Sterilisasi
Hampir
semua tindakan yang dilakukan dalam diagnosa mikrobilogi, sterilisasi sangat
diutamakan baik alat-alat yang dipakai maupun medianya. Bila penanaman spesimen
dalam media, petri, ose maupun media yang digunakan tidak steril, maka sangat
tidak mungkin untuk membedakan apakah kuman yang berhasil diisolasi tersebut
berasal dari penderita atau merupakan hasil kontaminasi dari alat-alat atau
media yang digunakan.
Suatu
alat atau bahan dikatakan steril bila alat/bahan tersebut bebas dari mikroba
baik dalam bentuk vegetatif maupun sopra. Tindakan untuk membebaskan alat atau
media dari jasad renik disebut sterilisasi. Ada beberapa cara sterilisasi,
untuk pemilihannya tergantung dari bahan/alat yang akan disterilkan. Secara
garis besar sterilisasi dapat dibagi sebagai berikut :
- pemanasan
- filtrasi
- penyinaran dengan sinar gelombang pendek (radiasi)
- kimia (khemis)
A.
Sterilisasi dengan Pemanasan
1. Dengan
pemanasan kering
Pembakaran
Alat yang digunakan adalah lampu spiritus/bunsen.
Pembakaran dapat dilakukan dengan cara :
-
Memijarkan
Pembakaran
dengan cara ini hanya cocok untuk alat-alat logam (ose, pinset, dll), yang
dibiarkan sampai memijar. Dengan cara ini seluruh mikroorganisme, termasuk
spora, dapat dibasmi.
-
Menyalakan
Dapat
diartikan suatu pelintasan alat gelas (ujung pinset, bibir tabung, mulut
erlenmeyer, dll) melalui nyala api. Cara ini merupakan hal darurat dan tidak
memberikan jaminan bahwa mikroorganisme yang melekat pada alat dengan pasti
terbunuh.
Cara mensterilkan ose :
Ose disterilkan dengan cara dibakar pada nyala api
lampu spiritus atau lampu gas. Pada waktu memanaskan ose, dimulai dari pangkal
kawat dan setelah terlihat merah berpijar secara pelan-pelan pemansan
dilanjutkan ke ujung ose. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terloncatnya kuman
akibat pemanasan langsung dan terlalu cepat pada mata ose. Nyala api pada
sterilisator mempunyai perbedaan dalam derajat panas.
ABCD (diarsir) : merupakan
ruang oksidasi
ABCD :
merupakan ruang reduksi
AB : dasar
api
a :
ruang oksidasi atas
b :
ruang oksidasi bawah
c :
ruang reduksi atas
d :
ruang reduksi bawah
e :
bagian yang paling tidak panas
Tempat yang paling panas adalah ruang oksidasi bawah
yang letaknya kira-kira sepertiga bawah dari tingginya nyala api. Yang perlu
diperhatikan :
-
jangan memegang mata ose dengan tangan sebelum ose
disterilkan
-
jangan meletakkan ose di atas meja, tetapi letakkan
pada tempat yang disediakan setelah disterilkan.
Dengan udara panas (hot air oven)
Cara ini menggunakan udara yang dipanaskan dan kering, serta berlangsung
dalam sterilisator udara panas (oven). Pemanasan dengan udara panas dugunakan
untuk sterilisasi alat-alat laboratorium dari gelas misalnya : petri, tabung
gelas, botol pipet dll, juga untuk bahan-bahan minyak dan powder misalnya talk.
Bahan dari karet, kain, kapas dan kasa tidak dapat ditserilkan dengan cara ini.
Setelah dicuci alat-alat yang akan disterilkan dikeringkan dan dibungkus
dengan kertas tahan panas, kemudian dimasukkan dalam oven dan dipanaskan pada
temperatur antara 150 - 170ºC, selama kurang lebih 90 – 120 menit. Hal yang
perlu diperhatikan adalah bahwa di antara bahan yang disterilisasi harus
terdapat jarak yang cukup, untuk menjamin agar pergerakan udara tidak
terhambat.
2.
Dengan pemanasan basah
Dengan merebus
Digunakan untuk mensterilkan alat-alat seperti gunting, pinset, skalpel,
jarum, spuit injeksi dan sebagainya dengan cara direbus dalam suasana mendidih
selama 30-60 menit.
Dengan uap air panas
Digunakan terutama untuk mensterilkan media-media yang akan mengalami
kerusakan bila dikerjakan dengan sterilisasi uap air panas dengan tekanan
(autoklav) ataupun untuk alat-alat tertentu. Cara ini dijalankan dengan
pemanasan 100ºC selama 1 jam. Perlu diingat bahwa dengan cara ini spora belum
dimatikan, dan ada beberapa media yang tidak tahan pada panas tersebut
(misalnya media Loewenstein, Urea Broth). Media tersebut disterilkan dengan
cara sterilisasi bertingkat ataupun filtrasi. Alat yang digunakan adalah
sterilisator, autoklav, dimana tekanan dalam autoklav dijaga tetap 1 atmosfer
(klep pengatur tekanan dalam keadaan terbuka).
Dengan uap air bertekanan (Autoklav)
Dengan cara pengatur tekanan dalam autoklav, maka dapat dicapai panas
yang diinginkan. Cara ini dipakai untuk sterilisasi media yang tahan terhadap
pemanasan tinggi. Sterilisasi biasanya dijalankan dengan menggunakan panas
120ºC selama 10 – 70 menit tergantung kebutuhan. Hal yang perlu diperhatikan
bila mengerjakan sterilisasi dengan menggunakan autoklav :
-
harus ditunggu selama bekerja
-
hati-hati bila mengurangi tekanan dalam autoklav
(perubahann temperatur dan tekanan secara mendadak dapat menyebabkan cairan
yang disterilkan meletus dan gelas-gelas dapat pecah).
Pada sterilisasi
dengan pemanasan kering, bakteri akan mengalami proses oksidasi putih telur,
sedang dengan sterilisasi panas basah, akan mengakibatkan terjadinya koagulasi
putih telur bakteri. Dalam keadaan lembab jauh lebih cepat menerima panas
daripada keadaan kering sehingga sterilisasi basah lebih cepat dibanding
oksidasi).
Pasteurisasi
Digunakan untuk mensterilkan susu dan minuman beralkohol. Panas yang
digunakan 61,7ºC selama 30 menit.
B.
Sterilisasi dengan Filtrasi
Sterilisasi dengan cara ini dilakukan dengan mengalirkan cairan atau gas
pada saringan berpori kecil sehingga dapat menahan mikroorganisme dengan ukuran
tertentu. Kegunaan:
-
untuk sterilisasi media yang tidak tahan terhadap
pemanasan, misalnya Urea Broth ataupun untuk sterilisasi vaksin, serum, enzim,
vitamin.
-
Meminimalkan kuman udara masuk untuk ruangan kerja
secara aseptis
Virus seperti
mikroorganisme tanpa dinding sel (mikroplasma) umumnya tidak dapat ditahan oleh
filter.
C.
Sterilisasi dengan Penyinaran (radiasi)
Sterilisasi dengan cara ini diperlukan jika sterilisasi panas maupun
dinding tidak dapat dilakukan. Beberapa macam radiasi mengakibatkan letal
terhadap sel-sel jasad renik dan mikroorganisme lain. Jenis radiasi termasuk
bagian dari spkterum elektromagnetik, misalnya : sinar ultraviolet, sinar
gamma, sinar x dan juga sinar katoda elektro kecepatan
tinggi. Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang 15-390 nm. Lampu
sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 260 – 270 nm, dimana sinar dengan
panjang gelombang sekitar 265 nm mempunyai daya bakterisid yang tinggi. Lampu
ultraviolet digunakan untuk mensterilkan ruangan, misalnya di kamar bedah,
ruang pengisian obat dalam ampul dan flakon di industri farmasi, juga bisa
digunakan diperusahaan makanan untuk mencegah pencemaran permukaan.
Sinar x mempunyai daya penetrasi lebih besar dibanding dengan sinar
ultraviolet. Sinar gamma mempunyai daya penetrasi lebih besar dibandingkan
dengan sinar x dan digunakan untuk mensterilkan material yang tebal, misalnya
bungkusan alat-alat kedokteran atau paket makanan. Sinar katoda biasa dipakai
menghapus hama pada suhu kamar terhadap barang-barang yang telah dibungkus.
D.
Cara Kimia (Khemis)
Merupakan cara sterilisasi dengan bahan kimia. Beberapa istilah yang
perlu difahami:
-
Desinfektan adalah suatu bahan kimia yang dapat
membunuh sel-sel vegetatif dan jasad renik. Biasanya digunakan untuk obyek yang
tidak hidup, karena akan merusak jaringan. Prosesnya disebut desinfeksi.
-
Antiseptik adalah suatu bahan atau zat yang dapat
mencegah, melawan maupun membunuh pertumbuhan dan kegiatan jasat renik.
Biasanya digunakan untuk tubuh. Prosesnya disebut antiseptis.
-
Biosidal adalah suatu zat yang aksinya dipakai unhtuk
membunuh mikroorganisme, misal : bakterisid, virosid, sporosid.
-
Biostatik adalah zat yang aksinya untuk
mencegah/menghambat pertumbuhan organisme, misal : bakteriostatik, fungistatik.
Ada beberapa zat
yang bersifat anti mikroba.
1. Fenol dan
derivatnya
Zat kimia ini bekerja dengan cara mempresipitasikan
protein secara aktif atau merusak selaput sel dengan penurunan tegangan
permukaan. Fenol cepat bekerja sebagai desinfektan maupun antiseptik tergantung
konsentrasinya. Daya antimikroba fenol akan berkurang pada suasana alkali, suhu
rendah, dan adanya sabun.
2. Alkohol
Alkohol beraksi dengan mendenaturasi protein dengan
jalan dehidrasi dan melarutkan lemak sehingga membran sel rusak dan enzim-enzim
akan diinaktifkan oleh alkohol. Etil alkohol (etanol) 50-70% mempunyai sifat
bakterisid untuk bentuk vegetatif. Metanol daya bakterisidnya kurang
dibandingkan etanol, dan beracun terhadap mata.
3. Halogen
beserta gugusannya
Halogen beserta gugusannya ini mematikan mikroorganisme
dengan cara mengoksidadi protein sehingga merusak membran dan menginaktifkan
enzim-enzim. Misalnya :
-
Yodium dipakai untuk mendesinfeksi kulit sebelum
dilakukan pembedahan
-
Hipoklorit digunakan untuk sanitasi alat-alat rumah
tangga. Yang umum dipakai adalah kalsium dipoklorit dan sodium hipoklorit.
4. Logam
berat dan gugusannya
Logam berat dapat memprestasikan enzim-enzim atau
protein esensial lain dalam sel sehingga dapat berfungsi sebagai anti mikroba.
Contoh :
-
Merkurokrom, merthiolat sebagai antiseptik.
-
Perak nitrat sebagai tetes mata guna mencegah penyakit
mata pada bayi (Neonatol gonococcal ophthalmitic).
5. Deterjen
Dengan gugus hipofilik dan hidrofilik, deterjen akan merusak membran
sitoplasma.
i. Aldehid
Aldehid mendesinfeksi dengan cara mendenaturasi protein. Contoh :
formalin (formaldehid)
ii.
Gas sterilisator
Digunakan untuk bahan/alat yang tidak dapat disterilkan
dengan panas tinggi atau dengan zat kimia cair. Pada proses ini material
disterilkan dengan gas pada suhu kamar. Gas yang dipakai adalah ethilen oksida.
Kebaikannya
: ethilen oksida mempunyai daya
sterilisasi yang besar dan daya penetrasinya besar
Kejelekannya
: ethilen oksida bersifat toksis dan mudah meledak.
No comments