Isolasi DNA Pada Buah
Isolasi DNA adalah proses pemisahan DNA dari
sel untuk mendapatkan DNA murni. Hasil akhir dari proses ini adalah
strand-strand DNA dapat terpisah dari dalam sel dalam bentuk cincin seperti
kabut putih yang terbentuk antara campuran ekstrak buah, detergen dan garam
dengan alkohol. Sumber DNA yang digunakan pada praktikum kali ini adalah buah-buahan.
Langkah pertama untuk
mengisolasi DNA adalah dengan memblender buah yang akan digunakan sebagai
sumber DNA. Proses ini bertujuan untuk merusak dinding sel, membran sel, dan
membran inti secara mekanik. Kemudian, hasil pemblenderan buah tersebut
disaring lalu di tuangkan dalam larutan detergent yang telah diberi garam. Garam
memiliki fungsi yang sama dengan SDS pada isolasi DNA genom sel darah putih,
yaitu untuk memberikan kondisi ionik, sehingga reaksi berjalan lebih stabil.
(Harley 2005: 410). Selain itu, garam berfungsi untuk menghilangkan protein dan
karbohidrat karena garam dapat menyebabkan keduanya terpresipitasi, dan
bersama-sama dengan detergen, keduanya berfungsi seperti halnya lysing buffer. Garam juga digunakan
untuk melarutkan DNA, karena ion Na+ yang dikandung oleh garam mampu memblokir
(membentuk ikatan) dengan kutub negatif fosfat DNA, yaitu kutub yang bisa
menyebabkan molekul-molekul saling tolak mnolak satu sama lain sehinggga pada
saat ion Na+ membentuk ikatan dengan kutub negatif fosfat DNA, DNA akan
terkumpul (Dollard, 1994 dalam Jamilah, 2005:21). Dari pernyataan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa selain digunakan untuk menghilangkan protein dan
karbohidrat dan menjaga kesetabilan pH lysing
buffer, garam juga membantu proses pemekatan DNA.
Sedangkan detergent berfungsi
untuk melisiskan barrier (penghalang) sel secara kimia sebagai pengganti
senyawa kimia yang mampu merusak dinding dan membran sel antara lain lisozim
yang dapat mendegesti senyawa polimerik yang
menyebabkan kekakuan sel dan etil endiamintetra asetat (EDTA) yang
berfungsi untuk menghilangkan ion Mg2+ yang penting untuk mempertahankan
keseluruhan struktur selubung sel, serta menghambat enzim-enzim seluler ynag
dapat merusak DNA (ion Mg2+ merupakan
kofaktor penting bagi DNAse yang bisa “memakan” DNA). Detergen bisa menyebabkan
kerusakan membran sel dengan mengemulsi lipid dan protein sel serta menyela
interaksi polar yang menyatukan membran sel karena detergen mengandung disodium
EDTA dan lauryl sulfat yang memiliki fungsi yang sama dengan dodesil sulfat
(Jamilah, 2005:11). Sedangkan menurut Machmud (2006), penambahan deterjen dalam
isolasi DNA dapat dilakukan karena deterjen dapat menyebabkan rusaknya membran
sel, melalui ikatan yang dibentuk melalui sisi hidrofobik deterjen dengan
protein dan lemak pada membran membentuk senyawa ”lipid protein-deterjen kompleks”.
Senyawa tersebut dapat terbentuk karena protein dan lipid memiliki ujung
hidrofilik dan hidrofobik, demikian juga dengan deterjen, sehingga dapat
membentuk suatu ikatan kimia.
Campuran tersebut diaduk
perlahan agar tidak timbul buih. Pengadukan larutan bertujuan untuk untuk memperbesar pergerakan partikel sel
dan detergen agar reaksi berlangsung cepat, karena detergent merupakan bahan yang dapat merusak membran sel. Tetapi jika pengadukannya
terlalu cepat akan menimbulkan buih yang dapat
menyebabkan terganggunya proses isolasi DNA. DNA akan sulit diamati karena
terhalangnya penyatuan DNA di
daerah atas antara alkohol dengan campuran ekstrak buah, detergent dan garam akibat adanya rongga udara yang
ditimbukan oleh adanya buih.
Setelah itu, campuran dari ekstrak
buah, detergent dan garam tersebut dimasukkan dalam tabung reaksi, ditetesi
dengan alkohol dingin hingga terlihat adanya cincin seperti kabut putih yang
terbentuk di antara campuran dengan alkohol. Alkohol berfungsi untuk
pengikatan strand DNA yang telah terkumpul karena pemekatan oleh garam. Jamilah
(2005: 14) menyebutkan bahwa pemekatan dilakukan dengan penambahan ethanol pada
lapisan atas sampel sehingga terjadi prespitasi DNA pada perbatasan kedua
larutan. Seperti yang telah diketahui bahwa kerapatan alkohol lebih
kecil dibandingkan kerapatan air, sehingga alkohol
akan berada di bagian atas dari larutan
dalam tabung reaksi. DNA yang
terikat oleh alkohol akan nampak seperti
cincin kabut putih yang terbentuk di antara campuran dengan alkohol.
Alkohol yang ditambahkan harus
dalam kondisi dingin. Jika dibandingkan dengan pernyataan Jamilah (2005: 14), dengan
adanya garam (kation kovalen seperti Na+) dan pada suhu di bawah 20 0C
atau kurang, ethanol absolut akan mempresipitasikan asam nukleat polimerik dengan
baik dan dalam Jamilah (2005:
21) juga disebutkan bahwa semakin
dingin ethanol, DNA yang terpresipitasi semakin pekat. Dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat
diketahui bahwa semakin
dingin alkohol, maka konsentrasi DNA yang akan terikat oleh alkohol tersebut
akan semakin pekat atau tinggi
sehingga DNA yang terisolasi dapat terlihat dengan jelas.
No comments