Metode Transplantasi Karang
Teknik
trasplantasi karang dapat dilakuka melalui 2 (dua) cara (Lindahl et al .,1998), yaitu :
- Transplantasi karang-karang dari suatu daerah ke
daerah yang lain secara langsung. Pemindahan dari suatu ekossitem terumbu karang dan ditanam langsung
pada substrat alam ataupun buatan.
- Patahan ditransplantasikan pada lokasi yang
terlindungidan dibiarkan tumbuh menjadi ukuran tertentu sebelum akhirnya
dipindahkan ke lokasi transplan yang sesungguhnya.
Secara biologis, transplantasi dinyatakan
berhasil dengan tingkat ketahanan
hidup berkisar 50-100 % ketika karang
ditransplantasikan pada habitat yang serupa dengan habitat dimana mereka
dikoleksi.
Kalsifikasi
Kalsifikasi dan Produksi Kapur
Terumbu Karang
Proses kalsifikasi sebenarnya adalah proses
mineralisasi yang terjadi diluar kalikoblas epidermis. Bahan utama yang
digunakan untuk proses kalsifikasi sebenarnya merupakan suatu hasil metabolisme
yang disekresikan, dan terdiri dari beberapa substansi muchopolysacarida, yang
memungkinkan karang mengikat kalsium (Ca2+) dari air laut (Suharsono
dan Kiswara, 1984). Di laut kalsium tersedia dalam jumlah yang tak terbatas sehingga tidak menjadi
faktor pembatas untuk pembentukan CaCO3. Kecepatan pembentukan CaCO3, yang merupakan
komponen utama dari kerangka karang, tergantung pada kecepatan pemindahan asam
karbonat pada tempat kalsifikasi. Pemindahan asam karbonat dapat dilakukan oleh
enzim “carbonic anhydrase”. Adanya penghambat “carbonic anhydrase”
dapat menyebabkan berkurangnya kecepatan kalsifikasi, karena terganggunya
efisiensi pemindahan asam karbonat. Disamping itu pemindahan asam karbonat juga
dilakukan melalui proses fiksasi CO2 oleh zooxanthellae pada waktu
berfotosintesis (Bohm, 2005).
Proses kalsifikasi karang sangat kompleks. Semua
bahan yang didepositkan bergerak dibawah kontrol metabolik yang sangat
berkaitan, sehingga terjadi kesesuaian antar pengambilan dan pengendapan (Garison dan Ward, 2008). Adanya kontrol metabolik ini menyebabkan
proses kalsifikasi ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan seperti cahaya dan
suhu. Akibatnya kecepatan kalsifikasi sangat bervariasi dari tahun ketahun,
serta terjadi perbedaan densitas pengendapan dengan kondisi lingkungan yang
berpengaruh selama tahun itu. Smith
(2004) menyatakan peranan zooxanthellae
dalam kalsifikasi sangat penting. Jika zooxanthellae dicegah untuk tidak
melakukan fotosintesis atau dipindahkan dari jaringan karang maka reaksi
pembentukan CaCO3 menjadi sangat lambat.
Koloni
karang dengan zooxanthellae masih dapat mengadakan kalsifikasi yang
lebih cepat dalam keadaan gelap dari
pada koloni tanpa zooxanthellae dalam keadaan ada cahaya. Peranan zooxanthellae
dalam mekanisme kalsifikasi adalah dalam memindahkan hasil buangan yang
dihasilkan oleh karang seperti CO2, nitrogen, fosfor, dan sulfur.
Dengan adanya pemindahan zat-zat ini kecepatan metabolisme karang meningkat
(Bohm et al., 2005).
Dalam
ekosistem terumbu karang tidak hanya karang sendiri yang memproduksi CaCO3.
Berbagai jenis hewan dan tumbuhan seperti Coralline algae, Moluska,
Echinodermata, dan hewan lainnya membentuk cangkang dari CaCO3.
Scoffin et al. (1980) dalam Nontji (1984) menyatakan produksi CaCO3 di terumbu karang
diperkirakan (206 x 106 g/th)±10 dan bersamaan dengan diproduksinya
CaCO3 ini terjadi juga pemindahan CaCO3 dari terumbu
karang sebesar (123 x 106 )±7 g/th. Pemindahan ini terjadi karena
adanya hewan-hewan yang hidup bersama dengan karang dan membuat rumah didalam
kerangka karang. Hewan dan tumbuhan ini termasuk gastropod, cacing, bulu babi,
ikan kakaktua, keong, sponge, kerang, crustacea, dan lain-lainnya.
Persentase
dari kerangka kapur berkisar antara 7-38% dari total CaCO3.
Disamping kalsium, unsur-unsur Sr, U, Ba, Cu, B, Li, dan Zn secara umum selalu
ada dalam kerangka karang. Zat-zat ini didepositkan bersama-sama dengan Ca
selama proses kalsifikasi. Unsur pada berbagai jenis karang jumlahnya
bervariasi. Hal ini berkaitan dengan perubahan lingkungan seperti suhu,
salinitas, dan komposisi air (Odum, 1955
dalam Nontji, 1984).
Mekanisme Kalsifikasi
Peran
alga dalam proses kalsifikasi sampai saat ini masih belum teridentifikasi
dengan jelas. Menurut Johnston (1980)
mengasumsikan bahwa mekanisme kalsifikasi alga melalui peningkatan cahaya
mengikuti mekanisme kalsifikasi dasar seperti yang terjadi pada karang
hermatipik dan ahermatipik. Ada dua
dasar mekanisme kalsifikasi yaitu : (1) kalsifikasi sebagai proses fisika-kimia
biasa, dimana pengendapan anorganik matriks terjadi karena kondisi media yang
supersaturasi; (2) kalsifikasi didasarkan pada pengompleksan ion Ca2+
atau CO32- oleh material matriks yang bermuatan. Material pengompleksan ini kemungkinan adalah
kelompok amida, seperti kitin dan ikatan peptida protein. Senyawa lainnya adalah residu protein matriks
asam asaparatik dan asam glutamat.
Johnston
(1980) juga memberikan 3 hipotesis lain yang menggambarkan peran alga dalam
proses kalsifikasi karang yaitu : (1) sebagai pengambil senyawa yang mungkin
penghambat; (2) sebagai pengatur stimulasi metabolisme; (3) sebagai penyumbang
matriks organik.
(1) Sebagai pengambil senyawa yang mungkin yang
mungkin penghambat.
Pengambilan senyawa penghambat dapat meningkatkan
kalsifikasi telah didiskripsikan oleh beberapa peneliti seperti Goreau (1961). Pengambilan ini biasanya terjadi pada waktu
proses fotosintesis, dimana alga akan mengabsorbsi CO2 dan Posfat
dalam perairan. Secara spesifik Chapman
(1974) dalam Johnston (1980) menyimpulkan bahwa pengikatan CO2
oleh alga melalui proses fotosintesis hanya dapat meningkatkan CaCO3,
jika konsentrasi ion bikarbonat (HCO3-) dan kondisi pH
air yang tinggi. Borowitzka dan Larkum
(1974) dalam Johnston
(1980) menunjukkan bahwa jika CO2 diambil pada waktu proses foto
sintesis, maka pH akan meningkat dan menggeser kesetimbangan HCO3-,
seperti pada persamaan reaksi di bawah ini :
yang berarti akan meningkatkan konsentrasi ion CO32-,
dengan meningkatnya ion CO32- maka akan meningkatkan
kalsifikasi, namun hal ini masih belum ada bukti.
(2) Sebagai pengatur stimulator metabolisme
Hal ini didasarkan pada peran penting alga dalam membantu
menyerap sisa–sisa metabolisme hewan karang seperti Posfat (PO43-),
Sulfur (SO42-) dan Nitrat (NO32-).
(3) Sebagai penyumbang matriks organik
Hal ini didasarkan pada pendapat Wainwright (1963) dalam Johnston (1980) yang
mengusulkan bahwa alga mampu menghasilkan komponen penghambat kalsifikasi (rate-limiting
compound) yang terlibat dalam pembentukan matriks organik. Komponen tersebut adalah kitin pada jenis Pocilopora
damicornis. Namun demikian peran ini
juga belum jelas mengingat matriks ini bukan merupakan faktor pembatas dalam
proses kalsifikasi atau bukan berasal dari
alga (Goreau dan Goreau, 1961).
Secara keseluruhan dapat dikatakan
bahwa sebenarnya peran dari proses fotosintesis alga pada proses kalsifikasi
masih belum jelas dan masih dalam suatu perdebatan (Adey,2000). Namun demikian karang batu pembentuk terumbu
tidak mengkalsifikasi sangat nyata pada kondisi gelap dan bahwa peran kedua
organisme yang ada yaitu : alga simbion
dan alga yang hidup bebas sangat menentukan dalam proses kalsifikasi (Adey,
2000). Selanjutnya dikatakan pula bahwa
pertumbuhan alga yang berlebihan karena peningkatan nutrien (eutropkasi) atau
pemangsaan yang turun (karena perikanan) yang kurang melihat atau memperhatikan
pertumbuhan alga yang hidup bebas sangat merusak kehidupan atau pertumbuhan
karang (Adey, 2000).
Radioisotop 45CaCl2
Bohm et al. (2005) menyatakan unsur-unsur yang memiliki neutron yang
berbeda pada intinya, sehingga akan memiliki nomor massa, inti, dan nomor atom
berbeda, sehingga sifat kimianya tidak berubah. Unsur-unsur seperti ini
memiliki elemen yang sama, tetapi berat atom atau nomor massanya yang berbeda
disebut isotop. Penambahan
awalan Radio- di gunakan untuk menandakan sifat radioaktif, dengan kata
lain radioisotop berbeda dengan isotop-isotop stabil. Bahwa proton dan netron
pada inti membentuk susunan tidak stabil dan karena itulah pemecahan terjadi
secara spontan. Sifat penanda digunakan untuk menggambarkan sebuah elemen,
senyawa, atau organisme mengandung bahan pengganti isotop. Tanda bintang juga
digunakan sebagai penanda untuk radioisotop.
Radioisotop alami ditandai
dengan adanya nomor atom yang lebih besar dari 81. Radioisotop 45Ca
ini berbentuk cairan dalam bentuk 45CaCl2 dan memiliki
waktu paruh 162,23 hari atau ± sekitar 5 bulan. Radiasi yang dipancarkan adalah
sinar Beta dengan intensitas yang rendah, sehingga dibutuhkan penguat radiasi
untuk memperkuat radiasi yang dipancarkan, agar bisa terbaca pada alat ( Bohm et al., 2005).
No comments