Flora Normal
Sejak lahir manusia hidup di dalam biosphere yang mengandung mikroorganisme. Komposisi mikroorganisme di dalam lingkungan tidak pernah stastis, selalu berubah, ada pengurangan, ada penambahan, baik kualitatif ataupun kuantitatif. Dalam tubuh manusia terdapat bagian tubuh yang dihuni banyak mikroorganisme, disamping itu terdapat pula bagian yang steril. Habitat mikroorganisme temporer (tidak tetap) pada tubuh manusia, terdapat di bagian : laring, trakhea, bronkhi, sinus nasalis, esofagus, lambung dan bagian atas usus halus, traktus urinarius bagian atas, uretra posterior, bagian distal organ genetalis pria dan wanita.
Menentukan bahwa mikroorganisme yang ditemukan dalam spesimen adalah penyebab suatu infeksi tidaklah mudah. Mengingat ada beberapa bagian tubuh yang memiliki flora normal. Sedangkan kriteria patogen sangat sulit ditentukan mengingat banyak organisme oportunis patogen kadang-kadang dapat menyebabkan penyakit tergantung beberapa faktor baik dalam hal kondisi hospes, mikroorganisme sendiri dan lingkungan yang sering berkaitan dengan tubuh manusia, sebenarnya batasnya tidak jelas. Untuk dapat menentukan bahwa organisme yang ditemukan pada spesimen klinik merupakan penyebab infeksi, atau hanya organisme kontaminan, memerlukan berbagai dukungan data yang lain.
Untuk dapat menentukan bahwa suatu mikroorganisme patogen atau mikroorganisme indigenous (penghuni flora normal) menjadi penyebab suatu penyakit atau gangguan kesehatan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1. Spesimen yang diperiksa untuk analisa mikrobiologik, berasal dari lesi yang dicurigai terlibat dalam proses infeksi, bukan dari area lain.
2. Pengambilan spesimen telah dipersiapkan secara benar (diambil secara aseptik).
3. Terdapat suatu informasi mengenai hospes alamiah, ataupun variasi mikroflora setempat (distribusi geografis).
4. Latar belakang sosio-ekonomik, diet, cuaca, dan faktor lain yang dapat mempengaruhi hospes alamiah sehingga mempengaruhi mikrobiota dalam tubuh hospes.
Sampai saat ini tidak terdapat batasan jelas mengenai tingkat bahaya suatu mikroorganisme dalam hubungannya dengan manusia, untuk dapat dikategorikan sebagai spesimen patogen, tidak berbahaya atau organisme komensial. Mikroorganisme yang biasanya hidup terbatas dalam tubuh hewan liar, ataupun hewan piaraan, atau biasa merupakan penghuni tanah, tanaman dapat menjadi patogen pada manusia. Contohnya : Bacillus.sp tertentu, yang biasanya dianggap tidak berbahaya, ternyata mampu menimbulkan penyakit mata, terutama iridocyclitis dan panophtalmitis. Pada pasien yang lemah, organisme yang sama merupakan agen penyebab meningitis dan bakteremia. Kadang-kadang Bacillus.ssp menghambat penyembuhan luka bedah. Bacillus yang lain, penghasil toksin, dapat menimbulkan keracunan makanan.
A. Mikroorganisme
Pada Traktus Respiratorius
Area yang selalu dihuni oleh mikroorganisme adalah :
mulut, tenggorokkan (termasuk orofaring, nasofaring dan tonsil), sedangkan
laring, bronkhi, bronkhioli, alveoli, dan sinus nasalis, biasanya merupakan
area steril. Kontaminasi oleh organisme biasanya tergantung dari berbagai
mekanisme pertahanan setempat.
Mulut yang terdiri atas cavum buccalis, gigi, lidah, ginggiva, palatum,
dan saliva selalu ditumbuhi berbagai macam organisme dalam jumlah banyak,
sehingga sangat sulit menentukan batasan jumlah mikroorganisme sebagai penentu
tingkat patogenitas kemoterapi jangka panjang yang mengalami luka pada lidah.
Pasien yang mengalami defisiensi nutrisi atau kondisi kurang baik, sering
mengalami lesi membran di permukaan rongga mulut.
B. Luka dan Luka
Bakar
Mikrobiota dari luka tergantung pada okasi anatomik, sebab terjadinya
luka, derajat kontaminasi dari bagian yang batasannya dengan luka. Faktor di
atas lebih berperan dibanding faktor penanganan keseimbangan hospes-parasit.
Komplikasi pada luka traumatik biasanya disebabkan oleh organisme aerob
endogen, terutama P. aeruginosa, S.
aureus, E. Coli, Proteus spp, acinetobacter spp,
enterococcus, Streptococcus group A, flavobakteria. Sedangkan organisme
anaeorb yang sering terlibat adalah clostridia neurotoksik dan histotoksik,
yang menyebabkan timbulnya gas gangren adalah C. perfringens tipe A, Clostridium Septicum, dan Clostridium nouyii. Clostridium tetani, tidak akan menimbulkan masalah p-ada individu
yang telah diimunisasi.
C. Mikroorganisme di
Traktus Genitorinarius
Area yang biasanya ditumbuhi oleh mikroorganisme
adalah : genitalia eksterna, uretra anterior, vagina, sedangkan bagian lain
pada umumnya steril. Flora pada genitalia eksterna biasanya sama dengan flora
kulit. Sedang flora vagina, dipengaruhi oleh umur, faktor hormonal, kebiasaan
seksual dan sebagainya.
Mikroorganisme di Kulit, Telinga dan Mata
Mikroorganisme tetap membentuk populasi pada kulit,
telinga dan mata sangat dipengaruhi oleh kontak, kebiasaan, profesim, dan lain-lain dari individu yang
bersangkutan.
Mikroorganisme di Traktus Gastrointestinalis
Distribusi geografis, diet, kebiasaan dan sanitasi
merupakan faktor-faktor penentu mikroflora traktus gastrointestinalis. Area
yang paling banyak mengandung mikrobiota adalah usus besar, organisme fekal
juga ditemukan di ileum bawah pada orang sehat. Sedangkan area yang biasanya
steril adalah esofagus dan lambung, walaupun mikroorganisme sering tertelan
dibagian tersebut, tetapi tidak akan pernah hidup lama bagian dari traktus
gastrointestinalis ini. Hal yang sama terjadi di usus halus (kecuali ilium
bagian distal), hati, kantong empedu, biasanya bebas dari mikroorganisme.
No comments