Kesejahteraan Sosial
Kemiskinan merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya berbagai
masalah kesejahteraan sosial yang tercermin dalam bentuk ketidakmampuan
pemenuhan kebutuhan dasar, keterlantaran, kecacatan dan ketunasosialan. Jumlah
penduduk miskin termasuk yang sangat miskin pada tahun 1999 tercatat sebanyak
37,5 juta jiwa atau 18,17 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Masalah lain
yang terkait dengan kemiskinan adalah keterpencilan dan keterasingan secara
geografis dan sosial budaya, yang dialami oleh sekitar 1,1 juta penduduk
Komunitas Adat Terpencil (KAT). KAT tersebut dikhawatirkan akan semakin
tertinggal sebagai akibat perubahan sosial yang terjadi di luar komunitasnya.
Masalah kesejahteraan sosial lainnya yang menonjol adalah keterlantaran dan
kecacatan. Berdasarkan hasil Susenas 2000, jumlah anak terlantar dilaporkan
sekitar 3,2 juta, sedangkan jumlah lanjut usia terlantar tercatat sekitar 3,3
juta jiwa. Susenas tahun 2000 juga memperlihatkan bahwa masih terdapat sekitar
1,5 juta penduduk Indonesia yang mengalami kecacatan.
Pencacahan anak jalanan yang
dilakukan pada tahun 1998 di 12 kota besar mengungkapkan bahwa dari sekitar 40
ribu anak jalanan, 48 persen diantaranya adalah anak-anak yang baru turun ke
jalan mulai tahun 1998. Sebagian besar anak-anak bekerja di jalan adalah untuk
menambah pendapatan keluarga dan menambah biaya sekolah. Hal ini menunjukkan
bahwa alasan ekonomi keluarga merupakan faktor pendorong utama semakin
banyaknya anak-anak yang bekerja di jalan. Sementara itu, perlindungan khusus
untuk anak terutama anak jalanan, anak yang diperlakukan salah, dan pekerja
anak agar hak-hak anak untuk tumbuh dan berkembang belum dapat sepenuhnya
terpenuhi. Masalah lain yang dihadapi dalam
pembangunan kesejahteraan sosial adalah dampak krisis mutidimensional terhadap
menurunnya kemampuan organisasi sosial
(Orsos) dalam menyelenggarakan pelayanan sosial.
Masalah HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba juga menunjukkan peningkatan
yang mengkhawatirkan. Selain mencakup masalah medis, penderita HIV/AIDS dan
penyalahgunaan narkoba seringkali mengalami perlakuan diskriminatif dari
keluarga maupun lingkungannya. Pelayanan sosial dalam bentuk perlindungan
khusus bagi mereka agar tetap dapat memperoleh hak dan melaksanakan
kewajibannya sebagai individu, anggota keluarga dan masyarakat sesuai harkat
dan martabatnya juga belum sepenuhnya tersedia.
Dalam kehidupan bermasyarakat, bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman
suku bangsa, etnis, agama dan bahasa. Rentannya interaksi sosial antaretnis,
adanya kesenjangan sosial, kesenjangan pembangunan antarwilayah, rawannya
situasi politik dan keamanan, serta kondisi masyarakat yang mengalami
kemiskinan dapat memicu terjadinya kerawanan sosial dan disintegrasi bangsa.
Selanjutnya, kondisi sosial
ekonomi dan politik yang kurang menguntungkan pada saat ini, dan diperparah
dengan masalah bencana alam dan kerusuhan yang terjadi di berbagai daerah
mengakibatkan sebagian penduduk terpaksa mengungsi ke daerah yang lebih aman. Dengan jumlah pengungsi yang
sangat besar dan tersebar di berbagai lokasi, penanganan bagi mereka agar tetap
dapat terjaga kelangsungan hidupnya menjadi beban berat baik bagi pemerintah
maupun masyarakat.
No comments