Pengembangan Bioteknologi
Seperti
teknologi pada umumnya, bioteknologi merupakan proses atau rangkaian proses
yang terdapat dalam sistem biologi. Proses bioteknologi yang tertua mungkin
adalah fermentasi dengan jasad renik, yang dilakukan oleh orang-orang Babilonia
pada tahun 6.000 SM, yaitu dalam pembuatan bir. Tiga ribu tahun kemudian,
orang-orng Sumeria telah mampu membuat 20 macam bir yang berdeda. Proses
fermentasi ini terus menerus ditingkatkan. Peningkatan penggunaan jasad renik
ini berjalan terus sepanjang perkembangan kebudayaan manusia. Berbagai penemuan
telah diperoleh, misalnya senyawa-senyawa yang berasal dari bacteri dan fungsi
yang kemudian dapat digunakan untuk menggantikan produk-produk sintetis,
seperti obat-obatan antibiotika dan anti parasit. Dalam perkembangannya
sekarang ini proses-proses bioteknologi lebih banyak begantung pada teknik
rekombinasi genetika serta penggunaan enzim, sel atau organel sel atau
bagian-bagian sel.
1.
Peranan berbagai ilmu untuk mendukung bioteknolologi
Penerapan aplikasi bioteknologi suatu organisme dalam
teknologi yang bermanfaat bagi manusi dan produksi. Penggunaan organisme
tersebut secara terarah, terkontrol yang merupakan aplikasi terpadu secara
biokimia, mikrobiologi dan teknologi kimia. Manfaat bagi manusia antara lain
di bidang industri, kesehatan, pertanian, peternakan dan manfaat lainnya.
Penggunaan biokimia, mikrobiologi dan rekayasa kimia secara terpadu mempunyai
tujuan untuk mencapai penerapan teknologi dari kemampuan mikroba dan sel kultur
jaringan. Jadi bidang-bidang ilmu yang harus dipelajari dalam
bioteknologi adalah biologi sel, biokimia, fisiologi, mikrobiologi, genetika
dan rekayasa genetika.
2.
Peran manfaat bioteknologi di masa depan
Untuk memenuhi berbagai kebutuhan pokok manusia, teknologi
di bidang biologi tampak semakin menjadi tumpuan. Ini tampak terutama dalam
dasawarsa terakhir ini, di mana teknologi nyaris merambah semua aspek
kehidupan. Secara internasional, bioteknologi terbukti telah diaplikasikan
secara sukses di bidang kedokteran, pertanian, peternakan dan buhkan di bidang
persenjataan militer. Teknologi inseminasi buatan perlu dukungan penelitian ke
arah sexing sperma, sebab untuk sapi perah lebih diharapkan akan lahir
betina, sedang untuk sapi potong yang diambil dagingnya diharapkan akan lahir
jantan. Seterusnya ke embrio transfer dengan ini ternak unggul dapat
diperbanyak dalam jumlah tak terbatas. Di dalam pengembangan embrio transfer
perlu peningkatan metode pemindahan embrio dan penentuan jenis kelamin embrio
yang dikehendaki. Untuk peningkatan kualitas limbah pertanian telah dilakukan
manipulsi mikroba rumen dengan memanfaatkan gen selulosa dalam mikroba untuk
menghasilkan enzim selulosa pemecah selulosa menjadi gula dan lignin. Di
samping juga dicoba berbagai jenis jamur. Mengenai kebutuhan konsentrat yang
terus meningkat, maka ditempuh aplikasi bioteknologi di antaranya penggunaan
pemacu tumbuh, juga melakukan metode konvensional antara lain penyimpanan
jagung dalam gudang yang besar, diversifikasi bahan, substitusi jagung, tepung
kedelai dan tepung ikan dengan bahan lainnya.
B.
Peran Mikrobiologi dalam Masalah Pangan
Kehidupan
mikroorganisme sangat luas, seperti di air, tanah, udara, tubuh hewan, tubuh
manusia, tubuh tumbuhan dan lain-lain, sehingga dikatakan habitatnya
kosmopolit. Karena sifat kosmopolit ini dapat mengakibatkan bahan makanan mudah
rusak bila bercampur berbagai bacteri. Bahan pangan selain merupakan sumber
gizi bagi manusia, juga merupakan sumber gizi makanan bagi perkembangan
mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme selain yang merusak bahan makanan,
ada pula yang bersifat menguntungkan melalui fermentasi. Fermentasi adalah
suatu proses perombakan dari senyawa yang lebih kompleks menjadi lebih
sederhana dengan bantuan mikroorganisme.
Mikroorganisme yang paling banyak
berperan dalam proses fermentrasi maupun pembusukan bahan makanan adalah
bacteri dan jamur. Dalam beberapa hal pertumbuhan mikroorganisme pada bahan
pangan yang menguntungkan sangat diharapkan seperti untuk perbaikan mutu gizi,
perbaikan daya cerna atau citra rasa.
- Kue Mikroba
Pada tahun 1521 Bernel Dioz Castilo telah mengenal
bahwa penduduk Mexico talah mengkomsumsi kue dengan aroma seperti keju yang dibuat
dari suatu lendir. Lendir ini adalah Spirulina maxima, ialah ganggang
yang hidup di danau Texcoco. Penduduk Kanembu di Chad Afrika mengkonsumsi
mikroba Spiruline platensis.
- SCP (Single cell
Protein)
Istilah protein sel tunggal atau single cell protein (SCP)
mengacu pda sel mikroorganisme yang dikeringkan seperti ganggang, kapang,
bakteri, yang ditumbuhkan dalam sistem biakan berskala besar dan terutama
digunakan sebagai sumber protein dalam pangan. Namun demikian di dalam sel
mikroba terdapat juga karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan lain-lain.
Protein mikroba ini diharapkan dapat menggantikan protein dari hewan maupun
tumbuhan yang diperlukan semakin banyak sehingga dapat mengurangi penggunaan
bahan pangan dari kedelai, daging, ikan dan sebagainya.
Produk-produk protein sel tunggal telah banyak dijual,
walaupun harganya masih cukup mahal, misalnya sun chlorella, spirulina
dan lain-lain. Produk protein sel tunggal pertama kali telah dibuat pada masa
Perang Dunia I, ketika di Jerman orang memanfaatkan khamir roti Saccharomyces
cereviciae ditumbuhkan pada melase sebagai sumber karbon dan energi, serta
garam amonium sebagai sumber nitrogen, dan hasilnya dikonsumsikan sebagai
pengganti protein. Pada Perang Dunia II menggunakan spesies candida. Di Inggris
khamir digunakan diet selama bertahun-tahun dan kelebihan produk dijual untuk
makanan ternak.
Rank Houvis Mc Dougall
membuat SCP yaitu mikroprotein untuk konsumsi manusia menggunakan Fusarium.
Mikroorganisme
|
Bahan
dasar
|
Produk/hasil
|
Acetobacter
xylinum
Monascus
purpureus
Agaricus
bisporus
Lentinus
edodes
Volvariella
volvacea
Ragi
Saccharomyces
cerevisea
Endomyopsis
sp.
Aspergillus
wentii
Rhizopus
oligosporus
Rhizopus
oryzae
Mucor sp
Neurospora
sitophila
Penicillium
sp.
Thiobacillus
sp.
Aspergillus
niger
Jamur,
bakteri, Actinomycetes
Bakteri,
jamur, protozoa
Leuconostoc
citrovarum
Saccharomyces
kefir
Lactobacillus
casei
Aspergillus
oryzae
|
Air kelapa
Nasi merah
Jerami, serbuk kayu, kertas bekas.
idem
idem
Beras ketan, singkong
idem
idem
Kedelai
idem
idem
idem
Ampas kacang tanah
Susu
Bijih logam mutu rendah
Gula, tebu, molase
Bahan organik campuran
Komponen limbah
Susu
Susu
Susu
Kedelai
|
Nata de coco
Angkak
Produksi jamur
Produksi jamur
Produksi jamur
Fermentasi
Fermetasi
Fermentasi
Kecap
Tempe
Tempe
Tempe
Oncom
Keju
Pencucian logam
Asam organik
Pengkomposan
Perlakuan limbah
Mentega
Kefir
Yakult
Tauco
|
C.
Mikroorganisme Penghasil Obat
Mikroorganisme
tertentu memiliki kemampuan menghasilkan suatu produk untuk menyembuhkan
penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme lain atau penyakit karena gangguan
fisiologis. Dua produk yang erat kaitannya dengan dengan mikroorganisme
adalah vaksin dan antibiotik. Penemuan vaksin cacar pertama kali ditemukan oleh
Edward Jenner (1796) sehingga mendorong para ahli biologi lain untuk
meneliti vaksin maupun antibiotik melalui bioteknologi. Penemuan vaksin diawali
ketika Jenner melihat seorang pemerah susu sapi yang jari tangannya teredapat
bekas luka ketika menderita cacar, padalah pada waktu itu sedang terjadi wabah
cacar. Demikian juga seseorang yang telah sembuh dari penyakit cacar, dengan
meninggalkan bekas-bekas luka ternyata kebal terhadap penyakit cacar. Dengan
sifat kekebalan cacar tersebut Jenner mulai malakukan percobaan untuk
mendapatkan vaksin dadar dari serum darah tersebut. Sekarang kita tahu bahwa
penyakit cacar disebabkan oleh virus Variola, dan penyakit cacar sapi
disebabkan oleh virus yang serupa walaupun berbeda. Dimasukannya virus cacar
sapi yang telah dilemahkan ke dalam tubuh pasien, akan merangsang tubuh untuk
membentuk antibodi yang efektif untuk melawan suatu infeksi lanjutan dari virus
cacar yang serupa. Cara yang dilakukan dengan memasukan mikroorganisme yang
dilemahkan ke dalam tubuh manusia untuk memberikan kekabalan terhadap
mikroorganisme berbahaya disebut vaksinasi.
Jenis
vaksin
|
Penyakit
yang disembuhkan
|
Vaksin hepatitis B
Vaksin BCG
Vaksin rabies
Vaksin DPT
Vaksin polio
|
Hepatitis B
BCG (Baccillus Calmette Guirin
Anjing gila
Dipteri, pertusis, tetanus
Polio melimylitis
|
Salah
satu kelemahan vaksin-vaksin yang dibuat dengan cara seperti di atas ternyata
menimbulkan rasa sakit setelah diberi sintikan vaksin tersebut, misalnya demam.
Dewasa ini dengan bioteknologi mulai dibuat vaksin yang tidak menyebabkan rasa
sakit jika disuntikan ke tubuh orang sehat. Pembuatan vaksin ini adalah sebagai
berikut. Bacteri atau virus penyebab penyakit pada umumnya memiliki permukaan
protein yang khusus. Dengan penyisipan gen dihasilkan copy salinan dari
permukaan tersebut. Salinan permukaan protein tersebut kemudian digunakan untuk
memvaksin. Contoh vaksin aman telah dihasilkan hepatitis B, Chlamyda dan
malaria. Antibiotik pertama kali ditemukan oleh Louis Pasteur dari jamur
Penisillium sp. Alexander Flemming (Inggris, 1928) menemukan
koloni jamur Penicillium notatum yang dapat menghambat pertumbuhan bacteri Staphulococcus
aureus dan sekitanya. Bacteri yang resisten terhadap penisilin dapat
dibunuh dengan sefalospurin C dari jamur jenis Cephalospurium yang
ditemukan oleh Prentis tahun 1984. Antibiotik adalah bahan-bahan
bersumber hayati berkadar rendah yang mampu menghambat pertumbuhan
mikroorganisme, sehingga dalam perkembangannya dapat digunakan untuk
mengobati suatu penyakit. Mikroorganisme yang mampu membuat zat antibiotik
tertama adalah fungi (jamur) Actinomycetes, Aspergillus dan beberapa
jenis bacteri. Sampai sekarang ini ditemukan lebih dari 2000 karakter
antibiotik. Dengan adanya perkembngan bioteknologi, sekarang mulai dikembangkan
jenis-jenis mikroorganisme tertentu yang telah diubah susunan genetiknya
sehingga mampu menghasilkan antibiotik dalam jumlah lebih besar dalam waktu
yang singkat.
Jenis
mikroorganisme
|
Antibiotik
yang diproduksi
|
Penicillium
notatum
Penicillium
chrysogenum
Cephalosporium
(fungsi)
Streptomyces
gruceus
Streptomyces
venecuelae
Streptomyces
aureofaciens
Sterpomyces
fradial
Sterptomyces
rimosus
|
Penisilin
Penisilin
Sefalosporium
Streptomisin
Kloromisetin atau kloromfemikol
Teraksiklin
Neuromisin
Teramisin
|
Antibiotik lain berasal dari
mikrooganisme berfilamen (Sterptomyces griseus) di namakan stertomisin.
Streptomisin dapat menjinakan mikroorganisme yang telah tahan terhadap
penisilin dan sefalosporin.
Streptomisin terutama digunakan dalam pengobatan tuberkulosis.
Selain pembentukan antibiotika yang dimodifikasi seperti di atas,
fusi/peleburan sel dapat pula memprodusir antibiotika baru dengan cara
mengaktifkan gen yang semula tidak aktif. Fusi sel membentuk sel hibrid atau
rekombinan yang mengandung substansi genetik dari dua sel atau lebih. Sel yang
akan berfusi mungkin dari spesies yang berlainan sama sekali. Tujuan teknik ini
ialah untuk memperoleh senyawa genetik yang baru, yaitu kombinasi yang mungkin
jarang sekali ditemukan di alam. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
rekayasa genetika dapat digunakan untuk membentuk antibiotika yang
termodifikasi. Salah satu produk pertama dari teknologi ini adalah interferon,
yaitu sekelompok senyawa anti virus yang mempunyai nilai (manfaat) dalam
mengobati beberapa bentuk kanker. Sebelum rekayasa genetik, sel-sel manusia
merupakan satu-satunya sumber interferon khas manusia. Tidak hanya sel-sel
manusia yang secara relatif sulit untuk dikembangbiakkan, tetapi interferon
yang mereka hasilkan juga diliputi oleh protein yang tidak diinginkan.
Memisahkan interferon dari bahan kimia adalah sangat mahal, dan tidak mungkin
untuk memperoleh kemurnian yang memadai. Sekarang bakteri yang direkayasa
secara genetik dan mengandung gen interferon mengeluarkan sejumlah besar obat-obatan
ke dalam medium kultur yang mudah dikembangbiakkan dan dimurnikan. Sebelum
rekayasa genetik, masing-masing senyawa dalam daftar berikut tidak dapat
diperoleh atau dihasilkan dari hewan mamalia (atau sel-sel mamalia yang
dikembangbiakkan di laboratorium) dalam jumlah yang sangat sedikit. Sekarang
senyawa-senyawa tersebut diproduksi oleh mikroba-mikroba yang direkayasa secara
genetik (walaupun banyak di antaranya yang masih dalam tingkat eksperimental).
Gambar. Vaksin yang direkayasa
Tabel
senyawa yang diproduksi oleh mikroba yang direkayasa
No
|
N
a m a
|
F
u n g s i
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
Interferon
Interleukin 2 (dulu di kenal
sebagai faktor pertumbuhan T-sel.
Insulin
Hormon pertumbuhan
Aktivator plasminogen
Faktor nekrosis tumor
Eritropoietik
Beta endorfins
Enzim
Vaksin protein
|
Melawan infeksi yang disebabkan
oleh virus, meningkatkan sistem kekebalan ; mungkin efektif untuk melawan
melanoma (kanker kulit) dan beberapa bentuk leukimia ; dapat membantu
menyembuhkan reumatik tulang.
Mengaktifkan sistem kekebalan dan
karena itu dapat membantu mengobati kanker dan kerusakan atau gangguan sistem
kekebalan.
Mengontrol gejala-gejala sakit
gula atau diabetes melitus.
Melawan kekredilan akibat
ketidaknormalan kelenjar putiari (kelenjar endokrin di bawah otak) ; juga
meningkatkan penyembuhan.
Melarutkan pembekuan darah,
mengurangi kemungkinan “stroke” dan serangan jantung.
Menyerang dan membunuh tumor
(penyembuhan kanker).
Memacu produksi sel darah merah
dan dengan demikian dapat digunakan untuk melawan anemia.
Mengurangi rasa sakit (nyeri).
Merupakan morfin alami dalam tubuh.
Melakukan berbagai macam
pelayanan, dari menggerakan atau memacu reaksi-reaksi kimia untk industri
sampai ke penambahan enzim-enzim makanan (diet) manusia.
Memacu kekebalan tubuh terhadap
satu atau dua antigen patogen tanpa resiko yang berkaitan dengan vaksin
konvensional.
|
D.
Mikroorganisme untuk Membasmi Hama Tanaman
Dalam
bidang pertanian telah dapat dibentuk tanaman dengan memanfaatkan mikroorganisme
dalam fiksasi nitogen yang dapat membuat pupuknya sendiri sehingga dapat
menguntungkan pada petani. Demikian pula terciptanya tanaman yang tahan
terhadap tanah gersang. Mikroba yang di rekayasa secara genetik dapat
meningkatkan hasil panen pertanian, demikian juga dalam cara lain, seperti
meningkatkan kapasitas mengikat nitrogen dari bacteri Rhizobium.
Keturunan bacteri yang telah disempurnakan atau diperbaiki dapat meningkatkan
hasil panen kacang kedelai sampai 50%. Rekayasa genetik lain sedang mencoba
mengembangkan turunan dari bacteri Azotobacter yang melekat pada akar tumbuh
bukan tumbuhan kacang-kacangan (seperti jagung) dan mengembangbiakan,
membebaskan tumbuhan jagung dari ketergantungan pada kebutuhan pupuk amonia
(pupuk buatan).
Hama
tanaman merupakan salah satu kendala besar dalam budidaya tanaman pertanian.
Untuk mengatasinya, selama ini digunakan pestisida. Namun ternyata pestisida
banyak menimbulkan berbagai dampak negatif, antara lain matinya organigme
nontarget, keracunan bagi hewan dan manusia, serta pencemaran lingkungan. Oleh
karena itu, perlu dicari terobosan untuk mengatasi masalah, tersebut dengan
cara yang lebih aman. Kita mengetahui bahwa mikroorganisme yang terdapat di
alam sangat banyak, dan setiap jenis mikroorganisme tersebut memiliki sifat
yang berbeda-beda. Dari sekian banyak jenis mikroorganisme, ada suatu kelompok
yang bersifat patogenik (dapat menyebabkan penyakit) pada hama tertentu, namun
tidak menimbulkan penyakit bagi makhluk hidup lain. Contoh mikroorganisme tersebut
adalah bakteri Bacillus thuringiensis. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Bacillus thuringiensis mampu menghasilkan suatu protein yang
bersifat toksik bagi serangga, terutama seranggga dari ordo Lepidoptera.
Protein ini bersifat mudah larut dan aktif menjadi menjadi toksik, terutama
setelah masuk ke dalam saluran pencemaan serangga. Bacillus thuringiensis
mudah dikembangbiakkan, dan dapat dimafaatkan sebagai biopestisida
pembasmi hama tanaman. Pemakaian biopestisida ini diharapkan dapat mengurangi
dampak negatif yang timbul dari pemakaian pestisida kimia. Dengan berkembangnya
bioteknologi, sekarang dapat diperoleh cara yang lebih efektif lagi untuk
membasmi hama. Pada saat ini sudah dikembangkan tanaman transgenik yang
resisten terhadap hama. Tanaman transgenik diperoleh dengan cara rekayasa
genetika. Gen yang mengkode pembentukan protein toksin yang dimiliki oleh B.
thuringiensis dapat diperbanyak dan disisipkan ke dalam sel beberapa
tanaman budidaya. Dengan cara ini, diharapkan tanaman tersebut mampu menghasilkan
protein yang bersifat toksis terhadap serangga sehingga pestisida tidak
diperlukan lagi.
E.
Mikroorganisme untuk Penyelesaian Masalah Pencemaran
Dalam
perkembangan bioteknologi manusia mulai mengembangkan penggunaan mikroorganisme
untuk membantu melindungi lingkungan dari kerusakan atau ganguan lingkungan
yang serius, seperti kerusakan lingkungan yang diakibatkan dari penyemprotan
areal pertanian dengan menggunakan pestisida. Rekayasa genetika
diharapkan dapat menghasilkan mikroba yang mampu membersihkan lingkungan yang
semakin tercemar oleh limbah beracun. Misalnya terhadap polutan dan limbah
beracun. Banyak polutan beracun seperti senyawa-senyawa sintesis yang baru,
dimana mikroorganisme tidak mampu menghancurkan bahan-bahan kimia ini. Akibatnya
senyawa-senyawa tersebut mengumpul sampai ke tingkat yang membahayakan di
lingkungan. Perekayasa genetika berusaha mempercepat evolusi di laboratotium
untuk mengembangkan bakteri yang dengan cepat dapat menurunkan beberapa bentuk
senyawa beracun. Yang telah diusahakan dan dikembangkan adalah keturunan
bakteri yang menyerang minyak tanah (suatu tumpahan minyak dapat menjadi
makanan besar bagi bakteri ini). Sebagai biofilter, beberapa mikroorganisme
mampu mengikat partikel atau zat tertentu yang menyebabkan pencemaran.
Bahan-bahan yang diserap ini kemudian akan diuraikan oleh mikroorganisme
tersebut menjadi bahan-bahan yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Jadi dalam
penanganan limbah dengan menggunakan mikroorganisme biofilter, limbah tersebut
akan disaring oleh mikroorganisme jenis ini dengan cara mengikat zat atau
partikel limbah, baru kemudian diuraikan. Contoh mikroorganismenya adalah Spirulina
maxima yang mampu mengikat karbondioksida dari perairan.
Mikroorganisme
juga dapat berperan dalam penanganan masalah pencemaran dengan cara memecah
ikatan kimia bahan pencemar. Setelah ikatan kimia dipecah, bahan tersebut dapat
diuraikan secara alamiah menjadi bahan yang tidak berbahaya lagi, atau dapat
dimanfaatkan oleh mikroorganisme yang lain. Contoh mikroorganisme ini adalah
jamur Chaetomium cellulolyticus yang mampu memecah ikatan kimia
selulosa. Mikroorganisme yang lain dapat secara langsung berfungsi sebagai
pengurai atau dekomposer limbah. Jadi bahan-bahan pencemar langsung diuraikan
sehingga menjadi bagian yang tidak berbahaya lagi. Contohnya adalah Candida
lypitica yang mampu menguraikan limbah minyak bumi.
F.
Mikroorganisme untuk Memisahkan Logam dari Bijinya
Banyak
mikroba memiliki pilihan makanan yang aneh, tetapi tidak ada yang sedemikian
aneh seperti organisme berbentuk batang ini. Bacteri tersebut tidak memperolah
energi dari sinar matahari (biasanya, bakteri ini hidup di tempat yang
benar-benar gelap), juga tidak dari bahan organik di sekelilingnya. Sebaliknya,
Thiobacillus ferro oxidans memperoleh energi dari senyawa anorganik,
seperti besi sulfida dan menggunakan energi ini untuk membangun bahan yang
diperlukannya untuk hidup dari karbondioksida dan nitrogen di lingkungannya.
Dalam proses ini bakteri juga membuat asam sulfurat dan besi sulfat yang
menjelaskannya mengapa Thiobacillus ferro oxidans dapat digunakan di
dalam operasi pertambangan.
Asam
sulfurat dan besi sufat yang dihasilkannya menyerang batuan di sekelilingnya
dan melepaskan (melarutkan) logam mineral, Contohnya, aktivitas mikroba ini
akan mengubah tembaga, sulfida yang tidak larut menjadi tembaga sulfat yang
larut. Pada saat air mangalir melalui batuan tembaga sulfat akan terbawa dan
lambat laun terkumpul sebagai kolam berwarna biru cemerlang. Dengan cara ini
tembaga yang tersebar pada ribuan ton batuan logam berkualitas rendah akan
dikonsentrasikan di dalam kolam mineral tersebut. Logam akan diperoleh kembali
dengan mengalirkan larutan tembaga sulfat melalui potongan besi. Lambat laun,
lapisan tembaga akan tertimbun di atas besi dan ini dapat dipisahkan (dikeruk).
Uranium dilepaskan dari bijihnya dengan proses yang sama. Kira-kira 14 persen
dari tembaga yang diproduksi di Amerika Serikat bergantung kepada bioteknologi
ini. Sekarang mikroba pencuci terutama dipergunakan pada bahan limbah dari
pertambangan dan proses ekstraksi konvensional yang meninggalkan residu logam
dalam jumlah cukup banyak pada batuan yang terbuang tersebut. Timbunan yang
tingginya sampai 370 m (12100 kaki) dan beratnya 4 miliar ton, terbentuk dari
bahan limbah ini.
Air
disiramkan ke puncak timbunan ini dan pada saat mengalir ke bawah, air tersebut
akan membawa senyawa logam terlarut yang dibentuk oleh kerja bakteri. Dari
namanya Thiobacillus ferro oxidans berarti bahwa bakteri tiadak pertu
ditambahkan ke dalam timbunan ini. Daerah tempat timbunan biasanya tertutup
oleh tanah liat atau aspal sehingga cairan yang kaya akan logam terkumpul pada
kolam di bagian kaki timbunan dan tidak akan meresap ke dalarn tanah. Dengan
menggunakan mikroba, para penambang masih berhadapan dengan tingginya biaya
dalam membawa bilih logam ke permukaan. Tetapi pengalaman yang diperoleh di
pertambangan uranium Stanrock di Kanada memperlihatkan bahwa biaya tidak selalu
diperlukan. Pertambangan ini dibuka pada tahun 1958, dan bekerja dengan
prinsip-prinsip konvensional. Pada tahun 1962 ditemukan bahwa kolam cairan yang
telah terkumpul di bawah tanah mengandung kira-kira 13.000 kg (29.000 lb)
uranium oksida yang telah terlepas dari batuan. Tidak lama kemudian
pertambangan konvensional ini dihentikan dan bacteri dibiarkan mengerjakan
hampir semua pekerjaan tersebut, dan air disiramkan ke atas batuan untuk
membantu proses pencucian alamiah. Penambangan larutan di bawah tanah ini telah
mengurangi sampai seperempat biaya pada saat ini. Teknik serupa hampir pasti
akan dipergunakan pada pertambangan lain terutarna tambang dengan bijih
berkuaIitas rendah. Proses semi industri telah memperlihatkah harapan bahwa
mikroba pencuci dalam memperoleh kobalt, timah dan nikel dan logarn benlai
lainnya, seperti kadmium, galium, air raksa dan antimon, merupakan target masa
depan.
G.
Sifat Totipotensi untuk Kultur Jaringan
Kultur
jaringan adalah suatu cara memperbanyak tanaman dari sel atau jaringan tanaman
dewasa sehingga diperoleh individu baru yang sempurna. Dasar dari kultur
jaringan adalah suatu sifat yang dimiliki tumbuhan yang disebut totipotensi. Sifat totipotensi adalah kemampuan
sel yang apabila diletakkan dalam lingkungan yang sesuai dapat tumbuh menjadi
individu baru yang sempurna. Untuk itu diperlukan medium yang tepat untuk
pertumbuhan sel, yaitu medium yang mengandung nutrisi dan hormon tumbuh. Selain
kondisi steril, kedua hal tersebut adalah kunci pokok bagi keberhasilan kultur
jaringan. Totipotensi pertama kali dikemukakan oleh G. Haberlandt,
seorang ahli fisiologi Jerman.
Kemudian oleh F.C. Steward berhasil dibuktikan
totipotensi dari satu sel wortel yang dikultur pada medium tertentu dan
menghasilkan tanaman wortel yang utuh dan lengkap. Penggunaan kultur jaringan
mempunyai berbagai keuntungan antara lain :
-
Diperoleh propagasi klonal, artinya didapatkan turunan secara genetik yang
identik dengan induknya atau seragam dalam jumlah besar.
Gambar. Kultur jaringan
-
Dapat digunakan sebagai pemuliaan tanaman, seperti seleksi, kultur anther atau
polen, kultur protoplas, dan fusi protoplas.
-
Diperoleh tumbuhan yang bebas dari virus, karena digunakan eksplan yang
benar-benar bebas virus.
-
Metabolisme sekunder, yaitu sifat totipotensi tidak terbatas pada struktur,
tetapi menyangkut kemampuan mensintesis bahan kimia alami.
-
Untuk pelestarian plasma nutfah.
H.
Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika merupakan tindakan
untuk memanfaatkan gen atau DNA dari suatu orgnisme untuk keperluan manusia.
Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan persilangan, radiasi. Pencangkokan
atau transplantasi gen atau kultur jaringan. Dalam pencangkokan gen biasa
menggunakan bakteri atau virus.
Gambar. Transplantasi gen pada
wortel
1.
Transfer gen (transplantasi gen)
Transfer gen dikenal pula
pencangkokan gen. Dengan memanfaatkan teknologi mutakhir, para ahli telah
berhasil menemukan kedudukan gen di dalam kromosom. Bahkan dengan perantaran
mikroorganisme bersel satu mereka mampu memindahkan gen dari suatu species ke
kromosom lainnya. Penerapan teknik ini banyak memberikan manfaat yang dapat
digunakan untuk menyembuhkan penyakit yang diturunkan untuk menghasilkan
berbagai macam tanaman panen yang lebih. Pada organisme tingkat tinggi, seperti
tanaman dan hewan, gen yang dicangkok terlebih dahulu harus disambung ke dalam
alat mengangkut, yaitu vektor seperti virus dan plasmid. Suatu vektor harus
mampu memasuki suatu sel yang selanjutnya menjadi bagian dari genom sel
sehingga mentaati kontrol sel secara normal pada transkripsi dan replikasi DNA.
Tentu saja sangat penting bahwa setiap gen tambahan di mana vektor bisa membawa
masuk ke dalam sel harus tidak berbahaya bagi sel. Pada masa sekarang, secara
rutin gen-gen dicangkokan ke dalam sel-sel di kultur laboratorium.
Manfaat dari pencangkokan gen tidak dapat diragukan lagi
dalam bidang pertanian, terutama untuk memperoleh gen-gen tanaman yang dapat
bertahan dan melawan sebagian besar penyakit atau hama dan tumbuhan pembunuh
(rumput liar). Para peneliti tanaman pangan telah bekerja keras untuk
mentransplantasikan gen-gen pengikat nitrogen dan menghasilkan tumbuhan
polongan yang mampu mengikat nitrogen sendiri tanpa bersimbiosis dengan bacteri
pengikat nitrogen.
Dengan demikian tumbuhan hasil
rekayasa genetika tersebut dapat tumbuh baik pada lahan yang miskin akan
nitrogen. Bila kita mencangkokan gen-gen yang relevan ke dalam tanaman pangan
lain dan mengaturnya dengan bacteri tersebut, maka kita tidak perlu menggunakan
pupuk nitrogen. Dalam tahun 1987, percobaan pertama terhadap tanaman yang
mengandung gen-gen pestisida dilakukan dengan menggunakan tanaman tembakau.
Gen-gen pestisida berasal dari bacteri Bacillus thuringiensis. Bacteri
ini menghasilkan suatu toksin yang membunuh larva hewan ngengat, tetapi tidak
berbahaya (beracun) terhadap insekta lain, mamalia atau
burung.
2.
Transplantasi nukleus pada hewan
Transplantasi nukleus dilakukan
dengan dipindahkannya sebuah telur dan diganti dengan nukleus dari suatau sel
yang berdiferensiasi. Bila nukleus dari sebuah sel di dalam usus seekor berudu
(kecebong) dicangkokan ke dalam sebuah telur katak, maka zigot artifisial
begitu terbentuk berkembang secara normal menjadi seekor katak dewasa
secara seksual. Transplantasi nukleus memasukan semua gen dari nukleus yang
ditransplantasikan ke dalam setiap sel yang menghasilkan embrio, termasuk “germ
cells”, yaitu sel-sel yang menumbuhkan telur dan sperma. Gen-gen yang
ditransplantasikan ini akan diteruskan pada generasi selanjutnya.
Gambar. Percobaan
transplantasi nukleus
I.
Bioteknologi dalam Bidang Kedokteran
Berkembangnya
bioteknologi juga bermanfaat dalam bidang kedokteran, di antaranya dihasilkan
insulin dari rekayasa genetika. Insulin sangat penting terutama bagi penderita
penyakit diabetes melitus atau kencing manis yang sudah parah. Dari manfaat
yang diperoleh, dapat di katakan bioteknologi membuka cakrawala baru dalam
dunia medis. Aplikasi bioteknologi modern dalam dunia medis, misal dalam
pembuatan antibodi, terapi penyakit genetika, pembuatan antibiotik dan penemuan
vaksin baru.
1.
Pembuatan antibodi
Benda asing yang masuk ke dalam tubuh kita disebut antigen,
sementara itu tubuh kita akan beraksi terhadap masuknya benda asing tersebut
dengan cara membentuk antibodi untuk pertahanan diri.
Gambar.
Produksi anti monoklonal dan
poliklonal
Gambar. Terapi genetika
Berbagai antigen yang terdapat dalam tubuh kita akan
merangsang timbulnya antibodi yang bermacam-macam pula, disebut antibodi
pioliklonal. Bioteknologi dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan
pembuatan antibodi poliklonal, artinya dimungkinkan diperoleh suatu antibodi
yang spesifik, lebih murni dan dapat diproduksi dalam jumlah lebih besar.
Antibodi yang spesifik ini dinamakan antibodi monoklonal. George
Kohler dan Cesar Milstein tahun 1975 berhasil membuat antibodi murni
yang dihasilkan oleh sekelompok sel yang identik, yaitu dengan menggabungkan
dua tipe sel (sel yang mampu menghasilkan antibodi dan sel kanker/ sel meiloma)
dari tubuh mencit. Dari penggabungan sel-sel tersebut dapat diperoleh sesuatu
sel yang mampu terus-menerus membelah dan tumbuh, yang akan menghasilkan sel
hibridoma (bastar) yang membawa sifat dri kedua sel asal. Sifat
gabungan yang dihasilkan adalah sel antibodi dan mampu menghasilkan antibodi
dan mampu hidup dalam jangka waktu lama. Dengan cara ini dapat dihasilkan
antibodi yang spesifik dalam jumlah yang besar.
2.
Terapi genetika
Biasanya penderita penyakit genetik akan kehilangan salah
satu komponen gen dalam tubuhnya, sehingga mengakibatkan produk gen akan
mengalami gangguan. Contoh penyakit genetik dan bersifat menurun yang tidak
dapat diobati di antaranya thalasemmia, buta warna, hemofilia dan
lain-lain. Dengan kemajuan bioteknologi beberapa penyakit keturunan ini dapat
dicari pemecahan penyembuhannya. Sel penderita dimasukan DNA dari gen yang
diinginkan untuk terapi, selanjutnya sel ini akan dibiarkan dalam medium kultur
jaringan. Setelah diperoleh jumlah sel yang cukup, sel dimasukan lagi ke dalam
tubuh penderita. Diharapkan kekurangan komponen gen dapat di atasi setelah ke
dalam tubuh dimasukan sel yang membawa gen yang
diperlukan.
No comments