UJI KONTAMINASI
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan
hidup bersih dengan maksud mencegah manusia
bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan
harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan
manusia. Bahaya ini mungkin bisa terjadi secara fisik, mikrobiologi dan
agen-agen kimia atau biologis dari penyakit terkait. Bahan buangan yang dapat
menyebabkan masalah kesehatan terdiri dari tinja manusia atau
binatang, sisa bahan buangan padat, air bahan buangan domestik (cucian, air seni,
bahan buangan mandi atau cucian), bahan buangan industri dan bahan buangan
pertanian. Cara pencegahan bersih dapat dilakukan dengan menggunakan solusi
teknis (contohnya perawatan cucian dan sisa cairan buangan), teknologi
sederhana (contohnya kakus, tangki septik), atau praktik kebersihan pribadi
(contohnya membasuh tangan dengan sabun). Definisi
lain dari sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin
terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Sementara
beberapa definisi lainnya menitik beratkan pada pemutusan mata rantai kuman
dari sumber penularannya dan pengendalian lingkungan (Wikipedia, 2011).
Mikrobiologi
adalah suatu ilmu yang mempelajari makhluk hidup yang sangat kecil (diameter
kurang dari 0,1 mm) yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan
peralatan khusus (Staf Pengajar, 2010).
Makhluk
ini, yang disebut jasad renik atau mikroorganisme terdapat dimana-mana.
Diantaranya ada yang bermanfaat bagi kehidupan manusia tetapi banyak pula yang
merugikan seperti misalnya yang menimbulkan penyakit. Mikrobiologi meliputi
berbagai disiplin ilmu seperti bakteriologi, imunologi, virologi, dan
parasitologi (Staf Pengajar, 2010).
Bakteri
merupakan salah satu zat pencemar yang potensial dalam kerusakan makanan dan
minuman. Pada suhu dan lingkungan yang cocok, satu bakteri akan berkembang biak
lebih dari 500.000 sel dalam 7 jam dan dalam 9 jam telah berkembang menjadi
2.000.000 (2 juta) sel, dalam 12 jam sudah menjadi 1 milyar sel. Kemungkinan
menjadi penyebab penyakit menjadi sangat besar sekali. Makanan yang masih
dijamin aman dikonsumsi paling lama dalam waktu 6 jam, karena setelah itu
makanan sudah tercemar berat (Pelczar, 1988).
Udara
mengandung campuran gas-gas yang sebagian besar terdiri dari Nitrogen (N2) 23%,
Oksigen (O2) 21 % dan gas lainnya 1%. Selain gas juga terdapat debu, kapang,
bakteri, khamir, virus dan lain-lain. Walaupun udara bukan medium yang baik untuk
mikroba tetapi mikroba selalu terdapat di udara. Adanya mikroba disebabkan
karena pengotoran udara oleh manusia, hewan, zat-zat organik dan debu.
Jenis-jenis mikroba yang terdapat di udara terutama jenis Bacillus subtilis dapat membentuk spora yang tahan dalam keadaan
kering (Pelczar, 1988).
Flora
mikroba di lingkungan mana saja pada umumnya terdapat dalam populasi campuran.
Boleh dikatakan amat jarang mikroba dijumpai sebagai satu spesies tunggal di
alam. Untuk mencirikan dan mengidentifikasi suatu spesies mikroorganisme
tertentu, pertama-tama spesies tersebut harus dapat dipisahkan dari organisme
lain yang umum dijumpai dalam habitatnya, lalu ditumbuhkan dalam biakan murni
(Bonang, 1982).
Flora
mikroba yang terdapat di lingkungan alamiah merupakan penyebab banyak sekali
proses biokimia, yang pada akhirnya memungkinkan kesinambungan kehidupan
sebagaimana yang kita kenal dimuka bumi ini. Mikroorganisme misalnya merupakan
penyebab terjadinya mineralisasi di dalam tanah dan perairan, yaitu proses
pembebasan unsur-unsur dari senyawa-senyawa molekuler organik yang kompleks
sehingga menjadi tersedia bagi kehidupan tanaman yang baru, yang pada
gilirannya menunjang kehidupan hewan baru (Bonang, 1982).
Setiap
spesies mikroorganisme akan tumbuh dengan baik dalam lingkungannya hanya selama
kondisinya menguntungkan bagi pertumbuhannya dan mempertahankan dirinya. Begitu
terjadi perubahan fisik atau kimia, seperti misalnya habisnya nutrien atau
terjdi perubahan radikal dalam hal suhu atau pH yang membuat kondisi bagi pertumbuhan
spesies lain lebih menguntungkan, maka organisme yang telah beradaptasi dengan
baik di dalam keadaan lingkungan terdahulu terpaksa menyerahkan tempatnya
kepada organisme yang dapat beradaptasi dengan baik di dalam kondisi yang baru
itu (Pelczar, 1988).
Flora mikroba di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukanlah suatu
medium tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat,
debu, dan tetesan cairan yang kesemuanya ini mungkin dimuati mikroba. Jumlah
dan tipe mikroorganisme yang mencemari udara ditentukan oleh sumber pencemaran
di dalam lingkungan, misalnya dari saluran pernapasan manusia disemprotkan
melalui batuk dan bersin, dan partikel-partikel debu dari permukaan bumi
diedarkan oleh aliran udara (Pelczar, 1988).
Mikroorganisme asal udara dapat terbawa partikel debu, dalam tetes-tetes
cairan berukuran besar dan tersuspensikan hanya sebentar, dan dalam inti
tetesan yang terbentuk bila titik-titik cairan berukuran kecil menguap.
Organisme yang memasuki udara dapat terangkut sejauh beberapa meter atau
beberapa kilometer. Sebagian segera mati dalam beberapa detik, sedangkan yang
lain dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau lebih
lama lagi. Nasib akhir mikroorganisme asal udara diatur oleh seperangkat rumit
keadaan di sekelilingnya, termasuk keadaan atmosfer, kelembapan, cahaya
matahari dan suhu, ukuran partikel yang membawa mikroorganisme, ciri-ciri
mikroorganismenya, terutama kerentanannya terhadap keadaan fisik di atmosfer
(Pelczar, 1988).
Udara
sebenarnya bukan merupakan habitat untuk mikroorganisme. Sel- sel
mikroorganisme dalam udara bersama kontaminan bersama debu atau dengan tetesan
ludah. Mikroorganisme yang banyak terdapat di udara adalah bakteri, dan jamur
atau khamir. Mikroba tersebut ada di udara dalam bentuk vegetatif atau dalam
bentuk generatif. Mikroorganisme yang berada di atmosfer merupakan spesies yang
ada dari sumber dimana mikroorganisme tersebut sebelumnya. Mikroorganisme yang
berasal dari tanah terbawa debu angin, demikian juga dengan mikroorganisme yang
berasal dari perairan, mikroba terbawa tetesan air atau angin ke udara. Bakteri
yang mampu hidup di lingkungan udara umumnya bakteri gram positif berbentuk
batang berspora dan kokus, sedangkan bakteri dari lingkungan laut yang mampu
berada di udara adalah bakteri gram negatif berbentuk batang, sebagian adalah
yang membentuk spora (Anonim, 2010).
Mikroorganisme
dalam ruangan dapat berasal dari lingkungan luar (seperti serbuk sari, jamur,
dan spora) dan dapat pula berasal dari dalam ruang (seperti serangga, jamur
pada ruang lembab, kutu binatang peliharaan, dan bakteri). Mikroorganisme dapat
menyebabkan alergi pernafasan, seperti infeksi pernafasan, dan asma.
Mikrooganisme yang tersebar bersama- sama dengan aeosol yang ada di udara
dikenal dengan istilah bioaerosol. Dampak kesehatan dari bioaerosol, pada
dasarnya berbeda-beda tergantung dari bahan- bahan kimia di dalamnya.
Kebanyakan dari bioaerosol adalah non patogen dan hanya dirasakan oleh orang
yang sensitif. Setiap mikroorganisme patogen, selalu dapat menulari hanya pada
keadaan tertentu. Selain itu, tingkatan penyakit yang dihasilkan baik oleh
saprofit atau patogen itu berbeda, tergantung dari masing- masing tipe partikel
dan kebanyakan tidak diketahui (Anonim, 2010).
Sumber-
sumber mikroorganisme yang menyebabkan kualitas udara di dalam ruangan tercemar
mikroorganisme adalah (Anonim, 2010):
1.
Pemeriksaan berkala dari pembersihan
sederhana pada komponen pemanas, ventilasi, AC (HVAC) ke replacement
total pada keseluruhan sistem pemanas ruangan.
2.
Sistem pemanas udara yang
terkontaminasi.
3.
Kelembaban yang terkontaminasi
Ada beberapa
hal yang mempengaruhi tingkat kepadatan jasad renik yaitu bersifat meningkatkan
pertumbuhan jasad renik antara lain ruang tertutup dan gelap, kelembaban udara,
dan orang yang tinggal di tempat tersebut sedangkan yang bersifat mengurangi
pertumbuhan jasad renik antara lain adanya sinar matahari, perputaran udara
bebas dengan udara luar, pemberian sinar UV, tindakan aseptik setiap orang di
dalamnya dan suhu udara (Anonim, 2010).
Tingkat
pencemaran udara di dalam ruangan oleh mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti laju ventilasi, padat orang dan sifat serta saraf kegiatan orang-orang
yang menempati ruangan tersebut. Mikroorganisme terhembuskan dalam bentuk
percikan dari hidung dan mulut selama bersin, batuk dan bahkan bercakap-cakap
titik-titik air terhembuskan dari saluran pernapasan mempunyai ukuran yang
beragam dari mikrometer sampai milimeter. Titik-titik air yang ukurannya jatuh
dalam kisaran mikrometer yang rendah akan tinggal dalam udara sampai beberapa
lama, tetapi yang berukuran besar segera jatuh ke lantai atau permukaan benda
lain. Debu dari permukaan ini sebentar-sebentar akan berada dalam udara selama
berlangsungnya kegiatan dalam ruangan tersebut (Pelczar, 1988).
Keselamatan tiap-tiap makhluk hidup sangat tergantung pada keadaan di
sekitarnya, terutama mikroorganisme. Mikroorganisme tidak dapat menguasai
faktor-faktor luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali tergantung kepada
keadaan sekelilingnya (Dwidjoseputro, 1987).
Proses
sanitasi terhadap mikroorganisme perlu diperhatikan karena banyaknya
mikroorganisme penyebab penyakit yang bisa menginfeksi manusia melalui udara,
alat, ataupun dari tangan dan bahkan pada bahan pangan (Wikipedia, 2011).
Sanitasi
yang dilakukan terhadap wadah dan alat meliputi pencucian untuk menghilangkan
kotoran dan sisa-sisa bahan, diikuti dengan perlakuan sanitasi dengan
menggunakan germisidal. Dalam pencucian menggunakan air, biasanya digunakan
detergen untuk membantu proses pembersihan. Penggunaan detergen mempunyai beberapa keuntungan karena detergen dapat
melunakkan air, mengemulsikan lemak, mearutkan mineral dan komponen larut
lainnya sebanyak mungkin. Detergen yang digunakan untuk mencuci wadah dan alat
pengolahan tidak boleh bersifat korosif dan mudah dicuci dari permukaan (Dwiyana,
2011).
Proses
sanitasi wadah dan alat ditujukan untuk membunuh sebagian besar atau semua
mikroorganisme yang terdapat pada bagian permukaan. Sanitizer ayng sering
digunakan misalnya air panas, uap panas, halogen(khlorin atau iodine), turuan
halogen dan komponen ammonium quaternair (Dwiyana, 2011).
Metode
hitung cawan di dasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan
berkembang menjadi satu koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada cawan
merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terkandung dalam
sampel (Hadioetomo, 1990).
Metode
yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba dalam bahan pangan terdiri
dari metode hitung cawan (Most probable Number) dan metode hitungan mikroskopik
langsung. Dari metode-metode tersebut metode hitungan cawan paling banyak
digunakan. Metode lainnya yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba
di dalam suatu larutan adalah metode turbidimetri. Tetapi metode ini sukar
diterapkan pada bahan pangan, misalnya sari buah, biasanya mengandung
komponen-komponen yang menyebabkan kekeruhan sehingga kekeruhan larutan tidak
sebanding dengan jumlah mikroba yang terdapat di dalamnya (Dwijoseputro, 1987).
No comments