Sistem Reproduksi Pada Wanita
1.Organ Reproduksi
Organ reproduksi
wanita terdiri dari organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar.
Organ reproduksi dalam
Organ reproduksi
dalam wanita terdiri dari ovarium dan saluran reproduksi (saluran kelamin).
Ovarium
Ovarium (indung
telur) berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan panjang 3 – 4 cm. Ovarium
berada di dalam rongga badan, di daerah pinggang. Umumnya setiap ovarium
menghasilkan ovum setiap 28 hari. Ovum yang dihasilkan ovarium akan bergerak ke
saluran reproduksi.
Fungsi ovarium
yakni menghasilkan ovum (sel telur) serta hormon estrogen dan progesteron.
Saluran reproduksi
Saluran
reproduksi (saluran kelamin) terdiri dari oviduk, uterus dan vagina.
Oviduk
Oviduk (tuba
falopii) atau saluran telur berjumlah sepasang (di kanan dan kiri ovarium)
dengan panjang sekitar 10 cm. Bagian pangkal oviduk berbentuk corong yang
disebut infundibulum. Pada infundibulum terdapat jumbai-jumbai (fimbrae).
Fimbrae berfungsi menangkap ovum yang dilepaskan oleh ovarium. Ovum yang
ditangkap oleh infundibulum akan masuk ke oviduk. Oviduk berfungsi untuk
menyalurkan ovum dari ovarium menuju uterus.
Uterus (kantung
peranakan) atau rahim merupakan rongga pertemuan oviduk kanan dan kiri yang
berbentuk seperti buah pir dan bagian bawahnya mengecil yang disebut serviks
(leher rahim). Uterus manusia berfungsi sebagai tempat perkembangan zigot
apabila terjadi fertilisasi. Uterus terdiri dari dinding berupa lapisan
jaringan yang tersusun dari beberapa lapis otot polos dan lapisan endometrium.
Lapisan endometrium (dinding rahim) tersusun dari sel-sel epitel dan membatasi
uterus. Lapisan endometrium menghasilkan banyak lendir dan pembuluh darah.
Lapisan endometrium akan menebal pada saat ovulasi (pelepasan ovum dari
ovarium) dan akan meluruh pada saat menstruasi.
Vagina
Vagina merupakan
saluran akhir dari saluran reproduksi bagian dalam pada wanita. Vagina bermuara
pada vulva. Vagina memiliki dinding yang berlipat-lipat dengan bagian terluar
berupa selaput berlendir, bagian tengah berupa lapisan otot dan bagian terdalam
berupa jaringan ikat berserat. Selaput berlendir (membran mukosa) menghasilkan
lendir pada saat terjadi rangsangan seksual. Lendir tersebut dihasilkan oleh
kelenjar Bartholin. Jaringan otot dan jaringan ikat berserat bersifat elastis
yang berperan untuk melebarkan uterus saat janin akan dilahirkan dan akan
kembali ke kondisi semula setelah janin dikeluarkan.
Organ reproduksi luar
Organ reproduksi
luar pada wanita berupa vulva. Vulva merupakan celah paling luar dari organ
kelamin wanita. Vulva terdiri dari mons pubis. Mons pubis (mons veneris)
merupakan daerah atas dan terluar dari vulva yang banyak menandung jaringan
lemak. Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi oleh rambut. Di bawah mons
pubis terdapat lipatan labium mayor (bibir besar) yang berjumlah sepasang. Di
dalam labium mayor terdapat lipatan labium minor (bibir kecil) yang juga
berjumlah sepasang. Labium mayor dan labium minor berfungsi untuk melindungi
vagina. Gabungan labium mayor dan labium minor pada bagian atas labium
membentuk tonjolan kecil yang disebut klitoris.
Klitoris
merupakan organ erektil yang dapat disamakan dengan penis pada pria. Meskipun
klitoris secara struktural tidak sama persis dengan penis, namun klitoris juga
mengandung korpus kavernosa. Pada klitoris terdapat banyak pembuluh darah dan
ujung-ujung saraf perasa.
Pada vulva
bermuara dua saluran, yaitu saluran uretra (saluran kencing) dan saluran
kelamin (vagina). Pada daerah dekat saluran ujung vagina terdapat himen atau
selaput dara. Himen merupakan selaput mukosa yang banyak mengandung pembuluh
darah.
2.Oogenesis
Oogenesis
merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di dalam ovarium terdapat
oogonium (oogonia = jamak) atau sel indung telur. Oogonium bersifat diploid
dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom. Oogonium akan memperbanyak diri
dengan cara mitosis membentuk oosit primer.
Oogenesis telah
dimulai saat bayi perempuan masih di dalam kandungan, yaitu pada saat bayi
berusia sekitar 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi perempuan berumur 6
bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis. Namun, meiosis tahap pertama
pada oosit primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh menjadi
anak perempuan yang mengalami pubertas. Oosit primer tersebut berada dalam keadaan
istirahat (dorman).
Pada saat bayi
perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung sekitar 1 juta oosit
primer. Ketika mencapai pubertas, anak perempuan hanya memiliki sekitar 200
ribu oosit primer saja. Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama
pertumbuhannya.
Saat memasuki
masa pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang menyebabkan
oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit yang mengalami meiosis
I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama
merupaakn oosit yang berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder,
sedangkan sel yang berukuran lebih kecil disebut badan polar pertama (polosit
primer).
Selanjutnya ,
oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II (meiosis kedua). Namun pada meiosis
II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan
berhenti sampai terjadi ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder
akan mengalami degenerasi. Namun jika ada sperma masuk ke oviduk, meiosis II
pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali. Akhirnya, meiosis II pada oosit
sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil
yang disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga
membelah menjadi dua badan polar kedua. Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu
ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.
Oosit dalam
oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel telur (folikel) merupakan
sel pembungkus penuh cairan yang menglilingi ovum. Folikel berfungsi untuk
menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan seiring
dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi.
Folikel primer muncul pertama kali untuk menyelubungi oosit primer. Selama
tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang menjadi folikel
sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder, folikel sekunder berkembang
menjadi folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi
folikel de Graaf (folikel matang). Setelah oosit sekunder lepas dari folikel,
folikel akan berubah menjadi korpus luteum. Jika tidak terjaid fertilisasi,
korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan.
3.Hormon pada Wanita
Pada wanita,
peran hormon dalam perkembangan oogenesis dan perkembangan reproduksi jauh
lebih kompleks dibandingkan pada pria. Salah satu peran hormon pada wanita
dalam proses reproduksi adalah dalam siklus menstruasi.
Siklus
menstruasi
Menstruasi
(haid) adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus yang disertai
pelepasan endometrium. Menstruasi terjadi jika ovum tidak dibuahi oleh sperma.
Siklus menstruasi sekitar 28 hari. Pelepasan ovum yang berupa oosit sekunder
dari ovarium disebut ovulasi, yang berkaitan dengan adanya kerjasama antara
hipotalamus dan ovarium. Hasil kerjasama tersebut akan memacu pengeluaran
hormon-hormon yang mempengaruhi mekanisme siklus menstruasi.
Untuk
mempermudah penjelasan mengenai siklus menstruasi, patokannya adalah adanya
peristiwa yang sangat penting, yaitu ovulasi. Ovulasi terjadi pada pertengahan
siklus (½ n) menstruasi. Untuk periode atau siklus hari pertama menstruasi,
ovulasi terjadi pada hari ke-14 terhitung sejak hari pertama menstruasi. Siklus
menstruasi dikelompokkan menjadi empat fase, yaitu fase menstruasi, fase
pra-ovulasi, fase ovulasi, fase pasca-ovulasi.
Fase menstruasi
Fase menstruasi
terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma, sehingga korpus luteum akan
menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron. Turunnya kadar estrogen
dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari dinding uterus yang menebal
(endometrium). Lepasnya ovum tersebut menyebabkan endometrium sobek atau
meluruh, sehingga dindingnya menjadi tipis. Peluruhan pada endometrium yang
mengandung pembuluh darah menyebabkan terjadinya pendarahan pada fase
menstruasi. Pendarahan ini biasanya berlangsung selama lima hari. Volume darah yang dikeluarkan
rata-rata sekitar 50mL.
Fase pra-ovulasi
Pada fase
pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus mengeluarkan hormon gonadotropin.
Gonadotropin merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang
pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit
primer. Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga
folikel menjadi matang atau disebut folikel de Graaf dengan ovum di dalamnya.
Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon estrogen. Adanya estrogen
menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun dinding dalam
uterus dan endometrium. Peningkatan konsentrasi estrogen selama pertumbuhan
folikel juga mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersifta basa.
Lendir yang bersifat basa berguna untuk menetralkan sifat asam pada serviks
agar lebih mendukung lingkungan hidup sperma.
Fase ovulasi
Pada saat
mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan produksi
hormon. Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi
umpan balik negatif atau penghambatan terhadap pelepasan FSH lebih lanjut dari
hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis melepaskan LH. LH
merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf. Pada saat inilah
disebut ovulasi, yaitu saat terjadi pelepasan oosit sekunder dari folikel de
Graaf dan siap dibuahi oleh sperma. Umunya ovulasi terjadi pada hari ke-14.
Fase pasca-ovulasi
Pada fase
pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit sekunder karena
pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus
luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf
memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu progesteron. Progesteron
mendukung kerja estrogen dengan menebalkan dinding dalam uterus atau
endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium. Progesteron
juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar susu pada
payudara. Keseluruhan fungsi progesteron (juga estrogen) tersebut berguna untuk
menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada uterus bila terjadi pembuahan atau
kehamilan.
Proses
pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun, bila
sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi
korpus albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan produksi estrogen dan
progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen dan progesteron akan
menurun. Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH dan
selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung kembali dengan fase
menstruasi berikutnya.
4.Fertilisasi
Fertilisasi atau
pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh sperma.
Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk.
Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder, pertama-tama sperma harus
menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di sisi luar oosit sekunder
yang disebut korona radiata. Kemudian, sperma juga harus menembus lapisan
sesudah korona radiata, yaitu zona pelusida. Zona pelusida merupakan lapisan di
sebelah dalam korona radiata, berupa glikoprotein yang membungkus oosit
sekunder.
Sperma dapat
menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder saling
mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas yang
saling mendukung.
Pada sperma,
bagian kromosom mengeluarkan:
hialuronidase
Enzim yang dapat
melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
akrosin
Protease yang
dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
antifertilizin
Antigen terhadap
oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder.
Oosit sekunder
juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang tersusun dari
glikoprotein dengan fungsi :
Mengaktifkan
sperma agar bergerak lebih cepat.
Menarik sperma
secara kemotaksis positif.
Mengumpulkan
sperma di sekeliling oosit sekunder.
Pada saat satu
sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian korteks oosit
sekunder mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona pelusida tidak
dapat ditembus oleh sperma lainnya. Adanya penetrasi sperma juga merangsang penyelesaian
meiosis II pada inti oosit sekunder , sehingga dari seluruh proses meiosis I
sampai penyelesaian meiosis II dihasilkan tiga badan polar dan satu ovum yang
disebut inti oosit sekunder.
Segera setelah
sperma memasuki oosit sekunder, inti (nukleus) pada kepala sperma akan
membesar. Sebaliknya, ekor sperma akan berdegenerasi. Kemudian, inti sperma
yang mengandung 23 kromosom (haploid) dengan ovum yang mengandung 23 kromosom
(haploid) akan bersatu menghasilkan zigot dengan 23 pasang kromosom (2n) atau
46 kromosom.
5.Gestasi (Kehamilan)
Zigot akan
ditanam (diimplantasikan) pada endometrium uterus. Dalam perjalannya ke uterus,
zigot membelah secara mitosis berkali-kali. Hasil pembelahan tersebut berupa
sekelompok sel yang sama besarnya, dengan bentuk seperti buah arbei yang
disebut tahap morula.
Morula akan
terus membelah sampai terbentuk blastosit. Tahap ini disebut blastula, dengan
rongga di dalamnya yang disebut blastocoel (blastosol). Blastosit terdiri dari
sel-sel bagian luar dan sel-sel bagian dalam.
Sel-sel bagian luar blastosit
Sel-sel bagian
luar blastosit merupakan sel-sel trofoblas yang akan membantu implantasi
blastosit pada uterus. Sel-sel trofoblas membentuk tonjolan-tonjolan ke arah
endometrium yang berfungsi sebagai kait. Sel-sel trofoblas juga mensekresikan
enzim proteolitik yang berfungsi untuk mencerna serta mencairkan sel-sel
endometrium. Cairan dan nutrien tersebut kemudian dilepaskan dan ditranspor
secara aktif oleh sel-sel trofoblas agar zigot berkembang lebih lanjut.
Kemudian, trofoblas beserta sel-sel lain di bawahnya akan membelah
(berproliferasi) dengan cepat membentuk plasenta dan berbagai membran
kehamilan.
Berbagai macam
membran kehamilan berfungsi untuk membantu proses transportasi, respirasi,
ekskresi dan fungsi-fungsi penting lainnya selama embrio hidup dalam uterus.
Selain itu, adanya lapisan-lapisan membran melindungi embrio terhadap tekanan
mekanis dari luar, termasuk kekeringan.
Sakus vitelinus
Sakus vitelinus
(kantung telur) adalah membran berbentuk kantung yang pertama kali dibentuk
dari perluasan lapisan endoderm (lapisan terdalam pada blastosit). Sakus
vitelinus merupakan tempat pembentukan sel-sel darah dan pembuluh-pembuluh
darah pertama embrio. Sakus vitelinus berinteraksi dengan trofoblas membentuk
korion.
Korion
Korion merupakan
membran terluar yang tumbuh melingkupi embrio. Korion membentuk vili korion
(jonjot-jonjot) di dalam endometrium. Vili korion berisi pembuluh darah emrbrio
yang berhubungan dengan pembuluh darah ibu yang banyak terdapat di dalam
endometrium uterus. Korion dengan jaringan endometrium uterus membentuk
plasenta, yang merupakan organ pemberi nutrisi bagi embrio.
Amnion
Amnion merupakan
membran yang langsung melingkupi embrio dalam satu ruang yang berisi cairan
amnion (ketuban). Cairan amnion dihasilkan oleh membran amnion. Cairan amnion
berfungsi untuk menjaga embrio agar dapat bergerak dengan bebas, juga
melindungi embrio dari perubahan suhu yang drastis serta guncangan dari luar.
Alantois
Alantois
merupakan membran pembentuk tali pusar (ari-ari). Tali pusar menghubungkan
embrio dengan plasenta pada endometrium uterus ibu. Di dalam alantois terdapat
pembuluh darah yang menyalurkan zat-zat makanan dan oksigen dari ibu dan
mengeluarkan sisa metabolisme, seperti karbon dioksida dan urea untuk dibuang
oleh ibu.
Sel-sel bagian
dalam blastosit
Sel-sel bagian
dalam blastosit akan berkembang menjadi bakal embrio (embrioblas). Pada
embrioblas terdapat lapisan jaringan dasar yang terdiri dari lapisan luar
(ektoderm) dan lapisan dalam (endoderm). Permukaan ektoderm melekuk ke dalam
sehingga membentuk lapisan tengah (mesoderm). Selanjutnya, ketiga lapisan
tersebut akan berkembang menjadi berbagai organ (organogenesis) pada minggu
ke-4 sampai minggu ke-8.
Ektoderm akan
membentuk saraf, mata, kulit dan hidung. Mesoderm akan membentuk tulang, otot,
jantung, pembuluh darah, ginjal, limpa dan kelenjar kelamin. Endoderm akan
membentuk organ-organ yang berhubungan langsung dengan sistem pencernaan dan
pernapasan.
Selanjutnya,
mulai minggu ke-9 sampai beberapa saat sebelum kelahiran, terjadi penyempurnaan
berbagai organ dan pertumbuhan tubuh yang pesat. Masa ini disebut masa janin
atau masa fetus.
6.Persalinan
Persalinan
merupakan proses kelahiran bayi. Pada persalinan, uterus secara perlahan
menjadi lebih peka sampai akhirnya berkontraksi secara berkala hingga bayi
dilahirkan. Penyebab peningkatan kepekaan dan aktifitas uterus sehingga terjadi
kontraksi yang dipengaruhi faktor-faktor hormonal dan faktor-faktor mekanis.
Hormon-hormon
yang berpengaruh terhadap kontraksi uterus, yaitu estrogen, oksitosin,
prostaglandin dan relaksin.
Estrogen
Estrogen
dihasilkan oleh plasenta yang konsentrasinya meningkat pada saat persalinan.
Estrogen berfungsi untuk kontraksi uterus.
Oksitosin
Oksitosin
dihasilkan oleh hipofisis ibu dan janin. Oksitosin berfungsi untuk kontraksi
uterus.
Prostaglandin
Prostaglandin
dihasilkan oleh membran pada janin. Prostaglandin berfungsi untuk meningkatkan
intensitas kontraksi uterus.
Relaksin
Relaksin
dihasilkan oleh korpus luteum pada ovarium dan plasenta. Relaksin berfungsi
untuk relaksasi atau melunakkan serviks dan melonggarkan tulang panggul
sehingga mempermudah persalinan.
7.Laktasi
Kelangsungan
bayi yang baru lahir bergantung pada persediaan susu dari ibu. Produksi air
susu (laktasi) berasal dari sepasang kelenjar susu (payudara) ibu. Sebelum
kehamilan, payudara hanya terdiri dari jaringan adiposa (jaringan lemak) serta
suatu sistem berupa kelenjar susu dan saluran-saluran kelenjar (duktus
kelenjar) yang belum berkembang.
Pada masa
kehamilan, pertumbuhan awal kelenjar susu dirancang oleh mammotropin.
Mammotropin merupakan hormon yang dihasilkan dari hipofisis ibu dan plasenta
janin. Selain mammotropin, ada juga sejumlah besar estrogen dan progesteron
yang dikeluarkan oleh plasenta, sehingga sistem saluran-saluran kelenjar
payudara tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan kelenjar payudara dan jaringan
lemak disekitarnya juga bertambah besar. Walaupun estrogen dan progesteron
penting untuk perkembangan fisik kelenjar payudara selama kehamilan, pengaruh
khusus dari kedua hormon ini adalah untuk mencegah sekresi dari air susu.
Sebaliknya, hormon prolaktin memiliki efek yang berlawanan, yaitu meningkatkan
sekresi air susu. Hormon ini disekresikan oleh kelenjar hipofisis ibu dan
konsentrasinya dalam darah ibu meningkat dari minggu ke-5 kehamilan sampai
kelahiran bayi. Selain itu, plasenta mensekresi sejumlah besar somatomamotropin
korion manusia, yang juga memiliki sifat laktogenik ringan, sehingga menyokong
prolaktin dari hipofisis ibu.
Gangguan pada
Sistem Reproduksi Wanita
Gangguan
menstruasi
Gangguan
menstruasi pada wanita dibedakan menjadi dua jenis, yaitu amenore primer dan
amenore sekunder. Amenore primer adalah tidak terjadinya menstruasi sampai usia
17 tahun dengan atau tanpa perkembangan seksual. Amenore sekunder adalah tidak
terjadinya menstruasi selama 3 – 6 bulan atau lebih pada orang yang tengah
mengalami siklus menstruasi.
Kanker genitalia
Kanker genitalia
pada wanita dapat terjadi pada vagina, serviks dan ovarium.
Kanker vagina
Kanker vagina
tidak diketahui penyebabnya tetapi kemungkinan terjadi karena iritasi yang
diantaranya disebabkan oleh virus. Pengobatannya antara lain dengan kemoterapi
dan bedah laser.
Kanker serviks
Kanker serviks
adalah keadaan dimana sel-sel abnormal tumbuh di seluruh lapisan epitel
serviks. Penanganannya dilakukan dengan mengangkat uterus, oviduk, ovarium,
sepertiga bagian atas vagina dan kelenjar limfe panggul.
Kanker ovarium
Kanker ovarium
memiliki gejala yang tidak jelas. Dapat berupa rasa berat pada panggul,
perubahan fungsi saluran pencernaan atau mengalami pendarahan vagina abnormal.
Penanganan dapat dilakukan dengan pembedahan dan kemoterapi.
Endometriosis
Endometriosis
adalah keadaan dimana jaringan endometrium terdapat di luar uterus, yaitu dapat
tumbuh di sekitar ovarium, oviduk atau jauh di luar uterus, misalnya di
paru-paru.
Gejala
endometriosis berupa nyeri perut, pinggang terasa sakit dan nyeri pada masa
menstruasi. Jika tidak ditangani, endometriosis dapat menyebabkan sulit terjadi
kehamilan. Penanganannya dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan,
laparoskopi atau bedah laser.
Infeksi vagina
Gejala awal
infeksi vagina berupa keputihan dan timbul gatal-gatal. Infeksi vagina
menyerang wanita usia produktif. Penyebabnya antara lain akibat hubungan
kelamin, terutama bila suami terkena infeksi, jamur atau bakteri.
No comments