Daging
Daging
pada hewan mamalia teridiri dari urat daging dan jaringan lemak, tulang dan
residu yang terdiri dari tendon dan jaringan pengikat lainnya, pembuluh darah
besar dan lain-lain (Lawrie, 1995). Komponen
utama daging atau disebut karkas terdiri dari tulang, otot, dan lemak. Proporsi
dari tulang, otot dan lemak tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan. Faktor lingkungan ini dapat dibagi menjadi factor fisiologis dan
nutrisi. Peningkatan karkas akan sejalan dengan meningkatnya bobot potong dan
proporsi dari komponen karkas ini saling mempengaruhi bila salah satu variable
mempunyai proporsi yang lebih tinggi maka proporsi dari salah satu atau kedua
variabelnya akan menurun (Soeparno, 1998)
Daging
sapi merupakan daging merah yang sering dikonsumsi oleh rakyat Indonesia.
Komponen bahan kering yang terbesar dari daging adalah protein sehingga nilai
nutrisi dagingnya pun tinggi (Muchtadi dan Sugiono, 1992). Komposisi protein
daging sapi dapat dilihat pada Tabel 1. Selain itu bila ditinjau dari asam
aminonya, daging memiliki komposisi asam amino yang lengkap dan seimbang. Hal
ini dapat dilihat pada table (Kinsman et al. 1992)
Tabel 1. Komposisi gizi daging ayam, sapi,
kambing, dan babi
Jenis daging
|
Komposisi
|
||
Protein
|
Air
|
lemak
|
|
Ayam
|
18.2
|
55.9
|
25.0
|
Domba
|
17.1
|
66.3
|
14.8
|
Sapi
|
18.8
|
66.0
|
14.0
|
Kambing
|
16.6
|
70.3
|
9.2
|
Babi
|
11.9
|
42.0
|
45.0
|
Sumber : Depkes RI tahun 1995
Komposisi
kimia daging tergantung spesies hewan, kondisi hewan, jenis daging karkas,
proses pengawetan, penyimpanan, dan metode pengepakan. Komposisinya juga
dipengaruhi oleh kandungan lemaknya. Meningkatnya kandungan lemak daging dan
kandungan air menyebabkan kandungan protein akan menurun (Soeparno, 1998). Untuk
daging ikan, kualitas daging ikan yang disimpan secara umum dipengaruhi oleh
aktifitas mikrobiologis dan enzimatis yang secara alami terjadi sesaat setelah
ikan mati. selain itu, karakteristik biologi, kondisi ikan saat ditangkap dan
penanganan setelah ditangkap juga dapat mempengaruhi laju kemunduran mutu ikan
selama penyimpanan dingin (Sikorsi dan Sun Pan, 1994)
Setelah
ikan mati, maka suplai oksigen akan terhenti, maka akan terjadi peristiwa glikolisis
pada jaringan otot ikan. Akibat dari peristiwa tersebut maka pH akan turun,
dimana glikogen akan dihidrolisis menjadi asam laktat yang menyebabkan turunnya
nilai Ph (Connell, 1979) Selanjutnya keratin-fosfa secara normal akan hilang
dari otot. Setelah kehilangan sekitar 60% cp, penguraian terhadap adenosine
trifosfat/atp dimulai. Menurut botta (1994), penguraian secara enzimatis pada
daging ikan akan menyebabkan terurainya ATP menjadi hipoksantin.
No comments