BAHAN TAMBAHAN PANGAN
DEFINISI
Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam pengertian luas adalah
bahan yang ditambahkan ke dalam produk pangan selain bahan baku utama. Secara
khusus BTP adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat
atau karakteristik pangan, baik yang mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi.
BTP dapat ditambahkan pada proses produksi, pengemasan, transportasi atau
penyimpanan.
Sedangkan
menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan,
Yang dimaksud "bahan tambahan pangan" adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau
bentuk pangan, antara lain, bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti
gumpal, pemucat dan pengental.
Manfaat BTP
- Mempertahankan konsistensi
produk makanan Misalnya : Emulsifier menjadikan produk makanan mempunyai
tekstur yang konsisten; contoh, susu yang diawetkan tidak terpisah
- Memperbaiki atau
memelihara nilai gizi. Contohnya adalah: Vitamin dan mineral yang umumnya
ditambahkan ke dalam makanan seperti susu, tepung, dan lain-lain
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi orang yang kekurangan gizi, atau
untuk mempertahankan bahkan meningkatkan atau memperbaiki kandungan gizi
bahan makanan tsb yang kemungkinan hilang akibat pemrosesan.
- Menjaga cita rasa dan
sifat produk makanan secara keseluruhan. Contoh : Bahan pengawet
mempertahankan mutu produk makanan dari mikrobia yang dapat menyebabkan
kerusakan produk, misal berjamur atau busuk.
- Menjaga tingkat keasaman
atau kebasaan makanan yang diinginkan. Contoh : Bahan pengembang
menghasilkan gas karbon dioksida sehingga tekstur biskuit, cake dan produk
sejenis lainnya mengembang.
- Memperkuat rasa atau
memberikan warna tertentu yang dikehendaki. Beberapa bumbu dan penyedap
rasa baik buatan maupun alami memperkuat rasa makanan. Warna kuning dari
pewarna kuning buatan (BTP) tartrazine atau kurkumin dari kunyit memberi
warna khas pada produk.
Apa yang termasuk BTP ?
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.722/Menkes/Per/IX/88 dijelaskan bahwa BTP bukan ingredien khas makanan,
dapat mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi serta sengaja ditambahkan ke
dalam pangan olahan
sesuai
dengan tujuannya.
BTP yang
diizinkan menurut Permenkes RI No.722/Menkes/Per/IX/88 antara lain :
- Pewarna
- Pemanis buatan
- Pengawet
- Antioksidan
- Antikempal
- Penyedap dan pengawet rasa
serta aroma
- Pengatur keasaman
- Pemutih dan pematang
tepung
- Pengemulsi
- Pemantap dan pengental
- Pengeras
- Sekuestran (pengikat ion
logam)
Selain itu,
masih ada BTP lain yang digunakan dalam makanan contohnya adalah :
- Enzim yaitu BTP dari
hewan, tanaman atau mikroba yang dapat menguraikan komponen pangan secara
enzimatis
- Penambah gizi yaitu asam
amino, mineral dan vitamin.
- Humektan yaitu BTP dapat
mengikat uap air agar produk tetap lembab.
Apakah BTP alami lebih aman dari pada BTP buatan ?
BTP seperti lesitin yang dibuat dari bahan alami seperti
kedelai dan jagung digunakan untuk memelihara tekstur produk. Namun demikian,
beberapa BTP yang bermanfaat tidak ditemukan di alam dan harus dibuat oleh
manusia. BTP buatan dapat diproduksi secara efisien, mempunyai kemurnian yang
tinggi dan mutunya konsisten dibandingkan dengan BTP alami. BTP baik yang alami
maupun buatan dapat dibuktikan sama-sama aman jika digunakan secara
proporsional dan benar.
Apakah BTP alami lebih aman karena bebas bahan kimia ?
Semua makanan, apakah yang dipetik dari kebun (belum
diolah) maupun yang dibeli di supermarket (produk olahan) – tersusun dari
senyawa kimia. Sebagai contoh, vitamin C atau asam askorbat yang terkandung di
dalam buah jeruk adalah serupa struktur kimianya dengan yang ditemukan dan
diproduksi di laboratorium. Semua bahan baku yang ada di dunia ini terdiri dari
susunan kimia yang mengandung unsur atau komponen karbon, hidrogen, oksigen dan
komponen lainnya. Komponen-komponen ini terangkai sedemikian rupa menjadi
protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin dan mineral seperti yang terkandung
di dalam makanan. BTP alami jika akan digunakan untuk proses produksi harus
dimurnikan, dan hal tersebut dilakukan dengan menggunakan bahan kimia. Dengan
demikian pasti terdapat residu kimia. Yang harus digaris-bawahi, gunakan BTP
jika memang diperlukan, gunakan sesuai dengan kebutuhan dan jangan melewati
ambang batas yang ditetapkan.
Resiko BTP
Pembelajaran tentang BTP secara benar diperlukan untuk
produsen dan konsumen. BTP bukan sesuatu yang harus ditakuti jika produsen dan konsumen mengikuti aturan yang telah ditetapkan
BPOM. BTP dapat menimbulkan resiko yang merugikan bagi kesehatan masyarakat
jika :
- Menggunakan BTP yang
bersifat bukan untuk pangan (non food grade)
- Menggunakan takaran
melebihi batas maksimum yang diizinkan Permenkes
No. 722/MenKes/Per/IX/88 tentang BTP
- Menggunakan BTP secara
tidak tepat
Bagaimana cara mengukur keamanan BTP ?
Evaluasi keamanan BTP didasarkan pada sejumlah kajian
data toksikologi (keracunan) yang diijinkan pada model hewan maupun manusia.
Jika batas maksimum BTP tidak memperlihatkan adanya efek racun, ini disebut “No
Observed – Adversed Effect Level” (NOAEL) dan digunakan untuk penentuan nilai
“Acceptable Daily Intake” (ADI). ADI adalah batas aman BTP yang boleh dikonsumsi setiap harinya di dalam diet
sepanjang waktu tanpa menimbulkan resiko kesehatan apapun.
No comments