Breaking News

ALTERNATIF BARU DETERJEN RAMAH LINGKUNGAN DARI PYLORIC CAECA IKAN AIR TAWAR TROPIS

Analisis

Deterjen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa detergen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan dan bersifat karsinogen, misalnya 3,4 Benzonpyrene, selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan detergen dalam air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Deterjen kationik memiliki sifat racun jika tertelan dalam tubuh, bila dibanding deterjen jenis lain (anionik ataupun non-ionik) (Arifin 2008).
Deterjen merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Deterjen yang membedakan adalah komposisi dan bahan tambahan (aditif). Semakin berkurangnya tingkat minyak bumi yang berada alam diperlukan bahan alternatif khusus yang nantinya dapat menggantikan bahan-bahan yang berasal dari minyak bumi. Hal ini didukung juga dengan kecenderungan dan keinginan industri-industri untuk kembali ke alam  (Jia et al. 2005), telah ikut pula mengarahkan deterjen untuk memanfaatkan berbagai sumber alam yang dapat memberikan nilai tambah yang besar, sehingga sangat diperlukan sebuah terobosan baru untuk menghasilkan bahan aktif dan aditif deterjen yang berkualitas.
Pada industri deterjen dewasa ini sumber utama yang digunakan sebagai enzim adalah enzim alkali protease. Enzim alkali protease ini paling banyak diproduksi dari jenis bakteri, jamur, atau serangga. Namun pada pemproduksian enzim ini dari ketiga sumber tersebut, ditemukan beberapa kendala untuk memperoleh ekstrak enzimnya. Salah satu contohnya adalah pada bakteri diperlukan teknologi yang cukup tinggi untuk mengambil ekstrak enzimnya dan memisahkannya dengan mikroorganisme dalam bakteri. Alkali protease ini digunakan aditif pada deterjen karena kemapuannya yang bersifat biodegradable dan dapat meningkatkan kerja dari deterjen secara umum (Gupta et al. 2002, Kumar dan Takagi 1999).
Di Indonesia dari kekayaan ikan di kawasan Indonesia yang berlimpah dari da       ta yang dapat dikumpulkan, setiap musim terdapat antara 25 - 30%  limbah perikanan yang berupa jeroan ikan yang tidak termanfaatkan atau yang terbuang menjadi limbah (Ditjen Perikanan Budidaya 2007). Salah satu limbah buangan jeroan perikanan atau yang belum termanfaatkan secara optimal yaitu pyloric caeca. Masyarakat Indonesia belum banyak mengenal pyloric caeca, karena merupakan bagian dari usus yang terbuang dari ikan. Masyarakat mengenalnya sebagai sekum pylorus dan potensi yang terdapat dalam pyloric caeca pun belum banyak termanfaatkan.

Sintesis

Bagian–bagian dalam isi perut tubuh ikan telah banyak dikenal sebagai sumber potensial enzim-enzim yang berbeda, terutamanya adalah enzim protease (Klomklao et al. 2006). Enzim protease merupakan salah satu enzim yang terpenting di dalam industri deterjen, enzim ini merupakan jenis enzim yang paling banyak diperdagangkan yaitu sekitar 60% dari semua jenis enzim yang diperdagangkan (Gupta et al. 2002). Pada industri deterjen dewasa ini sumber utama yang digunakan sebagai enzim adalah enzim alkali protease.
Isolasi enzim ekstraselular tidak diperlukan lagi proses pemecahan dinding sel sehingga ekstraksi dan isolasinya relatif lebih mudah, contohnya adalah pada sel-sel lambung hewan (Suhartono 1991) hal ini tidak jauh beda dengan karakteristik  bagian pyloric caeca ikan. Sedangkan untuk enzim intraselular pada umumnya bersifat lebih rapuh dari enzim ekstraseluler sehingga penangannya harus lebih berhati-hati (Suhartono 1991) seperti enzim yang selama ini diproduksi dari jenis bakteri. 
Salah satu limbah buangan jeroan ikan adalah berupa pyloric caecaPyloric caeca merupakan bagian dari organ pencernaan ikan, yang merupakan modifikasi dari usus ikan.  Pyloric caeca bersambungan langsung dengan usus, hal ini dikarenakan fungsinya sebagai organ pencernaan dan bentuknya agak membesar daripada usus karena merupakan organ modifikasi dari usus dari beberapa jenis ikan. Tidak semua ikan memiliki pyloric caeca, hanya spesies-spesies ikan tertentu yang mempunyainya (Veillette 2007). 
Ikan yang memiliki pyloric caeca biasanya ikan yang memiliki pencernaan yang berbeda dengan ikan secara umum. Pyloric caeca sendiri berfungsi sebagai organ tambahan dalam proses pencernaan, sehingga proses pencernaan dapat berlangsung dengan cepat dan maximal (Souza et al. 2005). Selain itu pyloric caeca diketahui bahwa merupakan tempat utama dalam pengabsorbsi nutrien, dan juga sebagai alat pembantu dalam sistem osmoregulasi tubuh ikan pada beberapa jenis ikan (Veillette 2007). Bentuk umum pyloric caeca dari ikan yang memiliki pyloric caeaca dapat dilihat pada Gambar 

Menurut Souza et al. (2007) terdapat sumber  alkali protease dari pyloric caeca ikan perairan tropis dapat memberi kestabilan suhu yang baik dan mempunyai aktivitas yang tinggi pada selang nilai pH yang  jauh. Hal ini sesuai dengan spesifikasi untuk kerja dari deterjen, karena enzim bagi deterjen harus tahan terhadap sifat-sifat komponen deterjen, terutama senyawa pemutih, aktif pada pH tinggi dan suhu yang beragam. Spesifikasinya diharapkan beragam dan tahan disimpan pada suhu ruang. Jadi, enzim bagi keperluan deterjen harus jenis yang menunjukkan suhu optimum pada suhu relatif tinggi (50-60oC) (Suhartono 1991).
Enzim alkali protease spesifik terhadap residu asam amino aromatik atau hidrofobik penilalanin atau leusin pada sisi karboksil dari titik pemutusan (Suhartono 2000). Hal inilah diharapkan aditif dari deterjen ini dapat meningkatkan efektivitas daya pembersih deterjen yaitu dengan cara mendegradasi kotoran yang berupa protein dan turunannya dari pakaian sebelum kotoran dilepaskan oleh surfaktan. Dengan demikian akan memudahkan kerja dari surfaktan dalam melepaskan kotoran yang menempel di pakaian
Penggunaan bahan yang berupa hasil ekstraksi enzim akan mudah mengalami biodegradable (Suhartono 2000) sehingga akan ramah lingkungan. Disamping itu, kemampuan enzim alkali protease dalam meningkatkan efektivitas daya pembersih deterjen akan mengurangi juga bahan kimia yang biasanya digunakan pada deterjen seperti Na2CO3, sehingga penggunaan enzim ini diharapkan dapat membuat produk deterjen yang lebih ramah terhadap lingkungan.

No comments