Anatomi Bunga
1 Struktur, Bagian, Dan Susunan Bunga
Bunga merupakan alat reproduksi seksual. Suatu bunga yang lengkap mempunyai daun kelopak, daun mahkota, benag sari, putik, dan daun buah. Bunga terdiri atas bagian yang fertil, yaitu benang sari dan daun buah, serta bagian yang steril yaitu daun kelopak (sepal) dan daun mahkota (petal). Secara anatomi daun mahkota dan daun kelopak mempunyai struktur yang sama, terdiri atas sel-sel parenkimatis (Sumardi,1993).
Pada umumnya bunga terdiri dari 4 bagian bunga dan tempatnya berturut-turut dari tepi luar bunga bagian tengah kaliks (kelopak), corolla (mahkota), andresium (kelamin jantan), ginesium (kelamin betina) (Savitri, 2005).
Bunga terdiri atas sebuah sumbu yang padanya organ-organ bunga yang lain tumbuh. Bagian dari sumbu yang merupakan ruas yang berakhir dengan tangkai bunga (pedisel). Ujung distal pedisel ini mengembang dengan panjang yang beragam dan bagian ini disebut reseptakael bunga (talamus). Organ-organ bunga melekat pada reseptakel. Sebuah bunga yang khas mempunyai empat macam organ. Organ-organ yang paling luar adalah sepal yang secara bersama-sama membentuk kaliks yang biasanya berwaran hijau dan ditemukan paling rendah kedudukannya pada reseptakel. Disebelah dalam sepal adalah corolla yang terdiri atas petal, pada umumnya berwarna yang membentuk perhiasan bunga. Bila semua perhiasan bunga itu sama, mereka disebut tepal. Di dalam perhiasan bunga dijumpai dua macam organ reproduksi, yang sebelah luar disebut stamen yang bersma-sama membentuk androsium, dan sebelah dalam di sebut karpel yang membentuk ginesium (Fahn, 1991).
a) Sepal dan Petal
a. Baik sepal maupun petal menyerupai daun. Pada penampang melintang, kedua bagian bunga itu terdiri dari epidermis abaksial dan adaksial yang membatasi 3 atau 4 atau kadang-kadang hingga 10 lapisan sel isodiometris yang tak terdeferensiasi. Sel memanjang disertai banyak ruang antar sel. Di dalamnya terdapat berkas pengangkut. Mesofil kurang termodifikasi di banding dengan daun hijau, namun bisa pula terdapat idioblas seperti sel berisi kristal atau hipodermis, sedangkan rambut dan stomata sering ditemukan berwarna hijau berfotosintesis, sedangkan rambut dan stomata sering ditemukan pada sepal maupun petal (Hidayat, 1995).
b. Pada tumbuhan yang terpolinasi oleh serangga fungsi utama corolla adalah untuk menarik serangga dan sebab itu merupakan bagian yang paling luas dan besar dari bunga. Pada tumbuhan yang terpolinasi oleh angin, corolla sering tereduksi atau bahkan tak ada. Warna petal adalah akibat kromoplas yang mengandung karotenoid dan cairan vakuola yang mungkin mengandung flavonoid, terutama antosianin dan berbagai kondisi pengubah seperti PH cairan vakuola. Dinding antiklinal dari epidermis petal dapat bergelombang atau beralur internal. Dinding luar dapat berbentuk konveks atau berupa papila. Pada papila tagetes, lapisan kutikula tebal dan membentuk lipatan (Hidayat, 1995).
b) Stamen (Benang Sari)
a. Benang sari terdiri atas kepala sari dan tangkai sari. Tangkai sari tersusun oleh jaringan dasar, yaitu sel-sel parenkimatis yang menyerupai vakuola, tanpa ruang antar sel. Sel-sel ini sering mengandung pigmen, epidermis dengan kutikula, trikhoma, mungkin stomata dan mungkin juga stomata tetap terbuka seperti pada hidatoda. Kepala sari mempunyai struktur yang sangat kompleks, terdiri atas dinding yang berlapis-lapis, dan dibagian terdapat loculus ruang sari (mikrosporangium) yang berisi butir-butir serbuk sari (Sumardi, 1993).
b. Stamen terdiri dari tangkai sari atau filamen dan dibagian distal terdapat kepala sari atau antera. Pada antera biasanya terdapat dua bagian, masing-masing bercuping dua. Kedua bagian antera bersambungan di tengah dengan penghubung kepala sari, atau konektivum. Setiap bagian mengandung dua buah kantung sari atau kumpulan karpel yang bersatu menjadi ginesium. Biasanya terdiri dari 3 bagian, yakni bakal buah dengan bakal biji atau ovulum, tangkai putik atau stylus, serta kepala putik atau stigma yang strukturnya memudahkan polinasi (Hidayat, 1995).
c. Jumlah lapisan dinding kepala sari bervariasi. Lapisan dinding ini merupakan diferensiasi dari lapisan parietal primer, yang terletak disebelah dalam epidermis. Epidermis merupakan lapisan dinding terluar, kadang-kadang berbentuk papila. Endotesium, terletak di bawah epidermis. Pada waktu kepala sari masak, endotesium membentuk dinding sekunder, pada bagian antiklinal dan dinding tangensial bagian dalam. Penebalan antiklinal menyebabkan terbentuknya struktur yang berserabut oleh karena itu endotesium sering disebut lamina fibrosa. Lapisan tengah terletak sebelah dalam endotesium, yang terdiri atas 2-3 lapisan sel. Pada waktu kepala sari masak, sel-selnya terdesak oleh endotesium, sehingga lapisan ini disebut pula lapisan tertekan. Tapetum, merupakan lapisan terdalam dari dinding kepala sari. Sel-selnya mengandung protoplas yang padat dengan inti yang jelas. Tapetum mempunyai fungsi nutritif bagi sel induk serbuk sari maupun serbuk sari yang masih muda. Serbuk sari yang telah masak keluar melalui lubang yang terjadi pada dinding antera yang disebut stomium. Serbuk sari berasal dari sel induk serbuk (Sumardi, 1993).
c) Karpel
a. Pada bunga bisa ditemukan satu helai karpel atau lebih. Jika terdapat dua karpel atau lebih, maka karpel dapat lepas satu dari yang lain (ginesium apokarp, seperti pada Rosa sp) atau karpel berlekatan dengan cara yang bermacam-macam (ginesium sinkarp, seperti pada Lycopersicon dan Carica papaya). Pada ginesium sinkarp, ada dua cara perlekatan karpel. Yang pertama, karpel berlekatan dengan kondisi terlipat dan muka abaksial melekat pada muka abaksial.disini terbentuk ginesium beruang dua atau beruang banyak. Yang kedua, pelekatan terjadi dalam keadaan terlipat atau setengah terlipat dan terbentuk ginesium beruang satu. Pada ginesium biasanya dapat dibedakan bagian bawah yang fertil, yakni bakal buah atau ovarium, bagaian tengah yang steril, yakni tangkai putik atau stylus, dan yang paling ujung adalah kepala putik atau stigma (Hidayat, 1995).
d) Stigma dan Stylus
a. Stigma dan stylus mempunyai struktur yang khusus yang memungkinkan butir-butir polen mampu berkecambah pada stigma dan buluh polen mampu menembus ovulum. Epidermis stigma berkelenjar, dan sel-selnya kaya akan protoplasma. Kadang-kadang lapisan disebelah dalam epidermis membentuk jaringan yang berkelenjar, yang fungsinya sama dengan yang terdapat pada epidermis. Pada beberapa tumbuhan, sel-sel epidermis berkembang menjadi rambut-rambut yang panjang dan bercabang. Misalnya pada tumbuan Graminea dan tumbuhan lain yang penyerbukannya dilakukan oleh angin (Sumardi, 1993).
b. Stylus merupakan bagian karpel yang memanjang ke atas (distal). Pada kebanyakan angiospermae, stylusnya padat dan jaringan di tengah terspesialisasi menjadi jaringan transmisi yang merupakan jalan bagi buluh serbuk sari untuk mencapai bakal biji. Stylus ada yang berongga dan ada yang padat. Pada stylus yang berongga, butir sari berkecambah dan menghasilkan tabung sari yang kemudian tumbuh melalui tepi rongga tangkai sari yang dilapisi sel sekresi. Pada stylus padat melalui jaringan transmisi. Jaringan transmisi menyediakan nutrisi yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan buluh serbuk sari melalui stylus. Jaringan dasar stylus bersifat parenkim dan ditembus oleh berkas pembuluh angkut (Savitri, 2005).
e) Bakal buah dan Bakal biji
a. Setiap bakal biji atau ovulum melekat pada dinding ovarium dengan adanya tangkai bakal biji (funikulus) yang mengandung satu berkas pembuluh. Bakal biji terdiri dari jaringan tengah atau nuselus, dilingkari dengan integumen dalam dan integumen luar. Kedua integumen mengelilingi satu saluran yang bermuara di pori, disebut mikropil. Daerah nukleus, integumen, dan funikulus berhubungan disebut kalaza, sering terletak berhadapan dengan mikropil. Tabung sari tumbuh melalui mikropil di saat fertilisasi. Sebagaimana pada tapetum antera, nukleus biasanya sudah tak ada ketika bakal biji mencapai taraf dewasa karena telah berdegenerasi (Hidayat, 1995).
b. Bakal buah dibedakan menjadi dinding bakal buah dan ruang bakal buah. Pada bakal buah beruang banyak terdapat sekat pemisah. Bakal biji atau ovulum terdapat pada daerah dinding bakal buah dalam (adaksial) yang disebut plasenta (Savitri, 1995).
2.2 Perkembangan Bunga
Menurut Savitri (2005), Bunga mungkin tumbuh pada bagian apeks sumbu utama atau ada cabang lateral atau pada kedua tempat tersebut. Beberapa alat dari fase vegetatif dan reproduktif (braktea, mahkota, benangsari, daun buah) berasal dari lapisan kedua dan ketiga meristem apical tetapi berbeda dalam bentuk dan cara pertumbuhannya.
Setelah tumbuhan mencapai stadium perkembangan reproduktifnya, maka beberapa atau semua meristem apeks pucuk pada ranting berhenti menghasilkan daun dan mulai membentuk bagian bunga menurut urutan yang khas bagi spesies yang bersangkutan. Pada bunga luas meristem apeks lambat laun berkurang sewaktu bagian bunga dibentuk secara berurutan. Dikebanyakan bunga, urutan pembentukan daun bunga berlangsung dari luar ke dalam secara karopetal, namun ada beberapa arah terbalik, seperti pada stamen beberapa kelompok Palmae. Peristiwa ini sangat khas bagi spesies yang bersangkutan. Dari pengamatan struktur dewasa, sangat sulit menentukan apakah pembentukan stamen itu sentripetal atau sentrypugal (Hidayat, 1995).
Jaringan Pembuluh Pada Bunga
Primordia semua organ bunga biasanya dimulai dari pembelahan sel antiklinal pada lapisan sel yang paling luar dari apeks bunga dan dengan pembelahan sel periklinal dan antiklinal atau pembelahan sel miring di lapisan sekunder. Pada beberapa tumbuhan sepal dan petal dilaporkan dimulai dengan pembelahan periklinal pada lapisan kedua dan lapisan ketiga serta primordia stamen pada lapisan ketiga dan keempat. Sepal dan petal menjalani pertumbuhan apikal, marginal dan interkalar, yang sama dengan pertumbuhan daun (Fahn, 1991).
Pada kebanyakan bunga, berkas pembuluh yang menuju setiap organ berdivergensi dari silinder pembuluh sentral, di taraf yang berbeda-beda dalam bunga. Jumlah berkas pembuluh sepal dan petal amat beragam dalam berbagai bunga, tetapi berkas itu dapat bercabang dikotom seperti pada daun. Pada stamen biasanya hanya ada satu berkas pembuluh, namun beberapa familia memiliki kekhasan jalan daun, yakni berjumlah 3-4 berkas per stamen, seperti pada Araceae. System pembuluh pada karpel terbagi menjadi berkas ventral yang berdivergensi ke bakal biji, dan berkas karpel dorsal yang masuk ke dalam stilus. Jumlah berkas pembuluh dalam stilus pada ginesium sinkarp sering merupakan indikator jumlah karpel, meskipun kadang-kadang berkas itu bercabang atau bersatu (Hidayat, 1995).
No comments