Toxoplasmosis
Pertama ditemukan pada tahun 1908 pada tikus gurun, sejak
itu parsit tersebut ditemukan disetiap negara di dunia. Banyak spesies
terserang parasit ini antara lain: carnivora, insectivora, rodentia, babi, herbivora,
primata dan mamalia lainnya. Parasit ini bersifat cosmopolitan pada orang
tetapi dapat menyebabkan sakit.
Biologi
Toxoplasma
merupakan parasit intra seluler pada bermacam-macam jaringan tubuh termasuk
otot dan epithel intestinum. Pada infeksi berat parasit dapat ditemukan dalam
darah dan eksudat peritoneal. Daur hidupnya termasuk dalam epithel intestinum
(enteroepithelial) dan fase “extraintestinal” terdapat dalam kucing rumah dan
hewan piaraan lainnya. Reproduksi sexual dari toxoplasma terjadi pada waktu
hidup dalam tubuh kucing, dan reproduksi asexual terjadi pada hospes lainnya.
Fase extra
intestinal : dimulai pada waktu kucing atau hospes lainnya memakan
oocyst yang bersporulasi atau termakan tachyzoid atau bradyzoites yang
merupakan fase infektif. Oocyst dengan ukuran 10-13 um X 9-11 um pada dasarnya
mirip dengan oocyst jenis isospora lainnya. Sporozoits keluar dari sporocyst,
sebagian masuk kedalam sel epithel dan tinggal di lokasi tersebut, lainnya
masuk kedalam mukosa dan berkembang di lamina propria, kelenjar lymfe
mesenterica, organ lainnya dan dalam sel darah putih. Pada hospes lain seperti
kucing tidak ada perkembangan di daerah enteroepithelial, tetapi sporocyst
masuk dalam sel hospes dan memperbanyak diri dengan “endodyogeny”. Sel yang
membelah diri secara cepat dan menyebabkan infeksi akut disebut “tachyzoits”.
Sekitar 8-16 tachyzoit mengumpul dalam sel vacuola parasitophorus sebelum sel
mengalami disintegrasi, bila parasit membebaskan diri dari sel tersebut merka
akan menginfeksi sel lain. Tachyzoit tidak tahan terhadap sekresi asam lambung,
tetapi tachyzoit bukanlah sumber infeksi yang penting dibanding fase lainnya.
Bilamana infeksi menjadi kronis,
zoits yang berada dalam otak, jantung dan otot memperbanyak diri lebih lambat
daripada fase akut. Dalam hal ini zoit tersebut dinamakan “bradyzoites” dan
mereka terakumulasi dalam jumlah besar dalam sel hospes. Mereka kemudian
dikeleilingi oleh lapisan dinding yang kuat disebut “zoitocyst”. Cyste tersebut
dapat bertahan selama berbulan-bulan atau beberapa tahun terutama dalam
jaringan saraf. Pembentukan cyste tersebut diikuti dengan perkembangan imunitas
terhadap infeksi baru, yang biasanya permanen. Bila daya imunitas menurun,
bradyzoit melepaskan diri dan merupakan booster untuk menimbulkan daya imunitas
lagi pada tingkat semula. Proteksi terhadap reinfeksi dengan adanya agen
infeksi dalam tubuh disebut “premunition”.
Imunitas terhadap toxoplasma ada dua yaitu: imunitas “humoral” dan “cell mediated”.
Dinding cyste dan bradyzoites sangat resisten terhadap pepsin dan trypsin dan
bila tertelan parasit tersebut dapat menginfeksi hospes baru.
Fase
enteroepithelial: Dimulai pada waktu kucing memakan zoitocyst yang
berisi bradyzoits, oocyst yang berisi sporozoit atau tachyzoit. Kemungkinan
lain adalah adanya migrasi zoit dari extraintestinal kedalam intestinal dalam
tubuh kucing. Begitu parasit masuk sel epithel usus halus atau colon, parasit
berubah menjadi trophozoit dan siap tumbuh untuk mengalami proses schizogony.
Telah diteliti ada 5 strain toxoplasma yang dipelajari pada fase ini, dari yang
memproduksi 2 sampai 40 merozoit dari scizogony, polygony, atau endodyogeni,
dimana prosesnya asexual. Gametogony tumbuh di dalam usus terutama usus halus,
tetapi sering terjadai dalam ileum. Sekitar 2-4% gametocyst adalah jantan yang
masing-masing dapat memproduksi 12 microgamet. Oocyst yang ditemukan dalam
feses kucing terjadi setelah 3-5 hari post infeksi dari cyste, dengan jumlah
tertinggi pada hari ke 5-8. Oocyst memerlukan oksigen untuk sporulasi,
sporulasi terjadi pada hari ke 1-5.
Patologi
Tipe
enteroepithelial hanya hidup selama beberapa hari, terutama pada ujung vili.
Tetapi fase extraepithelial, terutama yang berlokasi di retina atau otak,
cenderung menyebabkan infeksi yang serius.
Infeksi pada umur dewasa biasanya
tidak menunjukkan gejala (asymptomatik). Tetapi bila terjadi penurunan daya
tahan oleh karena obat (obat imunosupresif seperti corticosteroid) gejala akan
menjadi tampak. Infeksi yang memperlihatkan gejala (symptomatik infection) di
kelompokkan dalam 3 kategori yaitu: infeksi akut, sub akut dan kronis.
Infeksi
akut: Infeksi pertama terjadi dalam extraintestinal pada kucing
dan hospes lain termasuk manusia, yang diserang adalah organ kelenjar lymfe
mesenterica dan parenchym hati. Dua jaringan tersebut akan cepat mengalami
regenerasi untuk melawan parasit. Gejala yang terlihat adalah rasa sakit,
pembengkakan kelenjar lymfe di daerah cervic, supra clavicula dan inguinal.
Gejala ini diikuti demam, sakit kepala, sakit otot, anemia dan komplikasi paru.
Gejala ini dapat dikelirukan dengan penyakit flu. Bilamana imunitas berkembang akan menyebabkan
terjadinya infeksi sub-akut.
Infeksi
sub-akut: Terjadi waktu daya imunitas terbentuk dan menekan proses proliferasi
tachyzoit. Hal ini bersamaan dengan terbentuknya cyste. Cyste ini bertahan
beberapa tahun dan tidak memeprlihatkan gejala klinis. Kadang cyste pecah dan
keluar bradyzoit dan biasanya dibunuh oleh reaksi tubuh hospes, walaupun beberapa
lainnya membentuk cyste baru. Kematian bradyzoit akan merangsang terbentuknya
reaksi hipersensitif dalam bentuk peradangan pada area yang terkena. Pada otak
secara perlahan diganti dengan nodule sel glia. Bila banyak nodule terbentuk,
akan terlihat gejala encephalitis kronis yaitu “spasmic patalysis”. Terjadinya
reinfeksi pada sel retina oleh tachyzoit dapat merusak retina. Cyste dan cyste
yang pecah dalam retina dan choroid akan menyebabkan kebutaan. Gejala patologik
toxoplasma yang kronis lainnya adalah myocarditis, kerusakan jantung permanen
dan pneumonia.
Congenital toxoplasmosis
Bila ibu
yang sedang hamil terinfeksi toxoplasma akut, organisme akan menginfeksi faetus
yang dikandungnya. Untungnya infeksi neonatal kebanyakan tidak memperlihatkan
gejala, tetapi banyak kasus terjadi kematian fetus dan gagal melahirkan. Diduga
toxoplasma masuk ke fetus melalui plasenta dari darah ibunya, tetapi karena
uterus sendiri terinfeksi berat, terjadinya transmisi langsung dapat terjadi.
Abortus spontan terjadi bila faetus
terinfeksi toxoplasma baik pada orang maupun hewan. Pada suatu penelitian
diantara 118 kasus infeksi maternal pada awal dan selama masa kehamilan terjadi
9 kasus abortus atau kematian neonatal, 39 kasus congenital akut toxoplasmosis
dengan dua kasus kematian dan 28 kasus infeksi sub-klinis. Infeksi maternal
pada triwulan pertama masa kehamilan akan menyebabkan patogenik yang ekstensif,
tetapi transmisi parasit ke fetus lebih sering terjadi infeksi maternal pada
triwulan ke 3.
Lesi pada toxoplasma congenital
adalah hydrocephalus, mikrocephali, cerebral calcifikasi, chorioretinitis dan
gangguan psychomotor. Pada kasus kehamilan kembar, salah satu fetus
memperlihatkan gejala yang serius daripada lainnya yang tidak menunjukkan
gejala infeksi. Pada anak yang lahir selamat dari infeksi congenital, terjadi
kerusakan otak congenital, terlihat dengan gangguan mental dan epilepsi. Hal
inilah toxoplasmois adalah penyebab serius pada ibu hamil.
Diagnosis dan pengobatan
Diagnosis
spesifik pada orang berdasarkan beberapa hasil tes laboratorium. Penggunaan
hewan percobaan dengan inokulsi dari hasil biopsi kelenjar lymfe, hati atau
limpa pada tikus hasilnya lebih akurat. Penggunaan teknik komplemen fixation di
kombinasi dengan hemaglutinasi dan tes pewarnaan juga menghasilkan diagnosis
yang tepat.
Pengobatan dengan pyrimetamin dan
sulfonamide bersamaan banyak digunakan sebagai obat toxoplasmosis ini.
No comments