Medical entomology
Dari bermacam jenis binatang serangga, jumlah spesies yang
termasuk phylum Arthropoda mempunyai sekitar 700.000-800.000 spesies telah di
identifikasi. Jenis yang kedua adalah Arachnida yang mempunyai 50.000-60.000
spesies dan Crustacea ada sekitar 30.000 spesies. Parasit yang termasuk dalam
golongan insecta ini adalah sangat penting dalam penelitian bidang ecologi,
agriculture, medical dan ekonomi.
Arthropoda mempunyai
cuticula yang mengandung chitine dan hampir semua bentuk cuticula adalah
eksoskeleton yang berfungsi untuk pelindung alat dalam yang lunak, tempat
melekat otot, penerus rangsang dari luar dan mengatur penguapan cairan tubuh..
Tubuhnya beruas-ruas terdiri dari kepala, dada dan perut. Pada bagian kepala
ditemukan sepasang antena sebagai indra peraba, mandibula yang berfungsi untuk
menggigit dan sepasang mata. Bagian dada (thorax) ditemukan kaki dan sayap,
sedangkan bagian perutnya beruas-ruas. Dalam proses pertumbuhannya menjadi
dewasa, arthropoda selalu melepaskan kulit atau kutikulanya dan diganti dengan
kulit baru. Proses tersebut dinamakan “moulting” atau ecdysis, dimana secara
fisiologis proses tersebut dikontrol oleh hormon. Pada proses pertumbuhan dari
larva menjadi dewasa serangga mengalami perubahan bentuk, proses ini disebut
metamorfosis. Dimana proses metamorfosis tersebut ada yang sempurna
:telur—larva—pupa—dewasa, dengan bentuk muda dan dewasanya berbeda. Sedangkan
yang tidak sempurna: telur—larva—nymfa—dewasa, dimana bentuk muda dan dewasa
hampir sama.
1) Serangga penular penyakit (vektor, hospes intermedier)
1) Agen penyakit dapat memperbanyak diri dalam tubuh serangga disebut “siklikopropagative” (Plasmodium, Trypanosoma dsb.).
Ordo
|
Famili
|
Genus
|
Spesies
|
Vektor/parasit
|
1. Diptera
|
Simuliidae
|
Simulium
|
S.damnosum
|
Onchocerca
|
|
Psychodidae
Sub fam:
Phlebotominae
|
Phlebotomus
|
Phlebotomus
sp
P.
papatasi
P.
sergenti
Lutzomia
verucorum
|
Leishmania
Bartonella
Penyakit virus
|
|
Ceratopogonidae
|
Culicoides
|
C.
variipens
|
Virus blu tongue
|
|
Culicidae
|
Culex
|
C.
tarsalis
C. pipiens
C.tritaenorinchus
|
Penyk. Tidur
filariasis
Jap.encephal.
|
|
|
Aedes
|
A. aegypti
|
Yelow fever
Dengue
|
|
Sub fam:
Anophelinae
|
Anopheles
|
A.quadrimaculatus
dsb
|
Malaria
|
Sub ordo:
Brachyera
|
Tabanidae
|
Chrysops
|
Chrysops
sp
|
Loa loa
|
|
Muscidae
|
Musca
|
M.
domestica
|
bacteri
spora jamur
telur cacing
cysta protozoa
|
|
|
Glossina
|
G.
palpalis
G.
fuscipes
G.
tachinoides
|
Trypanosomiasis
|
2. Acari
sub ordo:
metastigmata
|
Ixodidae
(caplak
keras)
|
Ixodes
|
I.Pacificus
I.Holocyclus
|
Paralysis
|
|
|
Haemophysalis
|
H.cordeilus
|
|
|
|
Dermacentor
|
D.
andersoni
D.occidentalis
|
paralysis
virus
|
|
|
Amblyoma
|
A.americanum
A.cayenense
|
Tularemia
|
|
|
Rhipicephalus
|
R.apendiculatus
|
|
|
|
Boopphilus
|
B.microplus
|
Babesia
|
|
Argasidae
(caplak
lunak)
|
Ornithodoros
|
O.hermisi
O.savignyi
|
Relapsing vefer
Gatal
|
|
|
Otobius
|
O.megnini
|
Gatal
|
|
|
Argas
|
A.persicus
|
|
Sub ordo:
Prostigmata
|
Demodicidae
|
Demodex
|
D.foliculorum
D.brevis
|
Kutu rambut
|
Astigmata
|
Psoroptidae
|
Chorioptes
|
C.bovis
|
|
|
Sarcoptidae
|
Sarcoptes
|
S.scabei
|
Zoonosis,gatal
|
3. Mallophaga
(kutu;lice)
Sub fam:
Amblycera
|
-
|
Nemacanthus
Menopon
|
N.galinus
M.galinae
|
|
Anoplura
|
-
|
Pediculus
Phthirus
|
Ped.humanus
Pht.pubis
|
tuma
tuma rambut
|
4. Hemiptera
(bug)
|
Reduviidae
|
Reduvius
|
R.personatus
|
Tryp.cruzi
|
|
Triatominae
|
Triatoma
|
T.infestans
|
Tryp.cruzi
|
5. Shiponoptera
(fleas; pinjal)
|
Pulicidae
|
Pulex
|
P. irritans
|
Plague
|
|
|
|
P. simulans
|
Yusticia pestis
|
|
Tungidae
|
Tunga
|
T.penetrans
|
Gatal sangat
|
Ordo:Diptera (The flies)
Yang termasuk dalam klas insekta ini terdiri dari 4 famili yaitu Simuliidae, Psychodidae, Ceratopogonidae dan Culicidae. Culicidae mempunyai 2 sub famili yaitu Culicinae dan Anophelinae. Spesies dalam genus Culex merupakan vektor dari beberapa penyakit protozoa, cacing dan virus, sedangkan genus Aedes sebagai vektor penyakit vrus yang terenal yaitu demam berdarah (dengue) dan yelow vefer. Disamping itu spesies yang termasuk dalam genus Anopheles adalah vektor penyakit malaria.
*) Genus simulium
Beberpa spesies insekta dalam genus simulium adalah vektor penyakit. Nyamuk ini sering disebut “black flies”, walaupun beberapa spesies berwarna abu-abu.
Daur hidup
Larva berkembang baik hanya pada air yang mengalir dan cukup akan kebutuhan oksigen. Nyamuk betina bertelur sekitar 200-800 butir diletakkan diatas permukaan air dan dengan cepat tenggelam. Begitu menetas, larva berputar-putar pada suatu benda dibawah permukaan air dan menempel pada benda tersebut dengan menggunakan penghisap pada bagian posterior perutnya. Larva memakan protozoa air, algae dan organisme kecil yang terbawa air. Larva dapat berputar-putar dan berpindah tempat melekat pada batu karang atau kayu dipinggir arus air.
Sebelum menjadi pupa larva berputar dan membentuk pupa disekitar tubuhnya. Setelah moulting, pupa terlihat diam dan bernafas melalui insang. Dalam waktu beberapa hari sampai 3-4 minggu, insekta muda merangkak keluar dan menjadi dewasa.
Beberapa spesies seperti Simulium damnosum dapat menjadi vektor Onchocerca volvulus.
*) Genus Phlebotomus dan lutzomia
Spesies yang termasuk genus ini tidak berkembang biak pada daerah perairan (dalam air), tetapi perlu tempat yang gelap dan basah dengan kelembaban yang tinggi dan terdapat organisme kecil disekitarnya sehingga dapat memakannya. Kondisi tersebut biasanya terdapat pada lubang kecil, lubang pohon, dibawah kayu atau daun yang rontog dan sebagainya. Telur diletakkan pada lokasi tersebut dan menetas menjadi larva kecil putih yang memakan bahan organik disekitarnya selama sekitar 2-10 minggu sebelum menjadi pupa dan pupa berkembang dalam waktu 10 hari.
Genus Phlebotomus merupakan vektor penyakit Leishmaniasis. Lutzomia sebagai vektor bakteri Bartonella baciliformis, penyabab penyakit demam di daerah Amerika Selatan. Phlebotomus papatasi dan P. sergenti penyebab demam “papatasi” dan “demam 3 hari”.
*)Genus Culex
Beberpa spesies nyamuk dalam genus culex adalah sangat penting dalam vektor beberapa penyakit tetrutama penyakit asal virus.
Daur hidup
Nyamuk mengalami metamorfosa secara sempurna dari telur, larva, pupa dan dewasa. Dari larva sampai pupa berkembang di dalam air. Telur diletakkan secara sendiri-sendiri diatas air atau diatas tanah. Telur akan menetas dengan cepat, kecuali yang diletakkan diatas tanah, yang kemudian akan aterbawa arus air pada waktu hujan. Pada beberapa kasus telur tersebut dapat bertahan sampai 4 tahun.
Larva nyamuk disebut jentik (wigglers). Larva tersebut biasanya menggantung dibawah permukaan air dan bernafas dengan siphon atau tabung udara. Sebagian besar jentik nyamuk adalah “filter feeder” atau memakan mikro organisme lainnya dalam air, sebagaian larva memakan jenis larva insekta lainnya termasuk jentik nyamuk itu sendiri.
Jentik kemudian berubah menjadi pupa atau kepompong (tumbler). Pupa tersebut terlihat aktif dan dilengkapi sepasang tabung pernafasan dibagian dadanya yang dapat menguak permukaan air untuk mengambil nafas. Bilamana ia terusik pupa dapat berenang cepat masuk kedalam air. Masa pupa ini relatif singkat, biasanya hanya 2-3 hari. Bila sudah berkembang kulit bagian thorax akan terpisah dan bentuk nyamuk nyamuk dewasa akan keluar dan terbang menjauh. Nyamuk dewasa betina dapat tahan hidup selama 4-5 bulan, terutama pada periode hibernasi (musim dingin). Pada musim panas (kemarau) adalah merupakan masa aktif dan nyamuk betina hanya hidup selama 2 minggu. Nyamuk jantan hanya hidup sekitar 1 minggu, tetapi pada kondisi optimal (cukup makan dan kelembaban), mereka dapat hidup selama lebih dari 1 bulan.
1) Spesies Culex tarsalis
2) Spesies Culex pipiens
Perilaku nyamuk dan epidemiologi filarisis
Di Indonesia spesies nyamuk mansoni, culex dan Anopheles telah dilaporkan sebagai vektor filariasis. Culex quinquefasciatus menempati perindukan di air keruh dan kotor dekat rumah dan nyamuk dewasa menggigit di malam hari. C. annulirostris tempat perindukannya di sawah, daerah pantai dan rawa berair payau atau tawar dan banyak lumut. Perilaku nyamuk ini sangat membutuhkan penyebaran filariasis di daerah endemik. Nyamuk dinyatakan sebagai vektor filaria bila:
a) Pengobatan penderita filariasis
b) Pengendalian vektor
c) Mencegah gigitan vektor
d) Memberikan informasi dan pendidikan pada masyarakat mengenai filariasis dan penularannya.
3) Spesies: Culex tritaenorinchus
Gejala klinis dari penyakit ini adalah: demam, sakit kepala, mual, muntah, lemas, malaise, mental disorientasi dan koma, yang akhirnya terjadi kematian dalam waktu beberpa hari.
Ada dua spesies vektor yang ditemukan di Indonesia yaitu Culex tritaenorinchus & C. gelidus. Dimana habitat dari nyamuk tersebut ialah rawa atau sawah dan empang dekat sawah. Nyamuk tersebut menghisap darah manusia, hewan ruminansia dan unggas.
*) Genus Aedes
Beberapa spesies Aedes seperti Aedes aegypti adalah “tree hole breeder” yaitu berbiak pada llubang pohon atau wadah yang kecil yang tergenang air. Spesies lain seperti A. triseratus, A. hendersoni, banyak ditemukan di Rocky montain Ameria. Di Indonesia ditemukan spesies A. aegypti dan A. albopictus yang berbiak pada genangan air bersih.
Banyak spesies Aedes merupakan vektor penyakit virus. Di Amerika bagian Selatan A. aegypti menyebabkan penyakit “yellow fever mosquito”. Warna nyamuknya cukup menarik dengan warna hitam dan garis putih pada bagian perut dan akinya. Aedes aegypti berasal dari Afrika dan tersebar keseluruh dunia pada jaman perbudakan. Aedes aegypti dapat menyebabkan banyak kasus epidemi penyakit “yellow fever” pada abad ke 18 di Amerika Selatan.
Penyakit demam berdarah
Virus dengue merupakan penyakit yang disebut demam berdarah (Dengue Haemoragik Fever/DHF). Ada 4 serotype virus dengue ini yang tidak dapat dibedakan berdasarkan gejalanya pada penderita. Pada kasus murni DHF, penderita mengalami demam, sakit kepala yang sangat, sakit pada persendian dan otot, lemah dan akan dapat sembuh kembali dengan cepat.
Komplikasi haemoragik dapat terjadi terutama pada anak-anak bangsa Asia umur 3-6 tahun. Kondisi ini bervariasi dimulai dari bintik-bintik merah pada kulit sampai terjadi perdarahan pada paru-paru, saluran pencernaan dan pada kulit. Bila tidak segera dirawat dirumah sakit, angka kematian sangat tinggi. Tetapi bila dapat segera tertolong dan dirawat dirumah sakit kematin hanya mencapai 7%.
Perilaku nyamuk dan epidemiologi penyakit
Nyamuk betina menggigit menghisap darah manusia pada waktu siang hari baik didalam rumah ataupun diluar rumah. Waktu menggigit mencapai puncaknya pada waktu 8-10 pagi dan jam 3-5 sore. Nyamuk beristirahat dengan cara hinggap pada lokasi yang gelap, semak-semak, tanaman rendah, benda yang digantung (baju, kopiah, srung dan sebagainya). Umur nyamuk dewasa sekitar 10 hari dengan jarak terbang rendah (40 m).
Pengendalian spesies nyamuk dilakukan dengan beberapa cara:
1) Perlindungan untuk mencegah gigitan nyamuk (kawat kasa, kelambu, repellent dan sebagainya)
Nyamuk betina bertelur sampai ribuan butir diatas permukaan air. Telur harus selalu kontak dengan air supaya dapat menetas dan biasanya menetas dalam waktu 2-6 hari. Larva berkembang dalam waktu 2 minggu dan membentuk pupa selam 3 hari. Perkembangan dari telur sampai dewasa memakan waktu 3 minggu-1 bulan.
Nyamuk Anopheles mulai mencari makan dengan menghisap darah sejak senja harti sampai pagi dini hari. Mampu terbang sampai jarak 0,5-3 Km, dapat dipengaruhi oleh transportasi dan kencangnya angin. Telah banyak diteliti mengenai habitat perindukan nyamuk anopheles di Indonesia dan ditemukan sekitar 17 spesies nyamuk anopheles. Tempat perindukannya terdapat di genangan air sawah, muara sungai, saluran irigasi, rawa, mata air, sumur dan sebagainya (Lihat buku parasitologi Kedokteran, hal 225)
Nyamuk dapat dinyatakan sebagai vektor malaria bila ditemukan sporozoit malaria dalam kelenjar air liur nyamuk anopheles. Dalam menentukan apakah nyamuk dapat dianggap sebagai vektor malaria adalah:
1) Kebiasaan nyamuk yang menghisap darah orang,
Pemberantasan malaria dengan jalan pengobatan dan pencegahan terus diupayakan dengan cara:
1) Pengobatan terhadap penderita malaria
Yang termasuk dalam subordo ini secara morfologi adalah lalat (flies). Yang penting dalam subordo ini ialah termasuk Famili Tabanidae dengan genus Chrysops dan muscidae dengan genus Musca dan Glossina
1. Genus Chrysops
1) Sangat mengganggu karena gigitannya dan menghisap darah.
Cacing mata Loa loa, ditularkan oleh vektor lalat chrysops ini. Dimana ada dua strain filaria yaitu pada monyet dan pada manusia. Pada manusia ditularkan oleh Chrysops silacus dan C. dimidiatus.
Yang termasuk genus musca ini hidupnya bersifat “Synanthrophic”, Yaitu hidup selalu dekat dengan orang. Lalat berterbangan bebas masuk kedalam rumah dengan memakan, minum apa yang dikonsumsi orang. Ukurnnya bervariasi dan yang kecil sampai besar dengan warna abu abu buram dan sisik sisik serta bagian mulutnya berkembang dengan baik.
Musca domestica atau sering disebut lalat rumah adalah sangat penting dalam bidang ilmu kedokteran. Warna abu-abu dengan panjang 6 – 9 mm dengan empat garis gelap membujur pada bagian atas thoraxnya. Distribusinya sangat luas dan cosmopolitan dan juga bergantung pada kebersihan lingkungan keluarga dirumah. Lalat rumah berbiak pada semua bentuk limbah organik, lalat memilih tempat yang kotor, bahan-bahan busuk, buah yang busuk dan sayuran yang basi. Sampah adalah merupakan tempat yang disenangi, sehingga sampah membusuk di daerah tropik akan banyak ditemukan larva lalat ini.
Pada kondisi optimum, telur berkembang menjadi dewasa dalam waktu 10 hari. Satu lalat betina dapat bertelur 120-150 butir pada setiap tempat, sekitar 6 tempat dalam waktu singkat. Lalat rumah merupakan pembawa penyakit yang sangat efisien karena:
a) tubuhnya mudah ditempeli bakteri, spora dan telur cacing pada bagian mulut dan 6 kakinya yang lengket, sehingga mudah menyebarkan agen penyakit
- Hampir semua infeksi saluran pencernanan seperti: Typus, kholera, polio, hepatitis, shigelosis, salmonellosis dan dysentri
- Juga penyakit seperti: lepra, anthrax, trachoma, tuberculosis, ascariasis dan sebagainya.
3. Genus: Glossina
Lalat yang termasuk genus ini disebut lalat “Tse tse” dari Afrika bagian Selatan Sahara. Walaupun sampai sekarang hidupnya terbatas pada daerah tersebut, mereka pernah ditemukan di Oigocen daerah Colorado Amerika.
Ukuran lalat panjangnya 7,5-14 mm berwarana abu abu kecoklatan. Bilamana istirahat sayapnya menutup berbentuk gunting. Lalat betina dan jantan keduanya menghisap darah mamalia baik hewan maupun manusia.
Lalat Tse tse bersifat pupiparous, yaitu mengeluarkan larva yang sudah berkembang pada setiap periode, dengan memproduksi 8-20 larva. Pada waktu masih dalam oviduct larva memakan sekresi dari kelenjar susu yang khusus. Larva diletakkan pada tempat yang bebas, tanah yang kering dan biasanya terlindung. Larva mempunyai alat gerak dan segera menggali tanah mengubur diri sekitar beberapa cm dari permukaan tanah. Lalat dewasa keluar setelah 2-4 minggu.
Ada sekitar 22 spesies yang sudah diidentifikasi, tetapi 3 spesies yang mampu menularkan trypanosoma. Ada 6 spesies yang penting dalam bidang medis yaitu: Glossina palpalis, G. fascipes, G. tachinoides, G. morsitans, G. Swynnertoni dan G. pallidipes. Pada 3 spesies pertama merupakan vektor Trypanosoma b. gambienses (penyakit tidur) dan 3 spesies terakhir merupakan vektor T.b. rhodesiense.
Ordo: Acari (tick dan mites / caplak dan tungau)
*) Caplak
Perannya sebagai parasit adalah sebagai agen penyakit dan juga sebagai vektor. Pathogenesis dari caplak ini ada beberapa yaitu:
Caplak mengalami 4 fase dalam daur hidupnya yaitu: telur-larva-nympa- dan dewasa. Perubahan tersebut memerlukan waktu 6 minggu sampai 3 tahun. Caplak jantan memproduksi spermatophore yang diletakkan pada operculum genital dari betinanya. Makan darah biasanya diperlukan untuk memproduksi telurnya. Caplak yang mengandung banyak telur jatuh ketanah dan mengeluarkan telurnya pada tanah dan humus (berlumut). Telur menetas masing-masing caplak memproduksi 100-18000 larva yang berkaki 6 merangkak mencari hospes dan kemudian moulting menjadi caplak berkaki 8 dan tinggal pada hospes tersebut. Caplak ada yang hinggap pada satu hospes saja, ada yang dua hospes dan ada yang banyak hospes, sehingga hal tersebutlah yang dapat menularkan penyakit.
Genus Ixodes
Ada beberapa spesies yang termasuk genus Ixodes ini. Di Amerika Serikat bagian Tengah, Ixodes scapularis menggigit beberapa hospes yaitu anjing dan manusia. Bila menggigit manusia menyebabkan reaksi kesakitan yang sangat pada bekas gigitan. Ixodes pacificus , ditemuka sepanjang pantai Barat California, Oregon dan Washington, menyerang kijang, sapi dan manusia. Ixodes holocyclus , penyebab “tick paralysis” yang terbesar di Australia (kebanyakan pada sapi). Kasus yang banyak terjadi di Eropa dan Asia karena caplak (“tick-borne”) adalah kasus encephalitis yang disebabkan oleh I. Ricinus, I. Persulcatus dan I. Pavlovskyi.
Dermacentor andersoni, Menjadi agen dan vektor dari beberapa penyakit yang menyerang orang yaitu: tick paralysis, virus encephalitis, tularemia dan sebagainya. Dermacentor variabilis disebut juga “American dog tick”, biasanya menyerang anjing tetapi dapat menyerang mamalia lain termasuk orang. Bila digifit dapat menyebabkan paralysis pada anjing dan manusia dan menularkan tularemia.
Genus: Amblyoma
Amblyoma americanum, banyak menyerang hewan dan manusia dan sebagai vektor “Rochky Mountain spotted fever” dan Tularemia.
Jarang menyerang manusia.
*) Tungau (mites)
Famili: Demodicidae
Parasit yang termasuk kelompok ini dalah sangat kecil panjangnya antara 100-400 um. Spesies Demodex hidup dalam folikel rambut dan glandula sebacea (kelenjar keringat) dari mamalia. Pada manusia ada dua spesies yaitu Demodex folliculorum, yang hidup pada folikel rambut dan D. brevis, yang hidup dalam glandula sebacea. Keduanya ditemukan terutama didaerah muka sekitar hidung dan mata, semua daur hidupnya terjadi pada satu lokasi. Tungau ini dapat berpenetrasi kedalam kulit dan masuk ke organ internal sehingga menimbulkan respon garanulomatous.
Kejadian tungau menyerang orang cukup tinggi, dari 20% pada orang sekitar usia 20 tahun atau kurang, sampai 100%. Infeksi biasanya bersifat benigna (jinak), walaupun kadang terjadi rontognya alis mata atau kulit mengalami granuloma. Diduga tungau ini juga berperan pada terjadinya “acne” (jerawat) yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Genus: Sarcoptes
Spesies yang penting dari genus ini adalah Sarcoptes scabei, Sehingga sering disebut scabies. Scabies kawin dalam kulit hospes, dimana scabies jantan kawin dengan scabies betina muda. Scabies betina muda bergerak cepat dalam kulit dan sangat mudah menular ke hospes lainnya. Scabies jantan tidak menggali lubang dalam kulit tetapi tinggal dipermukaan bersama dengan periode nympanya. Scabies betina tinggal didalam lapisan tanduk kulit dan tinggal dalam lubang/lorong kulit tersebut sekitar 2 bulan. Bergerak dengan melubangi lorong kulit dengan memakan sel kulit dan cairan lymfe dan kemudaian bertelur. Telur menetas dalam waktu 3-8 hari dan nympa bergerak sepanjang lorong kulit.
Ordo: Anoplura (tuma/kutu)
Dalam ordo ini yang paling penting dalam bidang medis adalah spesies Pediculus humanus dan Phthirus pubis, dimana P. humanus lebih benting.
Ada 2 sub spesies dari Pediculus humanus, yaitu Pediculus humanus humanus dan Pedculus humanus capitis. Dimana kedua sub spesies ini sulit dibedakan secara morfologi dan kebanyakan orang menyebutnya sebagai penyebab “dandruf” Ada dua sub spesies lain yaitu P. humanus corporis dan P. humanus vestimenti, tetapi keduanya tidak begitu penting.
Walaupun sulit dibedakan secara morfologi kedua sub spesies ini debedakan menurut daerah infestasinya yaitu : yang menyerang badan adalah P.humanus humanus dan yang menyerang kepala adalah P.humanus capitis. Keduanya dapat kawin silang, tetapi anaknya bersifat infertil.
Kutu badan( P. humanus humanus)
Kutu Kepala (P. humanus capitis)
Phthirus pubis
Kutu ini sering ditemukan pada lipatan lengan, paha dan jarang pada kumis, jenggot, bulu mata dan alis. Phthrus tidak seaktif Pediculus, tetapi keduanya sering ditemukan bagian mulutnya masuk kedalam kulit. Gigitannya menyebabkan rasa gatal, tetapi untungnya tidak menularkan penyakit.
Kutu/tuma sebagai vektor penyakit pada manusia.
Pediculus humanus humanus, adalah spesies penting yang menyebabkan penyakit pada manusia terutama di daerah dingin yaitu: Epidemic (louse borne) typhus, trench fever dan relapsing fever.
Ordo: Hemiptera (bug)
Famili: Reduviidae
Genus: Reduvius
Spesies yang termasuk genus ini adalah Reduvius personatus, biasanya tidak menggigit oeang, tetapi bila terpaksa, misalnya dipegang dia menggigit dan gigitannya terasa sakit sekali.
Genus: Triatoma
Spesies yang termasuk genus ini yang penting adalah Triatoma infestans dan Triatoma dimidiata. Triatoma bersifat “Synanthropic”, sehingga merupakan vektor potensiil dari parasit protozoa Trypanosoma cruzi. Insekta ini biasanya hidup dan bersembunyi dalam lubang-lubang di dalam rumah yaitu pada dinding yang retak, lubang dalam rumah atau atap rumah. Konstruksi rumah yang tidak bagus adalah faktor epidemiologi penyakit yang dibawa oleh serangga ini.
Jumlah Triatoma dalam rumah dapat berkurang bilamana tempat persembunyiannya dihilangkan yaitu dengan jalan memperbaiki konstruksi rumah.
Ordo: siphonoptera (fleas/pinjal)
Kebanyakan spesies pinjal adalah ahli dalam melompat. Xenopsylla cheopis, dapat melompat lebih dari 100X panjang tubuhnya. Seperti halnya Anoplura dan Hemiptera, pinjal menghisap darah dengan menancapkan bagian mulutnya dalam kulit hospes.
Pinjal bukanlah hospes spesifik, sehingga ia dapat berganti-ganti hospes (misalnya: pinjal anjing, pinjal kucing, pinjal tikus dan dapat menjadi pinjal orang).
Famili: Pulicidae
Genus: Pulex
Yang penting dari genus ini ialah Pulex irritans, disebut juga “human flea” atau pinjal orang. Pulex irritans dikenal sebagai pinjal pada beberapa hospes yaitu: babi, anjing, anjing liar dan sebagainya.
Famili: tungidae
Genus Tunga
Yang paling penting adalah Tunga penetrans, asalnya dari Amerika Tengah dan Selatan dan India Barat, kemudian menyebar ke Afrika sampai ke India. Tunga penetrans menyerang orang dan mamalia lainnya dan juga babi. Tunga betina dapat berpenetrasi kedalam kulit terutama daerah pangkal kuku jari tangan dan pada kaki diantara jari kaki. Tunga jantan tidak berpenetrasi, setelah berkopulasi tunga betina menembus kulit sepanjang 1 mm, kemudian bertelur. Setelah telur menetas, biasanya larva keluar melalui apertura dan berkembang diatas tanah. Hadirnya tunga betina dalam kulit menyebabkan rasa sakit dan gatal diikuti dengan peradangan sehingga terjadi infeksi sekunder. Infeksi sekunder dapat terjadi sehingga menyebabkan penyakit tetanus dan ganggren.
Penyakit plague:
Juga disebut penyakit pes yang disebabkan oleh bakteri Yersiana pestis (dulu: Pasteurella pestis). Ada 3 type plague taitu: “bubanic, Primary pneumonic dan primary septicemic”.
Penyakit ini disebut juga “Flea borne typhus” disebabkan oleh Ricketsia typhi Penyakit ini ditularkan oleh pinjal tikus Xenopsylla cheopis.
Disebabkan oleh virus myxoma.
No comments