Terobosan Baru Terapi Diabetes Melitus dengan Insulin Analog
Diabetes melitus adalah penyakit yang serius dan progresif, dengan
jumlah penderita yang semakin banyak di Indonesia, yaitu kira-kira 14,7%
penduduk perkotaan, dan 7,2% di pedesaan. Hampir sebagian besar diabetesi tsb
tergolong diabetes tipe 2, dimana penyebabnya adalah kurangnya sekresi insulin
pangkreas dan adanya resistensi tubuh terhadap insulin.
Banyak penelitian membuktikan bahwa tubuh tidak akan mampu menahan
laju kerusakan sel-sel beta sehingga semakin lama, fungsi pangkreas dalam
memproduksi insulin semakin menurun. Maka dari itu, lambat laun pasien akan
mengalami kegagalan terapi dengan obat anti diabetikoral, dan pada akhirnya
pasien diabetes akan membutuhkan terapi insulin.
Berangkat dari fakta tsb, teknologi farmasi kemudian beralih menciptakan inovasi terbaru dalam pengobatan insulin. Penggunaan insulin sudah mulai sejak 1922, yang bermula dari insulin hewan. Sekitar 1980-an mulai ditemukan insulin manusia, dan pada awal 1990-an ditemukan insulin analog, yang merupakan generasi insulin terbaru dengan profil kerja yang sangat mirip dengan insulin alamiah.
Menurut penjelasan Prof.dr.Slamet Suyono Sp.PD KEMD pada acara Insulin Analogue : New Tool Against Challenges in Diabetes pada tgl 27 januari 2008 lalu, proses pembuatan insulin analog dibuat sedemikian rupa yaitu rangkaian asam aminonya berubah, sehingga menghasilkan efek penyerapan, distribusi.
Ada 3 jenis insulin analog yang dibagi berdasarkan durasi kerjanya, yakni insulin analog kerja sangat cepat (NovoRapid). Insulin Analog campuran/premixed (NovoMix) dan insulin analog kerja panjang (Levemir). Insulin analog kerja sangat cepat disuntikkan setiap kali sebelum makan utama dan berguna untuk menurunkan gula darah setelah makan (prandial glucose). Insulin analog kerja panjang disuntikkan sekali sehari sebelum tidur malam dan berguna untuk menurunkan gula darah puasa (fasting glucose). Sedangkan insulin analog campuran/premixed disuntikkan 1-3 kali sehari sesaat sebelum makan utama, sesuai kebutuhan dan berguna untuk menurunkan gula darah puasa dan juga gula darah setelah makan.
Berangkat dari fakta tsb, teknologi farmasi kemudian beralih menciptakan inovasi terbaru dalam pengobatan insulin. Penggunaan insulin sudah mulai sejak 1922, yang bermula dari insulin hewan. Sekitar 1980-an mulai ditemukan insulin manusia, dan pada awal 1990-an ditemukan insulin analog, yang merupakan generasi insulin terbaru dengan profil kerja yang sangat mirip dengan insulin alamiah.
Menurut penjelasan Prof.dr.Slamet Suyono Sp.PD KEMD pada acara Insulin Analogue : New Tool Against Challenges in Diabetes pada tgl 27 januari 2008 lalu, proses pembuatan insulin analog dibuat sedemikian rupa yaitu rangkaian asam aminonya berubah, sehingga menghasilkan efek penyerapan, distribusi.
Ada 3 jenis insulin analog yang dibagi berdasarkan durasi kerjanya, yakni insulin analog kerja sangat cepat (NovoRapid). Insulin Analog campuran/premixed (NovoMix) dan insulin analog kerja panjang (Levemir). Insulin analog kerja sangat cepat disuntikkan setiap kali sebelum makan utama dan berguna untuk menurunkan gula darah setelah makan (prandial glucose). Insulin analog kerja panjang disuntikkan sekali sehari sebelum tidur malam dan berguna untuk menurunkan gula darah puasa (fasting glucose). Sedangkan insulin analog campuran/premixed disuntikkan 1-3 kali sehari sesaat sebelum makan utama, sesuai kebutuhan dan berguna untuk menurunkan gula darah puasa dan juga gula darah setelah makan.
Ketiga jenis insulin analog tsb sudah banyak diteliti dan dibuktikan
efikasi dan keamanannya. Studi oleh Garber dkk (2006) menunjukan bahwa terapi
insulin analog campuran/premixed (NovoMix) mampu menurunkan HbA1c < 7%.
Heller dkk (2004) menunjukkan bahwa terapi insulin analog kerja sangat cepat
(NovoRapid) menurunkan insiden hipoglikemia sebanyak 72% bila dibandingkan
dengan terapi insulin manusia generasi lama. Satu lagi studi oleh Russel Jones
(2007) menunjukkan bahwa insulin kerja panjang, Levemir, memiliki efek
penambahan berat badan yang sangat minimal sehingga ditoleransi pasien lebih
baik.
Masing-masing insulin analog tersebut dikemas
dalam kemasan pena disposable atau dikemas sekali pakai (Flexpen) yang
sangat mudah dan praktis penggunaanya. Dengan profil yang sangat mirip dengan
insulin fisiologis sehingga menghasilkan kendali glukosa darah yang lebih baik,
lengkapi kemudahan cara pakai, maka diharapkan insulin analog dapat menjadi
terhindar dari komplikasi-komplikasi diabetes yang mematikan
No comments