Heroin--Sifat dan Dampaknya
·
Pertama kali
ditemukan oleh ahli kimia Inggris pada 1974, heroin atau diasetilmorfin adalah
ikatan unsur aktif opium, yaitu morfin (yang diambil dari bunga opium), dengan
asam industri umum, anhidra asetat. Pada akhir abad ke-19, heroin dibuat secara
besar-besaran sebagai penawar rasa sakit berspektrum luas. Heroin dahulu
dianggap sebagai pengganti morfin yang "aman dan tidak adiktif".
·
Menyebabkan
kecanduan fisik yang tinggi dan ketergantungan psikologis jangka panjang.
·
Dipakai dengan
cara disuntikkan, diendus atau dihisap.
·
Tergantung pada
ketersediaan dan keuangan pengguna, narkoba ini biasanya disuntikkan
kurang-lebih tiga kali sehari (setiap delapan jam).
·
Efeknya bertahan
tiga hingga enam jam.
·
Perilaku yang
umum setelah memakai heroin, antara lain rasa euforia dan kantuk yang sangat
segera setelah disuntikkan, lesu, wajah yang memelas dan mungkin juga berjalan
dengan kaki diseret.
·
Gejala putus zat
akut dimulai dalam 8-12 jam setelah dosis terakhir.
·
Gejala putus zat
umumnya tidak berbahaya tetapi dapat sangat menyakitkan. Gejala bisa termasuk
ketidaknyamanan pada perut, kram otot, dan gejala seperti flu. Gejala putus zat
dapat begitu parah sehingga waktu pengguna memperoleh heroin, mereka akan menyuntikkannya
secepat mungkin, kadang kala tanpa memperhatikan risiko terinfeksi HIV, serta
hepatitis B dan C.
·
Masalah kesehatan yang terkait dengan penggunaan heroin
suntikan jangka panjang bisa termasuk pembuluh darah yang mengempis, abses,
tetanus, HIV/AIDS, hepatitis B dan C, penyakit jantung, dada dan paru, serta
sembelit. Overdosis dapat terjadi dengan
atau tanpa penggunaan jangka panjang.
No comments