Breaking News

Perubahan Komposisi Gulma


Analisis vegetasi adalah salah satu metode untuk mengetahui efisiensi pengendalian gulma. Salah satu cara melakuan anal;isis vegetasi adalah dengan mengamati Nisbah Jumlah Dominansi (NJD) atau Summed Dominance Ratio (SDR). Hasil analisis vegetasi sebelum dilakukan percobaan sampai dengan panen menunjukkan sedikit perbedaan. Sebelum  percobaan  lahan  di dominasi oleh Digitaria ciliaris (SDR = 42.87 %), Ischaeum timorensis (SDR = 14.28 %). setelah penyemprotan glifosat, analisis vegetasi pada umur  42  hari setelah tanam menunjukkan jenis gulma dominan dengan nilai SDR terbesar pada seluruh perlakuan sama yaitu D.ciliaris dari jenis gulma berdaun sempit. Gulma baru muncul pada pengamatan 42 hari setelah tanam yaitu Tridax procumbens, Amaranthus   grassilis,  Eleutheranthera  ruderalis,  dan  Heliotropicum  indicum.           Dominasi dari D. ciliaris terjadi pada hampir semua petak percobaan. Ini diduga sangat erat kaitannya dengan sifat biologi dari gulma tersebut. Tempat tumbuhnya mulai 0 – 2000 m dpl, di daerah tropis dan sub tropis , di tempat yang agak basah dan kering. Perbanyakan dengan menggunakan biji (genetatif) dan anakan  serta stolon (vegetatif). Biji yang berada dalam tanah (seed bank) bisa dorman sampai 7 bulan (Soerjani et al., 1987). Diduga pada saat dilakukan penyemprotan glifosat, biji-biji D. ciliaris masih berada pada fase dorman. Gross- bard dan Atkinson (1985) mengemukakan bahwa glifosat merupakan herbisida yang mempunyai spektrum luas, namun gulma-gulma yang pada saat dilakukan penyemprotan berada pada fase dorman akan menunjukkan resistensi terhadap glifosat. Biji-biji gulma maupun organ-organ vegetatif seperti stolon yang dorman dalam tanah akan melakukan pertumbuhan kembali pada kondisi yang sesuai. Keadaan ini mengakibatkan D. ciliaris unggul dalam persaingan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Moenandir (1990c), bahwa kekuatan gulma dalam bersaing dipengaruhi oleh sifat gulma seperti kemampuan dalam regenerasi dan menghasilkan biji potensial dorman yang banyak.
Waktu aplikasi herbisida sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan gulma. Perlakuan waktu aplikasi 2 minggu sebelum tanam dengan dosis 4.5 l/ha – 9 l/ha dan waktu aplikasi 1 minggu sebelum tanam dengan dosis 3 l/ha – 9 l/ha, gulma belum mampu tumbuh lagi pada pengamatan 14 hari setelah tanam. Hal ini diduga racun dari glifosat masih terakumulasi dalam jaringan gulma sehingga gulma belum mampu mengadakan regenerasi. Dengan semakin bertambahnya waktu maka akumulasi glifosat ini akan semakin berkurang sehingga gulma mampu tumbuh kembali. Disamping itu dengan berambahnya waktu maka dekomposisi gulma juga semakin cepat sehingga permukaan tanah menjadi terbuka. Akibatnya sinar matahari, air dan oksigen bisa masuk ke dalam tanah dan pada akhirnya menyebabkan dormansi dari biji gulma terpatahkan.

No comments