Ekosistem Pertanian (Agroekosistem)
Ekosistem pertanian (agroekosistem)
memiliki keanekaragaman biotik dan genetik yang rendah dan cenderung semakin
seragam, sehingga tidak stabil dan ini memacu terjadinya peningkatan populasi hama . Agroekosistem merupakan salah satu bentuk
ekosistem binaan manusia yang dikelola semaksimal mungkin untuk memperoleh
produksi pertanian dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai kebutuhan manusia
(Pedigo, 1996 : 335). Perbedaaan
ekosistem alami dan ekosistem buatan (agroekosistem) dapat dilihat pada
Tabel berikut :
Tabel Karakteristik Ekosistem Alami Dan Ekosistem Buatan
Manusia (Agroekosistem)
Komponen
|
Ekosistem Alami
|
Ekosistem Buatan
(Agroekosistem)
|
Abiotik
Erosi
Serasah
Daya serap
Temperatur tanah
Biotik
Aktivitas organisme
Diversitas Tanaman
Diversitas genetika
|
Rendah
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
|
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
|
Sumber
: Mahrub (1999 : 28)
Sistem
Pemantauan Agroekosistem
Sistem
Pemantauan adalah salah satu bagian dari kegiatan monitoring dimana sangat erat
kaitannya dengan Ambang Ekonomi. Hal ini
karena nilai Ambang Ekonomi yang sudah ditetapkan tidak ada gunanya apabila
tidak diikuti dengan kegiatan pemantauan yang teratur dan dapat dipercaya. Sebaliknya pemantauan untuk tujuan
pengendalian tidak akan dirasakan manfaatnya apabila tidak dikaitkan dengan
Aras Penentuan Keputusan Pengendalian berdasarkan penilaian Ambang Ekonomi
(Untung, 2003 : 90).
Kegiatan
pemantauan dilakukan untuk mengamati dan mengikuti perkembangan keadaan
agroekosistem yang meliputi komponen biotik seperti keadaan tanaman, populasi
OPT, populasi musuh alami dan komponen abiotik seperti suhu, curah hujan,
kelembaban dan kecepatan angin. Hasil
pemantauan di dapatkan data informasi lapangan yang merupakan masukan bagi pengambil keputusan
untuk menggunakan data tersebut dalam menetapkan keputusan dan rekomendasi yang
perlu dilakukan pada agroekosistem.
Pengambil keputusan adalah pemerintah dinas terkait maupun petani itu
sendiri sebagai pelaku yang melakukan pemantauan terhadap perkembangan tanaman
dan kompleks ekosistemnya serta melakukan
tindakan aksi pengendalian hasil rekomendasi yang dilakukan sendiri
maupun kelompok secara bersama-sama (Untung, 2003 : 91).
Salah
satu model pengambilan keputusan yang sederhana adalah berdasarkan hasil
perhitungan Ambang Ekonomi tentang populasi hama dan intensitas kerusakan tanaman. Apabila data populasi hama hasil pemantauan
menunjukkan telah sama atau melampaui Ambang Ekonomi maka keputusannya adalah
segera diadakan pengendalian kimia untuk mengembalikan populasi hama ke Aras
Keseimbangan Umum, sebaliknya apabila populasi hama masih berada di bawah
Ambang Ekonomi maka tidak perlu diadakan pengendalian kimia.
No comments