PROGRAM PERBAIKAN GIZI MAKRO
RINGKASAN
Keadaan
gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan,
perkembangan, dan pemeliharaan serta aktifitas. Keadaan kurang gizi dapat
terjadi dari beberapa akibat, yaitu ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi,
faktor penyakit pencernaan, absorsi dan penyakit infeksi.
Masalah gizi
terbagi menjadi masalah gizi makro dan mikro. Masalah gizi makro adalah masalah
yang utamanya disebabkan kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan
protein. Manifestasi dari masalah gizi makro bila terjadi pada wanita usia
subur dan ibu hamil yang Kurang Energi Kronis (KEK) adalah berat badan bayi
baru lahir yang rendah (BBLR). Bila terjadi pada anak balita akan mengakibatkan
marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor dan selanjutnya akan terjadi
gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah.
Program
perbaikan gizi makro diarahkan untuk menurunkan
masalah gizi makro yang utamanya mengatasi masalah kurang energi protein
terutama di daerah miskin baik di pedesaan maupun di perkotaan dengan
meningkatkan keadaan gizi keluarga, meningkatkan partisipasi masyarakat,
meningkatkan kualitas pelayanan gizi baik di puskesmas maupun di posyandu, dan
meningkatkan konsumsi energi dan protein pada balita gizi buruk.
Strategi yang
dilakukan untuk mengatasi masalah gizi makro adalah melalui pemberdayaan
keluarga di bidang kesehatan dan gizi, pemberdayaan masyarakat di bidang gizi,
pemberdayaan petugas dan subsidi langsung berupa dana untuk pembelian makanan
tambahan dan penyuluhan pada balita gizi buruk dan ibu hamil KEK.
Evaluasi juga dilaksanakan dalam pelaksanaan program
perbaikan gizi makro, yaitu dimulai dari evaluasi input, proses, output dan
impact dengan tujuan untuk menilai persiapan, pelaksanaan, pencapaian target dan
prevalensi status gizi pada sasaran.
Tujuan
utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang
dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui
pembangungan kesehatan yang ingin dicapai untuk mewujudkan Indonesia sehat
2010. Visi pembangunan gizi adalah mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk
mencapai status gizi keluarga yang optimal.
Keadaan gizi dapat
dipengaruhi oleh keadaan fisiologis, dan juga oleh keadaan ekonomi, sosial,
politik dan budaya. Pada saat ini, selain dampak dari krisis ekonomi yang masih
terasa, juga keadaan dampak dari bencana nasional mempengaruhi status kesehatan
pada umumnya dan status gizi khususnya.
Keadaan
gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan,
perkembangan, pemeliharaan dan aktifitas. Kurang gizi dapat terjadi dari
beberapa akibat, yaitu ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit
pencernaan, absorsi dan penyakit infeksi.
Gambaran
perkembangan keadaan gizi masyarakat menunjukkan kecenderungan yang sejalan.
Prevalensi kurang energi protein, yang kemudian disebut masalah gizi makro,
pada balita turun dari 37.5 % pada tahun 1989 menjadi 26.4 % pada tahun 1999,
keadaan ini juga diikuti dengan prevalensi masalah gizi lain.
Upaya untuk
mencegah semakin memburuknya keadaan gizi masyarakat di masa datang perlu
dilakukan dengan segera dan direncanakan sesuai masalah daerah sejalan dengan
kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan desentralisasi. Keadaan ini diharapkan dapat
semakin mempercepat sasaran nasional dan global dalam menetapkan program yang
sistematis mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan.
Sejalan dengan
sasaran global dan perkembangan keadaan gizi masyarakat, rumusan tujuan umum
program pangan dan gizi tahun 2001-2005 yaitu menjamin ketahanan pangan tingkat
keluarga, mencegah dan menurunkan masalah gizi, mewujudkan hidup sehat dan
status gizi yang optimal. Menyadari faktor penyebab masalah gizi yang sangat
komplek dan arah kebijakan desentralisasi, maka perlu dirumuskan strategi
program gizi khususnya pada program perbaikan gizi makro, sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan nomor: 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang Organisasi
dan tata kerja Departemen Kesehatan.
A. Pengertian
Masalah gizi makro adalah: masalah gizi yang utamanya disebabkan oleh kekurangan atau
ketidakseimbangan asupan energi dan protein.
Status gizi masyarakat dapat digambarkan terutama pada
status anak balita dan wanita hamil. Oleh karena itu sasaran dari program
perbaikan gizi makro ini berdasarkan siklus kehidupan yaitu dimulai dari wanita
usia subur, dewasa, ibu hamil, bayi baru lahir, balita, dan anak sekolah.
B. Gambaran Gizi Makro
1.
Masalah
1.1.
Berat Bayi lahir Rendah (BBLR)
Kelompok masyarakat yang paling
menderita akibat dari dampak krisis ekonomi terhadap kesehatan adalah ibu dan
pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas bayi yang dilahirkan dan anak yang
dibesarkan.
Bayi dengan berat lahir rendah
adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita kurang energi kronis dan
akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka
kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius terhadap kualitas
generasi mendatang yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan mental
anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (IQ). Setiap anak yang
berstatus gizi buruk mempunyai resiko kehilangan IQ 10 – 13 poin. Pada tahun
1999 diperkirakan terdapat kurang lebih1,3 juta anak bergizi buruk, maka
berarti terjadi potensi kehilangan IQ sebesar 22 juta poin.2 Sementara
itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7 – 14 % (yaitu sekitar 459.200
– 900.000 bayi).
1.2.
Gizi Kurang pada Balita
Gizi Kurang merupakan salah
satu masalah gizi utama pada balita di Indonesia. Berdasarkan hasil susenas
data gizi kurang tahun 1999 adalah 26.4 %, sementara itu data gizi buruk tahun
1995 yaitu 11.4 %. Sedangkan untuk tahun 2000 prevalensi gizi kurang 24.9 % dan
gizi buruk 7.1%.
Gizi buruk adalah keadaan
kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan
protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama.
Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan marasmus,
kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor. 2
1.3.
Gangguan Pertumbuhan
Dampak selanjutnya dari gizi
buruk pada anak balita adalah terjadinya gangguan pertumbuhan pada anak usia
sekolah. Gangguan ini akan menjadi serius bila tidak ditangani secara intensif.
Hasil Survei Tinggi Badan Anak
Baru masuk Sekolah (TB-ABS) di lima propinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah, NTT,
Maluku dan Irian Jaya) pada tahun 1994 dan tahun 1998 menunjukkan prevalensi
gangguan pertumbuhan anak usia 5 – 9 tahun masing-masing 42.4 % dan 37.8 %.
Dari angka tersebut terjadi penurunan yang cukup berarti, tetapi secara umum,
prevalensi gangguan pertumbuhan ini masih tinggi.
1.4.
Kurang Energi Kronis (KEK)
KEK dapat terjadi pada Wanita
Usia Subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil). KEK adalah keadaan dimana ibu
menderita keadaan kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. (Departemen Kesehatan,
1995)
1.4.1.
Pada Wanita Usia Subur (WUS)
Pemantauan kesehatan dan status
gizi pada WUS merupakan pendekatan yang potensial dalam kaitannya dengan upaya
peningkatan kesehatan ibu dan anak. Kondisi WUS yang sehat dan berstatus gizi
baik akan menghasilkan bayi dengan kualitas yang baik, dan akan mempunyai
risiko yang kecil terhadap timbulnya penyakit selama kehamilan dan melahirkan.
Dari data Susenas pada tahun
1999 menunjukkan bahwa status gizi pada WUS yang menderita KEK (LILA < 23.5
cm) sebanyak 24.2 %. Hasil analisis IMT pada 27 ibukota propinsi
menunjukkan KEK pada
wanita dewasa (IMT< 18.5)
sebesar 15.1 %.
1.4.2.
Pada Ibu Hamil (Bumil)
Ibu hamil yang menderita KEK
mempunyai risiko kematian ibu mendadak pada masa perinatal atau risiko
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Pada keadaan ini banyak ibu
yang meninggal karena perdarahan, sehingga akan meningkatkan angka kematian ibu
dan anak.
Data SDKI tahun 1997 angka
kematian bayi adalah 52.2 per 1000 kelahiran hidup dan dari data SDKI tahun
1994 angka kematian ibu adalah 390 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.
Sedangkan dari data Susenas pada tahun 1999, ibu hamil yang mengalami risiko
KEK adalah 27.6 %.
2.
PENYEBAB MASALAH
UNICEF (1988) telah mengembangkan
kerangka konsep makro (lihat skema.) sebagai salah satu strategi untuk
menanggulangi masalah kurang gizi. Dalam
kerangka tersebut ditunjukkan bahwa masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh:
A. Penyebab langsung
Makanan dan penyakit dapat secara
langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan
asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup
makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang.
Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan
tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.
B. Penyebab tidak langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang
menyebabkan gizi kurang yaitu :
-
Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk
memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup
baik jumlah maupun mutu gizinya.
-
Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat
menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh
kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
-
Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan kesehatan yang ada
diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan
dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan
tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat
pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan
keluarga, makin baik pola pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang
memanfaatkan pelayanan kesehatan.
C. Pokok masalah di masyarakat
Kurangnya pemberdayaan keluarga dan
kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor
langsung maupun tidak langsung.
D. Akar masalah
Kurangnya pemberdayaan wanita dan
keluarga serta kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat terkait dengan
meningkatnya pengangguran, inflasi dan
kemiskinan yang disebabkan oleh krisis ekonomi, politik dan keresahan sosial
yang menimpa Indonesia sejak tahun 1997. Keadaan tersebut teleh memicu
munculnya kasus-kasus gizi buruk akibat kemiskinan dan ketahanan pangan
keluarga yang tidak memadai.
Pemerintah dapat melaksanakan berbagai
upaya untuk menurunkan penderita gizi kurang yaitu antara lain dengan cara
menjamin setiap ibu menyusui ASI eksklusif, menjamin setiap ibu memperoleh
pendampingan dan dukungan program gizi.
Sesuai dengan skema berikut, upaya perbaikan gizi tidak hanya melibatkan
soal teknis kesehatan akan tetapi menyangkut aspek sosial, politik, ekonomi,
ideologi dan kebudayaan. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan upaya
terintegrasi lintas program maupun lintas sektor terkait baik di tingkat pusat
maupun tingkat propinsi dan kabupaten.
C.
TUJUAN DAN SASARAN
Program perbaikan gizi makro diarahkan pada
kelompok wanita usia subur, pria/wanita dewasa, bayi dengan berat lahir rendah,
ibu hamil, ibu menyusui, ibu yang mempunyai balita, balita dan anak sekolah.
1.
Tujuan Umum:
Menurunkan masalah gizi
makro utamanya masalah kurang energi protein terutama di daerah miskin baik di
pedesaan maupun di perkotaan.
2.
Tujuan Khusus:
1. Meningkatkan
keadaan gizi keluarga dengan mewujudkan perilaku keluarga yang sadar gizi
2. Meningkatkan
partisipasi masyarakat dan pemerataan kegiatan pelayanan gizi ke seluruh
wilayah perdesaan dan perkotaan
3. Meningkatkan
kualitas pelayanan gizi baik di puskesmas maupun di posyandu untuk menurunkan
prevalensi masalah gizi kurang dan gizi lebih
4. Meningkatkan
konsumsi energi dan protein pada balita yang gizi buruk yang benar-benar
membutuhkan.
3.
Sasaran
Untuk mencapai tujuan
tersebut, telah ditetapkan sasaran nasional pembangunan di bidang pangan dan
gizi tahun 2002-2005. Sedangkan sasaran di tingkat daerah harus direncanakan
sesuai dengan potensi daerah. Sasaran tingkat nasional adalah:
1. Sekurang-kurangnya
80% keluarga telah mandiri sadar gizi
2. Menurunnya
prevalensi kurang energi kronis (KEK) ibu hamil menjadi 20 %
3. Menurunnya
prevalensi gizi kurang pada anak balita dari 26,4 % (1999) menjadi 20 % (2005)
dan gizi buruk dari 8,1% (1999) menjadi 5% (2005)
4. Mencegah
meningkatnya prevalensi gizi lebih pada anak balita dan dewasa
setinggi-tingginya berturut-turut 3 % dan 10%
5. Menurunnya
prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) menjadi setinggi-tingginya 7%.
D.
STRATEGI
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, akan
ditempuh strategi pokok sebagai acuan penanggulangan masalah gizi makro,
sebagai berikut :
D.1. Pemberdayaan
keluarga di bidang kesehatan dan gizi
Pemberdayaan keluarga
adalah proses dimana keluarga-keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan
gizi bekerja bersama-sama menanggulangi masalah yang mereka hadapi. Cara
terbaik untuk membantu mereka adalah ikut berpartisipasi dalam memecahkan
masalah yang mereka hadapi. Upaya
perbaikan gizi yang dilakukan adalah dengan meningkatkan kemandirian dengan
fokus keluarga mandiri sadar gizi dengan harapan mereka dapat mengenal dan
mencari pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan operasional yang dilaksanakan
adalah:
1. Pemetaan
keluarga mandiri sadar gizi oleh dasawisma dalam rangka survey mawas diri
masalah gizi keluarga.
2. Asuhan
dan konseling gizi
Pada akhir tahun 2005,
50% institusi pelayanan kesehatan telah melaksanakan asuhan dan konseling gizi
bagi keluarga dengan tenaga profesional dengan menggunakan tatalaksana asuhan
dan konseling gizi.
D.2. Pemberdayaan masyarakat di bidang gizi
Pemberdayaan masyarakat
di bidang gizi dimaksudkan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam
memerangi kelaparan dan peduli terhadap masalah gizi yang muncul di
masyarakat. Masyarakat harus dilibatkan
dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penanggulangan masalah gizi
makro, sehingga akan tercipta komitmen yang baik antara masyarakat dan petugas.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat adalah:
1. Pemberdayaan
ekonomi mikro
Kegiatan dilaksanakan
secara lintas sektor terutama dalam rangka income generating
2. Advocacy
Kegiatan ini dimaksudkan
untuk memperoleh dukungan baik teknis maupun non teknis dari pemerintah daerah
setempat untuk memobilisasi sumber daya masyarakat yang dimiliki
3. Fasilitasi
Memberikan bantuan teknis
dan peralatan dalam rangka memperlancar kegiatan penanggulangan gizi makro
berbasis masyarakat, misalnya home economic set untuk PMT.
D.3. Pemberdayaan
Petugas
Agar kualitas pelayanan
gizi meningkat, maka diharapkan para petugas kesehatan dapat memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan standar. Sehubungan dengan hal tersebut,
perlu dilakukan serangkaian kegiatan dalam peningkatan peran petugas yaitu
antara lain dengan memberikan pengetahuan dan ketrampilan baik melalui kegiatan
workshop dan capacity building.
D.4. Subsidi langsung
Subsidi diberikan dalam
bentuk paket dana untuk pembelian makanan tambahan dan penyuluhan kepada balita
gizi buruk dan ibu hamil kurang energi kronis
E.
PELAKSANAAN
E.1.
Pemberdayaan keluarga di bidang
kesehatan dan gizi
1.
Pemetaan keluarga mandiri sadar gizi oleh
dasawisma dalam rangka survey mawas diri masalah gizi keluarga.
Tujuan
: mengidentifikasi keluarga-keluarga yang belum melaksanakan perilaku gizi yang
baik dan benar
Kegiatan :
-
Pelatihan Kadarzi bagi Kader dasawisma
-
Pengadaan bahan-bahan pemetaan
-
Pemetaan, analisa dan tindak lanjutnya
2.
Asuhan dan konseling gizi bagi keluarga yang
belum menerapkan perilaku gizi yang baik dan benar.
Tujuan : meningkatkan
kemandirian anggota keluarga dalam pelayanan gizi.
Kegiatan :
-
Menyusun standar tata laksana asuhan dan
konseling gizi
-
Melaksanakan kegiatan asuhan dan konseling
gizi di setiap sarana pelayanan kesehatan
-
Melaksanakan kegiatan asuhan gizi melalui
penyuluhan kelompok mengenai makanan padat gizi dari bahan lokal
-
Melaksanakan kegiatan asuhan dan konseling
gizi secara profesional.
3.
Kampanye keluarga mandiri sadar gizi
Tujuan
: meningkatkan kepedulian keluarga untuk selalu menerapkan perilaku gizi yang
baik dan benar
Kegiatan :
-
Pengadaan bahan-bahan KIE lokal
-
Pesan-pesan Kadarzi melalui kelompok
kesenian tradisional
-
Pesan-pesan Kadarzi melalui media cetak dan
elektronik
E.2. Pemberdayaan masyarakat di bidang gizi
1. Pemberdayaan
ekonomi mikro
Kegiatan dilaksanakan
secara lintas sektor terutama dalam rangka “income generating”
Tujuan : meningkatkan
pendapatan keluarga
Kegiatan :
-
Usaha Bersama : pengembangan koperasi simpan
pinjam
-
Pemanfaatan pekarangan bekerjasama dengan
sektor pertanian
2. Advocacy
dan sosialisasi
-
Advocacy dan sosialisasi program
pemberdayaan keluarga di bidang gizi kepada Gubernur dan Bupati
3. Fasilitasi
Memberikan bantuan teknis
dan peralatan dalam rangka memperlancar kegiatan penanggulangan gizi makro
berbasis masyarakat.
Kegiatan :
-
Bantuan teknis untuk petugas lapangan :
Pengadaan konsultan, pelatihan/workshop
-
Pengadaan sarana : dacin, food model, home economic set,
bahan-bahan KIE dll
E.3.Pemberdayaan
Petugas
Tujuan
: Meningkatkan ketrampilan petugas dalam memberikan pelayanan gizi sesuai
dengan standar.
Kegiatan :
1. Workshop
tata laksana gizi buruk tingkat kabupaten, puskesmas dan RT
2. Workshop
tata laksana penanggulangan WUS KEK tingkat kabupaten, puskesmas dan RT
3. Capacity
building tentang perencanaan daerah untuk menanggulangi masalah gizi makro
E.4. Subsidi langsung
Tujuan : meningkatkan
keadaan gizi balita dan ibu hamil
Subsidi dalam diberikan
dalam bentuk paket dana untuk pembelian makanan tambahan dan penyuluhan kepada
balita gizi buruk dan wanita usia subur kurang energi kronis.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan
adalah :
1. Identifikasi
sasaran yang perlu disubsidi (target sasaran).
Target sasaran ditentukan
berdasarkan hasil antropometri yang dilaksanakan langsung di lapangan dengan
beberapa tambahan kriteria antara lain : balita dan Ibu hamil tergolong miskin, jumlah anggota keluarga
lebih dari 3, kondisi rumah dan sarana air bersih kurang memadai.
2. Distribusi
dana subsidi secara langsung ke keluarga melalui bidan di desa. Bidan di desa
menjelaskan cara penggunaan dana dan mekanisme PMT (sesuai Pedoman Tata laksana
Gizi Buruk di Rumah Tangga)
3. Evaluasi
PMT : penggunaan dana, proses PMT dan perubahan status gizi
E. EVALUASI
Evaluasi ditujukan untuk
menilai :
1. Input
: ketenagaan
(jumlah dan qualitas), dana, fasilitas dan sarana pelayanan kesehatan dll.
2. Proses
: menilai pelaksanaan kegiatan apakah
telah mencapai target yang ditetapkan, mengidentifikasi kendala dan masalah yang dihadapi serta
pemecahannya.
3. Output
: menilai pencapaian setiap kegiatan
penanggulangan gizi makro.
4. Impact
: Menilai prevalensi status gizi pada
sasaran.
Kegiatan :
Pelaksanaan evaluasi akan
dilakukan oleh pihak ketiga agar tidak terjadi subjektivitas hasil evaluasi
dengan tahap-tahap sebagai berikut :
-
Penunjukkan pelaksana evaluasi, misalnya LSM
di bidang kesehatan, Universitas.
-
Evaluasi dilaksanakan secara
berkesinambungan dengan rentang waktu satu tahun sekali. Akan tetapi setiap 6
bulan dilakukan monitoring terhadap kegiatan yang sedang berjalan.
-
Hasil evaluasi tahunan digunakan sebagai
dasar dalam perencanaan selanjutnya.
F. PENDANAAN
Sumber dana berasal dari
: APBN dan sumber lainnya.
Daftar Pustaka:
1.
___The Impact of Asian Financial Crisis on
Health Sector in Indonesia, www.health_indonesia.pdf, 12 Maret 2002
2.
RI dan WHO, Rencana Aksi Pangan dan Gizi
Nasional 2001 – 2005, Jakarta, Agustus 2000
3.
Direktorat Gizi Masyarakat, Panduan
Pemberian Makanan Gizi Buruk Pasca Rawat Inap di Rumah Tangga, Jakarta, 2000
4.
Direktorat Gizi Masyarakat, Tata Laksana
Penanggulangan Gizi Buruk, Jakarta 2000
5.
Tim Kewaspadaan Pangan dan Gizi Pusat,
Situasi Pangan dan gizi di Indonesia, Jakarta, 2000
6.
Departemen Kesehatan, Status Gizi dan
Imunisasi Ibu dan Anak di Indonesia, Jakarta, 1999
7.
Departemen Kesehatan, Tuntutan Praktis Bagi Tenaga gizi Puskesmas,
Bekalku Membina Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), Jakarta, 1999
8.
Tim Koordinasi Penanggulangan masalah Gizi
Pangan dan Gizi, Gerakan nasional penanggulangan masalah Pangan dan Gizi di
Indonesia, Jakarta, 1999
9.
Departemen Kesehatan, Pedoman Penggunaan
Alat Ukur Lingkar Lengan Atas (LILA) Pada Wanita Usia Subur, Jakarta, 1995
10. UNICEF,
Strategy for Improved Nutrittion of Children and Women in Developing Countries,
New York, 1992
No comments