Breaking News

Merokok, minum minuman keras, dan kebiasaan makan dikaitkan dengan risiko kanker kepala dan leher, demikian temuan penelitian

JAMA Otolaryngoly-Head Neck Surgery baru-baru ini mengeksplorasi hubungan antara risiko terkena head and neck cancer (HNC) dan kebiasaan merokok, minum, dan pola makan.

Apa penyebab HNC?

Pada tahun 2020, HNC menyumbang 3,4% kasus kanker baru dan 2,5% kematian di Amerika Serikat. Merokok dan minum alkohol telah ditetapkan sebagai faktor risiko HNC; Namun, hubungannya dengan berbagai bagian kepala dan leher masih belum jelas.

Penelitian sebelumnya telah menggunakan data Investigasi Prospektif Eropa terhadap Kanker dan Nutrisi (EPIC) untuk mengevaluasi dampak alkohol, tembakau, dan pola makan terhadap HNC. Uji coba prospektif skala besar ideal untuk mengidentifikasi faktor risiko baru; namun, jenis studi ini seringkali mahal.


Tentang penelitian

Di Amerika Serikat, Uji Coba Skrining Kanker Prostat, Paru-Paru, Kolorektal, dan Ovarium (PLCO) menggunakan kuesioner dan wawancara lanjutan dengan pasien untuk mengumpulkan data tentang pola merokok, minuman beralkohol, dan pola makan. Data dari kohort ini digunakan untuk melakukan analisis kelangsungan hidup kohort untuk menjelaskan peran faktor risiko ini dalam perkembangan HNC. Data human papillomavirus (HPV) yang relevan juga dimasukkan dari penelitian sebelumnya.

Para peserta direkrut dari sepuluh pusat kesehatan di AS antara November 1993 dan Juli 2001. Semua peserta penelitian berusia antara 55 dan 74 tahun, dengan pasien HNC dipasangkan dengan kontrol sehat berdasarkan riwayat keluarga HNC dan demografi untuk menganalisis kebiasaan merokok.

Untuk menganalisis pola makan dan kebiasaan minum, pencocokan dilakukan pada status dan durasi merokok selain demografi dan riwayat keluarga HNC. Data dianalisis antara Januari dan November 2023, dan variabel hasil utamanya adalah diagnosis HNC.


Temuan Utama

Risiko kanker yang berhubungan dengan merokok meningkat seiring dengan semakin dekatnya jarak paru-paru dengan bagian kepala dan leher. Risiko kanker paling signifikan dikaitkan dengan laring, orofaring, dan rongga mulut dalam urutan menurun. Hal ini berkaitan dengan pola aliran udara saat merokok, dimana asap bergerak dari rongga mulut ke orofaring hingga ke laring. Temuan ini konsisten dengan penelitian sebelumnya mengenai risiko HNC yang terkait dengan merokok.

Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara risiko HNC dan status, frekuensi, dan durasi merokok. Durasi berhubungan lebih signifikan dengan HNC dibandingkan frekuensi, hal ini mungkin disebabkan oleh ketidakakuratan metrik paparan karsinogen berdasarkan frekuensi yang diukur oleh rokok setiap hari.

Minum berlebihan dikaitkan dengan peningkatan risiko HNC, terutama karena konsumsi minuman keras dan bir dalam jumlah besar dibandingkan anggur. Tidak ada efek yang tercatat pada konsumsi alkohol dalam jumlah sedang, dan tidak adanya efek interaksi antara merokok dan konsumsi alkohol juga diamati. Namun demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah ada tingkat konsumsi alkohol yang aman dalam kaitannya dengan risiko pengembangan HNC.

Secara keseluruhan, pola makan sehat dikaitkan dengan sedikit penurunan risiko HNC. Pola makan sehat didasarkan pada peningkatan konsumsi sayuran hijau tua dan oranye, buah-buahan, dan biji-bijian. Biji-bijian non-utuh, kentang, dan daging merah tidak dikaitkan dengan penurunan risiko HNC.


Kesimpulan

Risiko HNC yang berhubungan dengan merokok lebih tinggi pada daerah yang dekat dengan paru-paru, sedangkan konsumsi bir dan minuman keras dalam jumlah banyak, dibandingkan anggur, dikaitkan dengan risiko HNC yang lebih besar. Pola makan sehat secara keseluruhan juga dikaitkan dengan sedikit penurunan risiko HNC, terutama ketika seseorang melaporkan mengonsumsi buah utuh dan biji-bijian. Temuan ini menegaskan kembali pentingnya mengurangi kebiasaan merokok dan minum alkohol, serta menerapkan kebiasaan makan yang sehat untuk mengurangi risiko pengembangan HNC.

Keterbatasan penting dari penelitian ini termasuk bias seleksi dalam populasi penelitian, yang menghalangi penilaian risiko HNC yang bermakna terkait dengan kebiasaan makan dan minum berdasarkan lokasi. Keterbatasan tambahan dikaitkan dengan ukuran sampel yang kecil untuk kanker nasofaring dan hipofaring. Selain itu, kurangnya keragaman ras dan etnis dalam kelompok PLCO membatasi kemampuan generalisasi temuan penelitian.


Journal reference:

Lander, P. D., Kallogheri, D., & Piccirillo, J. F. (2024) Smoking, Drinking, and Dietary Risk Factors for Head and Neck Cancer in Prostate, Lung, Colorectal, and Ovarian Cancer Screening Trial Participants. JAMA Otolaryngology-Head & Neck Surgery. doi:10.1001/jamaoto.2023.4551, https://jamanetwork.com/journals/jamaotolaryngology/article-abstract/2814665

No comments