Fotosintesis
A. PENDAHULUAN
Organisme hidup
(tumbuhan) dapat dikelompokkan berdasarkan sumber energi dan sumber karbonnya.
Karbon ini merupakan bahan yang sangat penting yang diperlukan oleh organisme. Kita ketahui bahwa energi yang ada
di alam terdapat dalam beberapa bentuk energi, namun hanya ada dua bentuk
energi yang dapat digunakan sebagai sumber energi bagi organisme hidup. Energi
tersebut yaitu energi cahaya dan energi kimia. Organisme yang dapat
menggunakan energi cahaya untuk mensintesis keperluan organiknya disebut fototrof atau fototrofik, sedangkan organisme yang dapat mensintesis keperluan
organiknya dari energi kimia disebut kemotrof
atau kemotrofik. Ciri karakteristik dari fototrof yaitu adanya pigmen hijau daun atau klorofil.
Adapun fungsi dari klorofil ini sebagai penyerap energi cahaya menjadi energi
kimia. Istilah lain untuk fototrofisme yaitu fotosintesis. Pada umumnya fotosintesis terjadi di daun
walaupun klorofil dapat ditemukan di buah, daun, akar bahkan di batang.
Pada organisme yang dikelompokkan
berdasarkan sumber karbon anorganik, yaitu karbondioksida (CO2)
organismenya disebut autotrof atau autotrofik
dan sumber karbonnya anorganik disebut heterotrof atau
heterotrofik. Berbeda dengan
heterotrof, autotrof mensintesis keperluan organiknya dari bahan anorganik
sederhana.
B. FOTOSINTESIS
Secara langsung maupun secara tidak
langsung, semua kehidupan di bumi ini sangat tergantung dengan adanya
fotosintesis. Fotosintesis adalah suatu proses pembentukan bahan organik dari
bahan anorganik (CO2, H2O, H2S) dengan bantuan
cahaya dan klorofil. Reaksi secara umum dari fotosintesis ini adalah :
Energi
cahaya
n CO2 + n H2O
-------------------------------------------- › (CH2O)n + n O2
klorofil
C. STRUKTUR KLOROPLAS
Kloroplas
terbungkus oleh sistem membran rangkap, yang sifat dari membrane tersebut
diferensial permeabel. Didalam cairan kloroplas (yang disebut matriks) terdapat
lembaran –lembaran rangkap yang dikenal dengan tilakoid. Tilakoid ini membentuk
semacam cakram yang membatasi lumen tilakoid. Cakram bertumpuk-tumpuk membentuk
granum. Membran tilakoid yang menghubungkan grana dinamakan lamela stroma. Reaksi cahaya (penangkapan energi cahaya dan mengubahnya
menjadi energi kimia) berlangsung di grana dan fiksasi CO2
berlangsung di stroma. Didalam kloroplas terdapat pigmen-pigmen yang diperlukan
pada fotosintesis dan enzim-enzim yang diperlukan pada reaksi fotosintesis.
Kloroplas
terbentuk dari proplastida atau dari pembelahan kloroplas yang telah dewasa.
Proplastida adalah organela yang tidak berwarna, lebih kecil dari kloroplas dan
tidak mempunyai grana. Pembelahan proplastida menjadi kloroplas bersamaan
dengan pembelahan sel-sel mesofil. Proses pembentukan membran stroma dan grana
ini diawali dengan terbentuknya badan prolamelar. Apabila badan prolamelar ini terkena
cahaya akan hilang, sintesis klorofil dimulai dan grana akan terbentuk.
Pigmen
yang paling banyak dalam kloroplas adalah klorofil. Struktur molekul klorofil,
tediri atas porfirin yang sama strukturnya dengan porfirin heme yang membentuk
gugus prostetik pada hemoglobin, mioglobin dan enzim sitokrom. Perbedaaan utama
antara klorofil dan heme adalah adanya
-
atom magnesium (sebagai pengganti besi) di
tengah-tengah cincin porfirin dan
-
rantai samping hidrokarbon yang panjang, yaitu rantai
fitol
-
Ada
bermacam-macam klorofil dan jenis klorofil
tergantung pada rantai simpang yang mengikat inti porfirinnya (klorofil
a, b, c, d dan e). Tetapi yang berperan
dalam fotosintesis yaitu klorofil a dan klorofil b. Perbedaan kecil antara
kedua klorofil itu tampak pada (Gambar). Pada sel tumbuhan keduanya terikat pada
protein.
Klorofil
adalah pigmen karena menyerap cahaya, yaitu radiasi elektromagnetik pada spektrum
kasat mata (visible) (Gambar). Cahaya putih / tampak merupakan sebagian kecil
dari cahaya yang sampai ke bumi.
Molekul
yang mengabsorpsi cahaya tampak adalah pigmen berwarna atau hitam. Elektron
yang tereksitasi umumnya adalah elektron yang mobil yang berasosiasi dengan
ikatan rangkap yang tidak jenuh, misalnya adalah klorofil. Molekul ini
mempunyai tingkat ketidakjenuhan yang tinggi dan mengabsorpsi cahaya dengan
efisien, terutama cahaya biru dan cahaya merah.
Cahaya mempunyai dua sifat yaitu
sifat gelombang dan sifat partikel. Sifat partikel cahaya umumya dinyatakan
dalam foton atau kuanta, yaitu suatu paket energi yang mempunyai ciri
tersendiri, yang masing-masing foton mempunyai panjang gelombang tertentu.
Energi dalam tiap foton berbanding
terbalik dengan panjang gelombang. Jadi panjang gelombang ungu dan biru
mempunyai energi foton yang lebih tinggi daripada cahaya jingga (orange) dan merah.
Prinsip mendasar dari absorpsi
cahaya adalah setiap molekul hanya dapat menyerap satu foton, dan foton ini
meyebabkan tereksitasinya hanya satu electron. Elektron yang dalam keadaan
dasar (ground state) stabil pada suatu orbit biasanya tereksitasi, dipindahkan
menjauhi keadaan dasarnya (orbit tersebut) dengan jarak (ke orbit lain) sesuai
dengan energi foton yang diabsorpsinya. Jika
yang menyerap energi foton itu adalah molekul klorofil atau pigmen yang lain,
maka molekul itu akan berada dalam keadaan tereksitasi, dan energi eksitasi
inilah yang digunakan dalam proses fotosintesis. Klorofil atau pigmen yang lain
itu akan tetap dalam keadaan eksitasi dalam waktu yang singkat, biasanya 10-9
detik atau malahan kurang dari itu. Energi eksitasi akan hilang pada waktu elektron
kembali ke orbitnya semula. Energi eksitasi yang diinduksi dalam suatu molekul
atau atom oleh satu foton dapat hilang dengan tiga cara yaitu :
- energi dapat hilang sebagai panas / kalor
- energi hilang sebagai panas dan sisanya sebagai cahaya
tampak dengan panjang gelombang lebih panjang dari panjang gelombang yang
diabsorpsi, dan ini dikenal sebagai fluoresensi.
Fluoresensi klorofil dapat dilihat sebagai cahaya merah jika suatu larutan
pigmen yang pekat disinari dengan cahaya biru atau ultraviolet. Fuoresensi klorofil dalam daun tidak mudah
terlihat, karena sebagian besar energi eksitasi digunakan untuk proses fotosintesis.
- Energi dapat digunakan untuk melakukan suatu reaksi
kimia. Fotosintesis adalah hasil dari proses yang ketiga.
Senyawa kimia yang penting
dalam mengubah energi cahaya menjadi energi kimia pada tumbuhan adalah
pigmen-pigmen yang terdapat didalam kloroplas. .Melalui pigmen inilah cahaya memulai
proses fotosintsis. Pada sel tumbuhan selain terdapat klorofil a dan b juga
diketemukan karotenoid. Karotenoid yang paling banyak dijumpai adalah santofil
dan karoten. Adapun fungsi karotenoid ini adalah :
-
melindungi klorofil dari fotooksidasi pada penyinaran
yang terlalu kuat
-
membantu klorofil dalam menangkap dan mentransfer
energi cahaya.
Sedangkan pada tumbuhan tingkat rendah terutama pada
beberapa jenis makroalga bentik
(seaweed) selain
klorofil juga diketemukan pigmen assesoris atau pigmen tambahan yaitu
fukosianin pada algae coklat dan
fikoeritrin yang terdapat pada algae merah.
Fotosintesis memerlukan energi
eksitasi dari berbagai pigmen dipindahkan ke pigmen pengumpul energi, yaitu ke
satu pusat reaksi yang mana dalam proses fotosintesis ini terdapat 2 (dua)
macam pusat reaksi dalam tilakoid yang keduanya terdiri dari molekul klorofil
a. Energi dalam pigmen yang tereksitasi dapat dipindahkan ke pigmen
disebelahnya dan dari sana ke pigmen yang lain lagi dan seterusnya secara
resonansi induktif sehingga akhirnya energi mencapai pusat reaksi.
D. PENGARUH PENINGKATAN EMERSON (“EMERSON
ENHANCEMENT
EFFECT” )
Pada tahun 1950, Emerson meneliti
sebab tidak efektifnya cahaya merah dengan gelombang yang lebih panjang dari
680 nm dalam melaksanakan fotosintesis, walaupun sebagian besar panjang
gelombang tersebut diabsorpsi oleh klorofil in vitro. Emerson dan kawan-kawan
menemukan bahwa jika cahaya dengan panjang gelombang yang lebih pendek
ditambahkan pada saat yang sama dengan panjang gelombang merah yang lebih
panjang, fotosintesis akan berlangsung lebih cepat dari yang diperkirakan,
yaitu lebih besar dari hasil penjumlahan laju fotosintesis yang diperoleh jika
masing-masing warna digunakan secara terpisah. Sinergisme atau peningkatan ini
disebut pengaruh peningkatan Emerson.
Didalam kloroplas, pigmen
berkelompok membentuk satuan-satuan yang dinamakan fotosistem. Tiap kloroplas
selalu mempunyai dua macam fotosistem yang bekerjasama dalam penangkapan energi
cahaya.
Susunan Fotosistem I yaitu klorofil
a, sedikit klorofil b dan karotenoid dengan pusat penangkapan P 700 (yaitu
molekul klorofil a yang mempunyai penyerapan maksimum 703 nm). Sedangkan
Fotosistem II mengandung klorofil b lebih banyak dengan pusat penangkap P 680
nm. Elektron yang terlepas dari molekul klorofil pusat penangkap energi (P 700
atau P 680) akan menyebabkan terjadinya transport elektron. Dalam perjalanannya
ke keadaan semula (ground state) elektron ini melalui sejumlah senyawa dan pada
waktu itu dibebaskan energi yang digunakan untuk membentuk ATP atau NADPH + H+.
Proses ini dinamakan fosforilasi
fotosintetik, sedangkan ATP dan NADPH + H+ dinamakan tenaga asimilasi.
Proses fosforilasi fotosintetik atau
fotofosforilasi dibagi menjadi 2 jenis, tergantung dari sumber elektron untuk
mengembalikan klorofil ke keadaan semula (ground state), yaitu :
1. Fotofosforilasi non siklik
Dinamakan juga transport elektron
non siklik karena terjadi arus elektron bersamaan di dalam tilakoid yaitu pada
fotosistem II, fotosistem I dan fotolisis air sehingga dihasilkan ATP dan NADPH2
(lihat gambar 4). Lebih jelasnya pada fotofosforilasi non-siklik aliran
electron dari H2O ke feridoksin melalui pembawa elektron memerlukan
keikutsertaan kedua sistem piogmen dan menghasilkan ATP. Artinya kelebihan
energi electron hasil absorpsi foton digunakan untuk sintesis ikatan fosfat
bernergi tinggi. Kemungkinan sintesis ATP adalah antara sitokrom B6
dan sitokrom f. Elektron dari H2O diangkut satu arah ke feridoksin
dan akhirnya digunakan untuk mereduksi NADP. Elektron tidak didaurkan tetapi
digunakan oleh reaksi fiksasi CO2. Jadi sintesis ATP yang terjadi menurut cara
aliran elektron ini disebut fotofosforilasi non-siklik.
2. Fotofosforilasi siklik
Jika kloroplas menerima cahaya
dengan panjang gelombang diatas 680 nm, maka yang diaktifkan hanya fotosistem
I. Elektron tidak terbentuk dari penguraian H2O sehingga pada reaksi
ini tidak terjadi O2. NADP juga tidak mampu menyerap elektron
sehingga elektron itu diteruskan ke sitokrom b6 dan selanjutnya lewat
plastoquinon (PQ), sitokrom f dan plastosianin dan kembali ke P 700 (dari
fotosistem I). Pada transport elektron ini hanya dihasilkan ATP. Untuk
mendapatkan gambaran yang tlebih jelas tentang transport ini dapat dilihat pada
skema Z (lihat gambar).
3. Fotofosforilasi pseudosiklik
Umumnya dianggap bahwa Oksigen
direduksi oleh Fotosistem II menjadi hydrogen peroksida, tetapi electron dapat
juga melalui Feridoxin yang dalam hal ini tidak terbentuk NADPH dan Oksigen
diserap. Penyerapan ini terjadi karena pada reaksi fotolisis air (reaksi Hill)
hanya dihasilkan ½ O2, padahal untuk membentuk hydrogen peroksida
diperlukan O2
H2O
-----------------------------------------------› ½ O2 +
2e + 2H+
O2 + 2e +
2H+ ---------------------------------› H2O2
H2O + 1/ 2 O2 ---------------------------------› H2O2
E. KARBOKSILASI FOTOSINTETIK
Setelah tenaga asimilasi (ATP dan
NADPH) diperoleh dari reaksi cahaya, tenaga ini digunakan untuk mengubah CO2
menjadi karbohidrat. Untuk mengetahui tahap – tahap reaksi kimia ini digunakan
cara autoradiografi dan kromatografi 2 dimensi. Dengan menggunakan isotop C 14
dan dengan mengubah-ubah waktu antara awal pemberian cahaya dan pematian,
kemudian senyawa yang diperoleh dianalisis dengan kromatografi dapat diketahui
senyawa-senyawa yang dapat dihasilkan.
Reaksi yang
terjadi secara sederhana adalah :
6CO2 + 18 ATP + 12 NADPH
---------- F 6 P + 18 ADP + 17 Pi
Dari data
percobaan pada berbagai jenis tumbuhan diketahui fotosintesis melalui beberapa jalur
reaksi :
1. Jalur Calvin – Benson (Jalur C-3)
Reaksi dari jalur ini beserta enzim-
enzimnya dapat dilihat pada gambar 5. Dari reaksi ini terlihat bahwa satu molekul
triosa (fosfogliseraldehida, PGAL) dibentuk dari fiksasi tiga molekul CO2.
Karena senyawa pertama yang dihasilkan adalah senyawa berkarbon – tiga (asam
fosfogliserat, APG) maka daur reaksi disebut daur C-3, dan tumbuhan yang
melaksanakan daur ini dinamakan tumbuhan C-3.
Pada jalur ini dapat
dilihat bahwa reaksi pertamanya merupakan reaksi antara CO2 dengan
RuBP (Ribolase 1, 5 bi phosphate) menghasilkan 2 APG (Asam fosfogliserat) dan
selanjutnya sebagian APG diubah menjadi karbohidrat. Pada saat yang sama
mungkin RuBP tidak bereaksi dengan CO2 tetapi dengan O2.
Karena berlangsung secara bersamaan dengan fotosintesis (dalam cahaya)
dinamakan fotorespirasi.
2. Jalur Hatch – Slack ( jalur C 4)
Pada beberapa jenis tumbuhan
diketahui bahwa senyawa pertama yang dihasilkan bukan PGA tetapi asam
dikarboksilat dengan rantai C - 4. Diketemukan bahwa CO2 diikat oleh
fosfo enol piruvat (PEP) menjadi asam oksaloasetat. Tumbuhan yang melakukan
karboksilasi jalur C – 4 ini mempunyai struktur anatomi daun yang khusus
disebut tipe Kranz, yaitu berkas
pengangkut pada daun dibungkus oleh selubung berkas pengangkut yang terdiri
dari sel – sel parenkhim besar yang berisi kloroplas. Reaksi karboksilasi
berlangsung di dua bagian yaitu di kloroplas mesofil dan di kloroplas sel
selubung berkas pengangkut. Bagan reaksinya dapat dilihat pada gambar.
3. Jalur Crassulacean Acid Metabolism
Tumbuhan sukulenta menunjukkan
penimbunan asam organik dan penurunan pH cairan selnya pada malam hari.
Tumbuhan kelompok ini stomatanya membuka pada waktu gelap dan menutup waktu
terang, sehingga penambatan CO2 berlangsung pada waktu gelap. Untuk
mengadaptasi terhadap keadaan ini tumbuhan melakukan karboksilasi
fotosintetik dengan cara Crassulacean
Acid Metabolism (CAM). Nama ini diberikan karena sebagian besar metabolisme ini
dilakukan oleh tumbuhan anggota familia Crassulaceae. Tanda-tanda tumbuhan
kelompok ini adalah :
-
Stomata membuka dalam gelap, sehingga transpirasi
berlangsung selama periode gelap.
-
Penyerapan CO2 dalam gelap, pH turun dalam
gelap.
-
Kandungan amilum turun dalam gelap.
Pada dasarnya jalur
CAM serupa dengan C - 4. Bagan berikut
menunjukkan jalur penangkapan CO2 dan penggunaannya pada waktu
terang.
F. KEMOSINTESIS
Organisme kemosintetik
(kemoautotrof) adalah bakteri yang menggunakan karbondioksida sebagai sumber
karbon tetapi memperoleh energi dari reaksi kimia dan bukan dari cahaya. Energi
diperoleh dari hasil oksidasi metabolit anorganik yang diserap dari lingkungan
seperti hidrogen, hidrogen sulfide, sulfur (belerang), besi, ammonia dan
nitrit. Metabolit anorganik tersebut bergabung dengan oksigen di dalam sel dan
dihasilkan energi dan berbagai bahan anorganik sebagai hasil sampingan. Energi
yang dihasilkan digunakan untuk pembentukkan makanan dan sebagai bahan baku anorganik adalah air
dan CO2. Pola umum reaksinya
adalah :
oksigen
Metabolit
anorganik
-----------------------------
hasil samping anorganik
↓
E
↓ O2
H2O --------------------
H2
CO2 ------------------- karbohidrat
Sejumlah spesies bakteri tidak
berwarna dan aerob mampu mensintesis karbohidrat dengan menggunakan energi yang
berasal dari reaksi oksidasi. Diantara bakteri itu adalah bakteri sulfur tidak
berpigmen yang mengoksidasi sulfida menjadi sulfat; bakteri besi yang mengoksidasi
ferrohidroksida menjadi ferrihidroksida; bakteri nitrofikasi yaitu Nitrosomonas
dan Nitrobacter mengoksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrit menjadi
nitrat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
fotosintesis
Seperti
halnya proses metabolisme yang lain, maka fotosintesis juga dipengaruhi oleh
berbagai faktor baik faktor dalam maupun dari faktor luar yang sulit dipisahkan
dengan tegas.
Pada umumnya
faktor tersebut yaitu :
- Faktor dalam
1. Kandungan
klorofil, karena pigmen ini langsung berperan pada penangkapan energi,
sehingga jumlah klorofil dapat menentukan kecepatan reaksi fotosintesis.
2. Morfologi
daun, termasuk kerapatan tulang daun, permukaan daun (mengkilat atau tidak)
3. Anatomi
daun, struktur anatomi mempengaruhi fotosintesis secara tidak langsung,
karena dapat mempengaruhi kecepatan difusi CO2 dan lewatnya cahaya
pada mesofil daun.
4. Faktor
protoplasma, suatu tumbuhan jika dipindahkan dari gelap ke terang tidak
segera mampu mengadakan fotosintesis. Hal ini disebabkan perlu waktu untuk
persiapan. Faktor ini tidak jelas, mungkin untuk sintesis enzim-enzim yang
diperlukan pada fotosintesis.
5. Akumulasi fotosintat, jika translokasi
fotosintesis dari daun terhambat (misalnya defisiensi vitamin B) maka akan
terjadi penimbunan glukose dalam kloroplas. Kandungan glukose yang tinggi akan
menghambat reaksi fotosintesis.
- Faktor luar
1. Cahaya, pengaruhnya lewat
intensitasnya, kualitasnya, lama penyinaran, besarnya pantulan dan lain - lain.
Secara tidak langsung mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata, sehingga
mempengaruhi difusi CO2 untuk fotosintesis.
2. Temperatur, temperature optimum ± 35o dan pada tumbuhan C - 4 lebih tinggi sehingga
cocok untuk daerah tropika.
3. Air, walaupun air merupakan bahan
dasar untuk fotosintesis tetapi pengaruhnya tidak langsung yaitu membuka dan
menutupnya stomata.
4. Oksigen, oksigen merupakan hasil
tambahan fotosintesis dan jika berada dalam jumlah besar akan menghambat
fotosintesis terutama lewat fotorespirasi.
5. Zat hara mineral, berbagai unsur
hara diperlukan untuk sintesis klorofil, koenzim dan berbagai enzim yang
diperlukan untuk fotosintesis.
6. Karbondioksida, merupakan bahan
dasar fotosintesis, tetapi jika diberikan dalam jumlah besar akan menyebabkan
kecepatan fotosintesis berkurang karena kadar CO2 yang tinggi akan
menurunkan kecepatan fotosintesis berkurang karena kadar CO2 tinggi
akan menurunkan pH cairan sel, stomata akan menutup.
Bahan Soal :
- Apa yang saudara ketahui tentang :
- klorofil
- fotofosforilasi non siklik
- fotofosforilasi siklik
- Sebutkan perbedaan antara fotosintesis dan kemosintesis ?
- Jelaskan mengapa dengan kenaikkan intensitas cahaya tidak selalu menaikkan kecepatan fotosintesis
Jawab :
1.a. Klorofil adalah pigmen hijau
daun yang berfungsi sebagai penyerap cahaya
b. Fotofosforilase non siklik
yaitu pada fotosistem II akan dihasilkan ATP dan NADPH sedangkan pada
fotosistem I hanya dihasilkan ATP saja
yang mana energi yang dihasilkan akan lebih besar pada fotosistem II tetapi
kedua fotosistem ini harus bekerjasama untuk dapat menghasilkan energi yang
besar.
c. Fotofosforilase siklik atau
fotosistem I hanya akan dihasilkan ATP saja, yang mana energi ini tidak dapat
mengikat CO2, sehingga energi akan dibalikkan ke Quinon,
Plastoquinon, Citokrom f dan kembali lagi ke P700.
2. Fotosintesis, yaitu proses pembentukan bahan organik dari bahan
anorganik yang berupa CO2 dan H2O dengan menggunakan
sinar matahari.
Kemosintesis, yaitu proses
pembentukan bahan organic dari bahan anorganik dengan menggunakan reaksi kimia
sebagai sumber energinya bukan dari sinar matahari.
3. Karena pada suatu saat fotosintensis tidak menggunakan sinar matahari
sebagai sumber energinya yaitu pada reaksi gelap yang mana pada saat ini sinar
matahari tetap ada tetapi tidak digunakan untuk proses fotosintesis. Selain itu
dengan kenaikkan intensitas matahari kemungkinan akan merusak klorofil karena
klorofil adalah berupa protein / enzim yang mudah rusak dengan temperatur yang
tinggi.
RESPIRASI SEL DAN FERMENTASI
Pada
proses fotosintesis, energi cahaya akan diubah
menjadi energi kimia dan disimpan dalam ikatan-ikatan molekul organik kompleks,
seperti pati dan glukose. Pelemahan atau pemutusan ikatan karbon dari senyawa
tersebut akan melepaskan sejumlah energi yang digunakan oleh tumbuhan. Jumlah
total energi yang terkandung dalam senyawa tidak dibebaskan sekaligus tetapi
dalam serangkaian reaksi yang bertahap yang dikendalikan oleh enzim.
Serangkaian reaksi dalam sel yang mengarah ke pembentukan atau penguraian
senyawa organik dikenal dengan jalur
metabolisme.
Respirasi adalah reaksi oksidasi
senyawa organik untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk aktivitas sel
dan kehidupan tumbuhan dalam bentuk ATP atau senyawa ber energi tinggi lainnya.
Oksidasi adalah proses pengambilan
elektron dari suatu senyawa, yang didalam sel biasanya diikuti dengan
pengambilan hidrogen. Sebaliknya reduksi
suatu senyawa adalah proses penambahan elektron kepada suatu senyawa yang
didalam sel diikuti dengan penambahan hidrogen.
Didalam sel hidup berlangsung baik reaksi penghasil
energi maupun pengguna energi. Energi yang tersimpan (potensial) dari suatu
senyawa (misalnya glukosa (dibebaskan dan digunakan menurut cara yang sangat
efisien, untuk menggerakkan siontesis senyawa-senyawa lain seperti protein).
Energi tersebut dapat tersimpan dalam senyawa yang baru disintesis yang
selanjutnya tersedia bagi reaksi-reaksi lain.
Pada berbagai keadaan, di dalam sel reaksi penghasil
energi berlangsung tanpa adanya reaksi pengguna energi. Energi yang dibebaskan
dalam keadaan seperti itu akan hilang sebagai panas / kalor. Tetapi sel
mempunyai cara untuk menyimpan energi yang sementara itu dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Phosphat). Energi yang dibebaskan pada oksidasi suatu
senyawa seperti karbohidrat, lipida, protein dan lain-lain segera digunakan
dalam sintesis ATP dari ADP (Adenosin Di Phosphat). Dan iP (fosfat anorganik).
Energi kimia yang dipindahkan / disimpan ke ATP dapat digunakan untuk
menggerakkan reaksi sintesis dan didalam proses tersebut dilepaskan ADP dan iP.
Ikatan yang menghubungkan gugus fosfat terakhir ke ATP disebut ikatan berenergi tinggi. Jadi ATP sebagai senyawa perantara mampu
menerima energi dari suatu reaksi dan memindahkan energi itu untuk menggerakkan reaksi lain. Hal ini sangat menguntungkan sistem hidup,
karena ATP dapat dibentuk pada oksidasi sejumlah senyawa dan dapat digunakan
untuk menggerakkan sintesis sejumlah senyawa. Di dalam mesin buatan manusia,
bahan bakar yang dibakar melepaskan sejumlah energi yang akan hilang dalam bentuk
panas / kalor; sedangkan pada proses oksidasi bahan-bahan dalam sel, hilangnya
energi relatif kecil. Hal ini disebabkan karena sistem pemindahan energi dengan
perantara ATP sangatlah efisien. Energi yang terdapat di dalam senyawa biologi
dapat dipindahkan berulang-ulang. Jadi dalam suatu sistem yang dinamis seperti
sel hidup, energi tersimpan dalam glukosa pada suatu waktu terdapat dalam
bentuk ATP dan pada waktu yang lain terdapat di dalam ikatan-ikatan suatu
molekul protein.
Adapun proses utama dari respirasi adalah mobilisasi
senyawa organik dan oksidasi senyawa tersebut secara terkendali untuk
membebaskan energi bagi pemeliharaan dan perkembangan tumbuhan. Adapun reaksi keseluruhan dari oksidasi satu
molekul heksose adalah sebagai berikut :
C6H12O6 + 6 O2 →
6 CO2 +
6 H2O + energi
Proses respirasi selain dapat
menghasilkan ATP dan senyawa berenergi tinggi lain juga menghasilkan senyawa
antara yang berguna sebagai bahan sintesis berbagai senyawa lain. Hasil akhir
dari respirasi adalah CO2 yang berperan pada keseimbangan karbon
di alam. Proses respirasi dapat
berlangsung siang malam karena cahaya bukan sebagai syarat.
Berdasarkan kebutuhan terhadap O2, respirasi terbagi dua
bagian yaitu :
- Respirasi anaerob : tidak memerlukan O2 tetapi penguraian bahan organiknya tidak lengkap. Respirasi semacam ini jarang terjadi, hanya dalam keadaan khusus. Substrat respirasi adalah glukose dan reaksinya yaitu :
C6H12O6
----------------- 2 C2H5OH + 2 CO2 + ATP
- Respirasi aerob, memerlukan O2 dan penguraian lengkap sampai dihasilkan CO2 dan H2O, reaksinya yaitu :
C6H12O6 ----------------- 6 H2O + 6 CO2
+ ATP
Perbedaan antara respirasi aerob dan respirasi anaerob :
Aerob : Anaerob :
- umum terjadi -
hanya dalam keadaan khusus
- berlangsung seumur hidup -
sementara, hanya fase tertentu
- energi yang dihasilkan besar -
energinya kecil
- tidak merugikan tumbuhan -
menghasilkan senyawa yang bersifat
meracun
- memerlukan oksigen - tanpa oksigen
- hasil akhir berupa CO2 & H2O - berupa alkohol & CO2
Reaksi
respirasi (disebut juga oksidasi biologis) suatu karbohidrat, misalnya glukosa
berlangsung dalam empat tahap, yaitu :
1. Glikolisis
Reaksi
ini disebut juga jalur EMBDEN – MYERHOF – PARNAS. Reaksi ini merupakan
rangkaian reaksi perubahan satu molekul glukose menjadi dua molekul asam piruvat. Jalur ini merupakan
dasar dari respirasi anaerobik atau fermentasi (Lihat gambar ).
2. Dekarboksilasi Oksidatif Asam Piruvat
Asam piruvat yaitu suatu senyawa 3C
diubah menjadi senyawa 2C (asetil – CoA) dengan melepaskan CO2..
3. Daur Asam Sitrat
Senyawa
2 C yang dihasilkan tahap (2) diuraikan menjadi CO2. Daur ini
dinamakan Daur Asam Sitrat karena senyawa C6 yang pertama kali dibentuk dalam daur ini adalah
asam sitrat,. Daur ini juga dikenal dengan Daur Krebs, menurut Sir Hana Krebs
bersama teman-temannya menguraikan jalur ini. Nama lain dari daur ini adalah Daur Asam Trikarboksilat, karena dalam
daur ini ikut serta asam-asam dengan tiga gugus karboksil.
4. Oksidasi Terminal Dalam Rantai Respirasi
Hidrogen yang dihasilkan oleh
substrat pada tahap (1) sampai (3) akhirnya bersatu dengan oksigen membentuk
air. Agar hal tersebut tetap berlangsung, terjadi suatu angkutan hidrogen
sepanjang suatu rantai sistem redoks, yaitu melalui sistem angkutan
/ transport elektron. Energi yang dibebaskan dalam sistem elektron ini
digunakan untuk pembentukkan ATP. Selain jalur Glikolisis yaitu penguraian
glukosa ada proses penguraian lain yang
dinamakan jalur PPP (Penthose Phosphat Pathway).
Glikolisis menyangkut
tiga tahap, yaitu :
- Fosforilasi glukose dan konversinya menjadi fruktose 1,6 difosfat, disini diperlukan 2 ATP
- Pemecahan fruktose 1,6 difosfat menjadi 2 molekul C - 3 menjadi gliseraldehid 3 fosfat dan dihidroksi aseton fosfat
- pemecahan 2 molekul C - 3 menjadi asam piruvat (C – 2) dan terbentuknya 4 ATP. Hasil bersih glikolisis untuk tiap 1 molekul glukose adalah 2 ATP. Asam piruvat yang terjadi dari proses ini mengalami beberapa proses yang sangat penting dan salah satunya yaitu mengalami dekarboksilase menghasilkan asetil CoA. Hasil asetil CoA ini akan bereaksi dengan asam oksaloasetat dan masuk dalam siklus Krebs
2.
DAUR KREBS
Daur
ini juga disebut dengan Daur Asam
Trikarboksilat yaitu pengubahan
asetil CoA menjadi CO2, H2O
dan energi. Urutan reaksinya adalah sebagai berikut :
Transport elektron dan fosforilasi
oksidatif di dalam Daur Krebs
Proses glikolisis maupun daur
Krebs menghasilkan energi yang tersimpan dalam bentuk NADH ataupun FADH. Untuk
mnghasilkan ATP diperlukan sistem transport elektron. Transport ini berlangsung
di membran mitokondria sebelah dalam. Bagan tranport elektron berikut dapat
diamati :
Dari bagan ini terlihat bahwa 1 molekul NADH dapat menghasilkan 3 ATP dan
1 molekul FADH menghasilkan 2 ATP lewat transport elektron. Bila dijumlahkan,
energi yang dihasilkan 1 molekul glukose dalam respirasi adalah :
Tahap
|
NADH
|
FADH
|
ATP
|
Jumlah ATP
|
1. Glikolisis
|
2
|
0
|
2
|
8
|
2. Asam
piruvat – As Co A
|
2
|
0
|
0
|
6
|
3. Daur Krebs
|
6
|
2
|
2
|
24
|
Total
|
38
|
Mekanisme Fosforilasi Oksidatif
Proses
terbentuknya ATP akibat transport elektron dalam membran mitokondria dapat
diterangkan dengan teori chemiosmotik, hipotesis kimia dan hipotesis
konformasional.
3. Jalur Pentose Fosfat atau Hexose Monophosphate Shunt
Perubahan glukose menjadi asam
piruvat dapat pula terjadi lewat jalur lain, seperti gambar berikut :
Kosien respirasi = RQ
Adalah
perbandingan antara produksi CO2 dengan O2 yang diperlukan dinamakan
kosien respirasi. Besarnya kosien respirasi tergantung pada substrat, misalnya
:
-
glukose, RQ nya 1
-
lemak misalnya tripalmitat, RQ nya 0,7
-
protein, RQnya 0,79
-
asam tartrat, RQ nya 1,6
-
asam oksalat, RQ nya 1,6
Faktor - faktor yang mempengaruhi
respirasi
a. Substrat
Respirasi
sangat tergantung pada tersedianya substrat, dan tumbuhan dengan persediaan
pati, fruktan dan gula yang rendah, laju respirasi juga rendah. Tumbuhan yang
kekurangan gula jika diberi gula sering dengan nyata menunjukkan kenaikan laju
respirasi. Daun yang terlindung dan terdapat pada bagian bawah, umumnya
respirasi juga rendah daripada daun bagian atas yang terpapar cahaya matahari.
b. Temperatur
Karena respirasi merupakan
deretan reaksi kimia, sehingga sangat peka terhadap suhu. Pada suhu 0oC
kecepatan reaksi sangat rendah. Kenaikkan temperatur sampai 350C –
400C akan mencapai maksimum, kemudian turun lagi pada temperatur
yang lebih tinggi. Perlakuan temperatur ini berkaitan dengan lamanya perlakuan,
artinya pada suhu 25oC – 30oC mula-mula kecepatan reaksi
naik tetapi kalau berlangsung lama akan menurun. Umumnya semakin tinggi
temperatur, penurunan kecepatan reaksi semakin cepat.
c. Oksigen (O2)
Karena oksigen berfungsi
sebagai terminal penerima elektron pada daur Krebs, maka apabila konsentrasinya
rendah maka respirasi aerob dan anaerob dapat berlangsung bersamaan. Jika kadar
oksigen dinaikkan maka respirasi aerob akan
berjalan lebih cepat dan respirasi anaerob terhambat. Peristiwa ini
disebut Efek Pasteur.
d. Karbondioksida (CO2)
Kadar CO2 yang
tinggi akan menghambat respirasi, selain langsung berpengaruh terhadap
reaksinya, kemungkinan lain yang tidak langsung misalnya pada daun dengan kadar
CO2 tinggi akan menyebabkan stomata tertutup, sehingga difusi CO2
keluar terhambat dan kadar CO2
dalam jaringan naik.
e. Umur dan tipe jaringan
Respirasi
jaringan muda lebih kuat daripada jaringan tua, jaringan yang berkembang
melakukan respirasi lebih tinggi dari jaringan yang matang. Ini merupakan
kenyataan bahwa respirasi adalah proses yang melepaskan energi untuk semua
aktivitas lain sel.
Substrat respirasi berubah
jika jaringan matang, dan proses keseluruhan serta efisiensi respirasi berubah
sesuai dengan perkembangan jaringan. Misal, laju respirasi kecambah meningkat
cepat selama perkecambahan berlangsung kemudian menurun setelah jaringan
matang.
Perubahan respirasi juga
terjadi pada perkembangan buah. Pada semua buah, pada waktu masih muda laju
respirasi tinggi, saat sel cepat membelah dan tumbuh. Kemudian berangsur-angsur
menurun, juga apabila buah tersebut dipetik. Tetapi dalam beberapa spesies,
misalnya apel menurunnya secara perlahan-lahan laju repirasi diikuti dengan
meningkatnya respirasi yang disebut klimakterik.
Klimakterik biasanya bertepatan dengan masaknya dan timbulnya “flavor”. Penyimpanan
lebih lanjut mengarah ke senecens /
penuaan dan menurunnya respirasi.
f. Luka
Terjadinya luka di suatu
bagian menyebabkan respirasi di tempat tersebut juga naik. Umumnya pelukaan
menyebabkan terbentuknya meristem luka yang menghasilkan kalus. Mungkin
kenaikan respirasi pada luka disebabkan oleh bertambahnya substrat atau lebih
besarnya difusi O2 yang masuk jaringan luka.
No comments