Ekosistem & Ekologi Manusia
Ekosistem-ekosistem
digolongkan ke dalam kategori lebih besar yaitu biom yang umumnya
diidentifikasikan dari vegetasi yang mencirikannya. Hutan tropis, gurun, padang
rumput, merupakan contoh biom. Biom merupakan unit ekologis terbesar di dalam
biosfer. Biosfer itu adalah seluruh lingkungan hidup di planet bumi.
Setiap
ekosistem berbeda dari segi luasan dan keruwetan, juga dari segi daya dukung
dan ketahanan terhadap gangguan. Dalam beberapa dekade terakhir milenium,
hampir semua ekosistem di Sumatera mengalami gangguan berat, bahkan sangat
berat. Ini terutama berhubungan dengan eksploitasi yang jauh melebihi daya
dukung. Konversi hutan menjadi perkebunan pada areal yang sangat luas merupakan
contoh gangguan berat ekosistem hutan tropis Sumatera. Akibatnya, ekosistem
hutan di Sumatera terdegradasi dan akhirnya terfragmentasi ke dalam blok-blok
kecil yang saling terisolir. Ekosistem yang pada awalnya luas dan stabil,
menjadi terkotak-kotak dan sangat rawan terhadap gangguan baru.
Sebenarnya
hampir tidak ada lagi ekosistem yang tidak dipengaruhi secara nyata oleh
kegiatan manusia. Misalnya, jika dalam keadaan normal hutan tropis basah tidak
terbakar walaupun dalam kemarau panjang, tetapi setelah terdegradasi oleh
logging berlebihan akhirnya terbakar juga, seperti yang dialami dua tahun lalu.
Jadi ekologi bumi sekarang boleh dikatakan sudah menjadi masalah ekologi
manusia. Tetapi secara konseptual, ekologi manusia itu apa?
Manusia,
menurut ilmu biologi, memang jenis mamalia yang pada prinsipnya dapat dipandang
sebagai unsur hewani dalam ekosistemnya. Dan pandangan ini tentu berlaku untuk
masa evolusi spesies leluhur manusia, paling tidak sampai munculnya Homo
sapiens (subspesies kita sekarang), sekitar 150.000 tahun lalu. Dengan
munculnya subspesies ini, dengan kapasitas intelektual dan budaya lebih besar,
pengembangan teknologi dan organisasi semakin menonjol. Namun, konsekuensinya
pada lingkungan hidup masih terbatas sebelum manusia mulai mentransformasikan
alam lewat pertanian sekitar 10.000 tahun yang lalu. Bahkan masih juga terbatas
di mana pertanian masih dilakukan secara sederhana, seperti perladangan
berpindah, pada kepadatan penduduk sangat rendah sehingga proses-proses alami
termasuk regenerasi masih dominan dan berjalan baik.
Namun,
pertanian memiliki potensi intensifikasi yang dapat diwujudkan lewat seleksi
benih dan pengolahan lahan serta berbagai bentuk-bentuk organisasi.
Perkembangan ini memungkinkan populasi lebih besar dan padat serta pengembangan
berbagai spesialisasi jasa atau produk juga di luar pertanian. Pengembangan
populasi dan ekstensifikasi pertanian untuk mendukung populasi tersebut
memperluas dampak pada ekosistem. Ini terjadi di wilayah yang kesuburan
tanahnya tinggi secara alami seperti umumnya di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera
terutama di beberapa tempat sepanjang Bukit Barisan. Akhirnya, berkat revolusi
industri dengan pengembangan berbagai mesin dan kendaraan yang memanfaatkan
energi fosil terutama minyak sebagai sumber tenaga dan teknik lainnya seperti
pupuk buatan, kemampuan manusia untuk memanfaatkan bumi bahkan
mentransformasikannya dalam waktu singkat, sangatlah meningkat. Dampak ekologis
pun menjadi dahsyat seperti belakangan ini di Sumatera dan juga di bagian lain
dunia.
Ekologi
manusia merupakan studi terhadap bagaimana manusia berinteraksi dengan alam
bukan hanya sebagai makhluk biologis, tetapi lebih-lebih sebagai makluk
berbudaya. Ekologi manusia juga menyangkut bagaimana interaksi itu mempengaruhi
kependudukan dan pola organisasi dan juga konsekuensinya bagi alam, serta
timbal balik dari konsekuensi itu. Kalau dahulu manusia menjadi aktor terbatas
di dalam ekosistem tertentu, sekarang menjadi sumber pengaruh di hampir semua
ekosistem di bumi. Bahkan boleh dikatakan, planet bumi dengan biosfernya lah
yang merupakan ekosistem bagi manusia sekarang. Daya dukung ekosistem inilah
yang akhirnya menentukan, penyesuaian apa yang harus dilakukan manusia dalam
perilaku dan pola organisasi untuk tetap survive. (O.S)
No comments