Kidul.
Tradisi makan belalang sampai sekarang
menjadi suatu nostalgia yang mampu mengembalikan romantisme kampung halaman
bagi para perantau asal Gunung Kidul. Walaupun tidak jelas, sejak kapan warga
Gunung Kidul mulai mengkonsumsi belalang kayu. Barangkali wilayah Gunung Kidul
yang sebagian besar terdiri atas perbukitan karst yang gersang telah membuat
mereka menjajal segala kemungkinan sumber pangan dan protein untuk bertahan
hidup. Secara kebetulan di daerah itu pohon jati dan akasia ditanam warga
sebagai pohon peneduh sebelum menggarap lahan pertanian di bawahnya. Pada
pucuk-pucuk pohon itulah belalang kayu hinggap
dan mencari makan. Para pemburu belalang yang
tadinya hanya menangkap belalang padi, kini
harus menggunakan galah, jala ataupun lem tikus untuk menangkap belalang yang
bagi sebagian warga menjadi sumber penghasilan.
No comments