Industri Pertanian
Dalam bidang pertanian, mikroba
penambat nitrogen telah dimanfaatkan sejak abad ke 19. Mikroba pelarut fosfat
telah dimanfaatkan untuk pertanian di negara-negara Eropa Timur sejak tahun
1950-an. Mikroba juga telah dimanfaatkan secara intensif untuk mendekomposisi
limbah dan kotoran. Mikroba telah mengambil andil besar dalam menggalakkan
pertanian organic. Juga tak kalah pentingnya teknologi kultur jaringan yang
merupakan kemajuan besar dalam bidang pertanian. Kultur jaringan tanaman merupakan
teknik in vitro (dalam gelas) yang merupakan cara untuk memperbanyak
tanaamn dengan pengambilan bagian tanaman yang mempunyai titik tumbuhnya.
Keuntungannya:
-Dapat menghasilkan banyak
tanaman baru dalam waktu singkat
-Dapat menghasilkan tanaman baru
yang sifatnya sama dengan induknya
-Dapat menghasilkan tanaman baru
yang bebas virus
Contoh sederhana pada pisang, bila di ambil cambium atau ujun-ujung akarnya, lalau di perlakukan dalam gelas dalam laboratorium, kemudian bagian itu akan membelah sendiri dan setiap belahanya akan menghsilkan tanaman baru. Intinya asalakan pada tanaman itu ada titik tumbuh atau yang disebut jaringan meristematik, tanaman tersebut bias diperbanyak.
Contoh sederhana pada pisang, bila di ambil cambium atau ujun-ujung akarnya, lalau di perlakukan dalam gelas dalam laboratorium, kemudian bagian itu akan membelah sendiri dan setiap belahanya akan menghsilkan tanaman baru. Intinya asalakan pada tanaman itu ada titik tumbuh atau yang disebut jaringan meristematik, tanaman tersebut bias diperbanyak.
Belum lagi teknik DNA rekombinan.
Dengan salah satu contohnya yaitu kapas yang memiliki gen Bt. Sebuah bakteri
yang bernama Bacillus thuringiensis, merupakan bakteri yang tahan
terhadap serangan hama. Dan tanaman kapas temasuk tanaman yang paling peka
terhadap serangan hama. DNA dari bakteri ini disisipkan ke dalam DNA tanaman
kapas kemudian ditumbuhkan dan menghasilkan tanaman kapas yang tahan terhadapa
hama. Selain itu, ada contoh yang lain seperti:
·
Teknologi Kompos Bioaktif
Salah satu
masalah yang sering ditemui ketika menerapkan pertanian organik adalah
kandungan bahan organik dan status hara tanah yang rendah. Petani organik
mengatasi masalah tersebut dengan memberikan pupuk hijau atau pupuk kandang.
Kedua jenis pupuk itu adalah limbah organik yang telah mengalami penghacuran
sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. Limbah organik seperti sisa-sisa
tanaman dan kotoran binatang ternak tidak bisa langsung diberikan ke tanaman.
Limbah organik harus dihancurkan/dikomposkan terlebih dahulu oleh mikroba tanah
menjadi unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Proses pengkomposan alami
memakan waktu yang sangat lama, berkisar antara enam bulan hingga setahun
sampai bahan organik tersebut benar-benar tersedia bagi tanaman.
Proses
pengomposan dapat dipercepat dengan menggunakan mikroba penghancur (dekomposer)
yang berkemampuan tinggi. Penggunaan mikroba dapat mempersingkat proses
dekomposisi dari beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja. Di pasaran saat
ini banyak tersedia produk-produk biodekomposer untuk mempercepat proses
pengomposan, misalnya: SuperDec, OrgaDec, EM4, EM Lestari, Starbio, Degra
Simba, Stardec, dan lain-lain.
Kompos bioaktif
adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba lignoselulolitik unggul
yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai agensia hayati
pengendali penyakit tanaman. Mikroba biodekomposer unggul yang digunakan adalah
Trichoderma pseudokoningii, Cytopaga sp, dan fungi pelapuk
putih. Mikroba tersebut mampu mempercepat proses pengomposan menjadi sekitar
2-3 minggu. Mikroba akan tetap hidup dan aktif di dalam kompos. Ketika kompos tersebut
diberikan ke tanah, mikroba akan berperan untuk mengendalikan organisme patogen
penyebab penyakit tanaman.
·
Biofertilizer
Petani organik
sangat menghindari pemakaian pupuk kimia. Untuk memenuhi kebutuhan hara
tanaman, petani organik mengandalkan kompos sebagai sumber utama nutrisi
tanaman. Sayangnya kandungan hara kompos rendah. Kompos matang kandungan
haranya kurang lebih : 1.69% N, 0.34% P2O5, dan 2.81% K.
Dengan kata lain 100 kg kompos setara dengan 1.69 kg Urea, 0.34 kg SP 36, dan
2.18 kg KCl. Misalnya untuk memupuk padi yang kebutuhan haranya 200 kg Urea/ha,
75 kg SP 36/ha dan 37.5 kg KCl/ha, maka membutuhkan sebanyak 22 ton kompos/ha.
Jumlah kompos yang demikian besar ini memerlukan banyak tenaga kerja dan
berimplikasi pada naiknya biaya produksi.
Mikroba-mikroba
tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupun penyerapan unsur hara
bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu Nitrogen (N), fosfat (P),
dan kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba. Hara N tersedia melimpah
di udara. Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tidak dapat
langsung dimanfaatkan tanaman. N harus ditambat oleh mikroba dan diubah
bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N ada yang
bersimbiosis dan ada pula yang hidup bebas. Mikroba penambat N simbiotik antara
lain : Rhizobium sp yang hidup di dalam bintil akar tanaman
kacang-kacangan ( leguminose ). Mikroba penambat N non-simbiotik
misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Mikroba
penambat N simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja,
sedangkan mikroba penambat N non-simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis
tanaman.
Mikroba tanah lain yang berperan
di dalam penyediaan unsur hara adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium
(K). Tanah pertanian kita umumnya memiliki kandungan P cukup tinggi (jenuh).
Namun, hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena terikat pada
mineral liat tanah. Di sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan
melepaskan ikatan P dari mineral liat dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak
sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium
sp, Pseudomonas sp dan Bacillus megatherium. Mikroba
yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam
melarutkan K.
Kelompok
mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsur P adalah Mikoriza yang
bersimbiosis pada akar tanaman. Setidaknya ada dua jenis mikoriza yang sering
dipakai untuk biofertilizer, yaitu: ektomikoriza dan endomikoriza. Mikoriza
berperan dalam melarutkan P dan membantu penyerapan hara P oleh tanaman. Selain
itu tanaman yang bermikoriza umumnya juga lebih tahan terhadap kekeringan.
Contoh mikoriza yang sering dimanfaatkan adalah Glomus sp dan Gigaspora
sp.
Beberapa
mikroba tanah mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat merangsang
pertumbuhan tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap oleh
tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar. Kelompok
mikroba yang mampu menghasilkan hormon tanaman, antara lain: Pseudomonas sp
dan Azotobacter sp.
Mikroba-mikroba
bermanfaat tersebut diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan digunakan
sebagai biofertilizer. Hasil penelitian yang dilakukan oleh BPBPI mendapatkan
bahwa biofertilizer setidaknya dapat mensuplai lebih dari setengah kebutuhan
hara tanaman. Biofertilizer yang tersedia di pasaran antara lain: Emas,
Rhiphosant, Kamizae, OST dan Simbionriza.
·
Agen Biokontrol
Hama dan
penyakit merupakan salah satu kendala serius dalam budidaya pertanian organik.
Jenis-jenis tanaman yang terbiasa dilindungi oleh pestisida kimia, umumnya
sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit ketika dibudidayakan dengan
sistim organik. Alam sebenarnya telah menyediakan mekanisme perlindungan alami.
Di alam terdapat mikroba yang dapat mengendalikan organisme patogen tersebut.
Organisme patogen akan merugikan tanaman ketika terjadi ketidakseimbangan
populasi antara organisme patogen dengan mikroba pengendalinya, di mana jumlah
organisme patogen lebih banyak daripada jumlah mikroba pengendalinya. Apabila
kita dapat menyeimbangakan populasi kedua jenis organisme ini, maka hama dan
penyakit tanaman dapat dihindari.
Mikroba yang
dapat mengendalikan hama tanaman antara lain: Bacillus thurigiensis (BT),
Bauveria bassiana, Paecilomyces fumosoroseus, dan Metharizium
anisopliae . Mikroba ini mampu menyerang dan membunuh berbagai serangga
hama. Mikroba yang dapat mengendalikan penyakit tanaman misalnya: Trichoderma
sp yang mampu mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh Gonoderma
sp, JAP (jamur akar putih), dan Phytoptora sp. Beberapa
biokontrol yang tersedia di pasaran antara lain: Greemi-G, Bio-Meteor, NirAma,
Marfu-P dan Hamago.
No comments