Potensi Rambut Jagung untuk Hipertensi
Pemanfaatan tanaman obat secara optimal sebagai bahan baku obat antihipertensi merupakan salah satu solusi yang sedang mulai dikembangkan di Indonesia. Hal ini disebabkan tanaman obat memiliki kelebihan dalam pengobatan hipertensi, karena selain dapat mengobati penyakit hipertensinya, tanaman obat dapat mengobati penyakit penyerta atau penyakit komplikasinya. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat hipertensi adalah tanaman jagung. Bagian tanaman jagung yang dapat digunakan sebagai obat hipertensi antara lain rambut, tongkol, atau akar (Wijayakusuma & Dalimartha 2005). Menurut Rahmayani (2007), disebutkan pula bahwa selain tanaman obat, digunakan pula bahan-bahan dari bagian tanaman lain yang dapat berfungsi sebagai obat-obatan herbal, salah satunya rambut jagung.
Jagung merupakan tanaman indigenous yang berlimpah di Indonesia. Angka produktivitas tanaman jagung di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan jumlah rambut jagung yang dihasilkannya pun semakin meningkat pula. Sejauh ini, rambut jagung belum dimanfaatkan secara optimal, mengingat rambut jagung merupakan bagian tanaman pangan yang tidak biasa untuk dikonsumsi. Akan tetapi, saat ini ternyata diketahui bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BPPT (2005), rambut jagung memiliki kandungan senyawa aktif di dalamnya antara lain saponin, zat samak, flavon, minyak atsiri, minyak lemak, alantoin, dan zat pahit. Selain itu, rambut jagung juga mengandung maysin, beta-karoten, beta-sitosterol, geraniol, hordenin, limonene, mentol, dan viteksin. Beberapa di antara zat senyawa aktif tersebut bermanfaat bagi kesehatan dan dapat berfungsi sebagai zat penurun tekanan darah tinggi.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahmayani (2007), rambut jagung dapat digunakan sebagai obat tradisional sebagai peluruh air seni dan penurun tekanan darah tinggi. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitiannya yang menunjukkan adanya kandungan flavonoid dengan gugus –OH pada posisi atom C nomor 5 atau 3, dan 4 yang tersubstitusi. Menurut Sofia (2005), juga disebutkan bahwa gugus prenil flavonoid banyak dikembangkan untuk pencegahan atau terapi terhadap penyakit-penyakit yang diasosiasikan dengan adanya radikal bebas, seperti penyakit degeneratif. Flavonoid ini dapat menggantikan sumber vitamin E yang berfungsi untuk tubuh manusia. Selain itu, Setianto (2009), juga menyebutkan bahwa refluks karena hipertensi vena akibat reaksi peradangan, dapat dihambat oleh anti radang fraksi flavonoid yang dimkironisasikan.
Di lain pihak, pada sebagian besar tumbuhan juga terdapat saponin. Saponin yang terkandung dalam rambut jagung juga dihipotesis dapat berfungsi untuk mengobati penyakit hipertensi. Hal ini karena saponin merupakan senyawa glikosida yang terdapat pada tanaman dengan konsentrasi yang cukup tinggi, dan tidak bersifat toksik terhadap manusia. Selain itu, menurut Sofia (2005), betakaroten juga merupakan antioksidan sumber vitamin A yang terdapat pada sebagian besar tumbuhan, yang dapat berfungsi untuk melindungi dari bahaya sinar radiasi matahari bagi tubuh manusia.
Berdasarkan penelitian Asliyah (2007), diperoleh hasil bahwa obat herbal yang digunakan herbalis di RA Happy Land Yogyakarta untuk penanganan penyakit hipertensi dan penyertanya adalah sebanyak 39 jenis (10 jenis diantarnaya terbukti memiliki aktivitas antihipertensi pada uji hewan dan klinik. Analitik statistik menunjukkan bahwa pengobatan herbal tersebut efektif dalam menurunkan tekanan darah pasien hipertensi secara bermakna. Namun demikian, secara klinis penurunan tersebut tidak menjadikan tekanan darah pasien mencapai terget terapi pengobatan hipertensi. Dari telaah pustaka diperkirakan bahwa kekompleksan metabolit sekunder yang terkandung dalam ramuan obat herbal mendukung adanya suatu sistem pengobatan yang holistik, dan diperkirakan obat herbal berpengaruh pada perbaikan kondisi kesehatan pasien. Di bawah ini beberapa tanaman yang dapat digunakan sebagai obat hipertensi, salah satunya rambut jagung :
Tabel 3 Beberapa jenis tanaman obat hipertensi
No. | Jenis Tanaman | Bagian yang digunakan |
1. | Alang-alang | Rimpang atau akar |
2. | Bayam duri | Akar |
3. | Belimbing manis | Buah, daun, batang |
4. | Belimbing wuluh | Buah |
5. | Boroco | Biji |
6. | Daun sendok | Seluruh tanaman |
7. | Jagung | Rambut, tongkol, akar |
8. | Kayu manis | Kulit batang |
9. | Ketepeng kecil | Biji yang dikeringkan |
10. | Kumis kucing | Daun |
11. | Leunca | Buah atau seluruh tanaman |
12. | Mengkudu | Buah masak |
13. | Meniran | Daun atau seluruh tanaman |
14. | Mindi kecil | Daun segar atau kering |
15. | Patikan Kebo | Seluruh tanaman |
16. | Pegagan | Daun |
17. | Pepaya | Akar dan buah mengkal |
18. | Pule pandak | Akar |
19. | Saga | Daun |
20. | Sambiloto | Daun |
21. | Semanggi gunung | Seluruh tanaman |
22. | Tapak dara | Daun atau seluruh tanaman |
23. | Tempuyung | Daun segar |
24. | Akar mambu | Daun |
25. | Murbei | Daun dan buah |
26. | Pulai | Kulit kayu |
27. | Sambung nyawa | Daun |
Sumber: Wijayakusuma & Dalimartha (2005); Dalimartha (2006)
Mengingat 90-95% penyebab penyakit hipertensi tidak diketahui, maka kerja dari tanaman obat dalam memperbaiki, membangun organ, dan sistem yang rusak juga belum diketahui. Sebagai akibatnya, banyak tanaman obat yang ternyata cocok untuk banyak penderita yang berbeda satu sama lain, salah satunya rambut jagung. Namun demikian, pada beberapa tanaman obat hipertensi dapat diketahui fungsinya dalam menurunkan tekanan darah, seperti diuretik, anti-andrenergik, dan vasodilator (Iskandar 2007). Menurut beberapa penelitian sebelumnya, diketahui bahwa rambut jagung dapat berfungsi sebagai obat batu ginjal, peluruh air seni, pelancar peredaran darah, pereda panas dalam, peluruh batu empedu, penurun tekanan darah tinggi, dan berfungsi pula untuk diuretik (BPPT 2005; Asliyah 2007; Rahmayani 2007; Anonim 2008; Kompas 2009).
No comments