Deterjen
Deterjen adalah surfaktan anionik dengan
gugus alkil (umumnya C9 – C15) atau
garam dari sulfonat atau sulfat berantai panjang dari natrium (RSO3- Na+ dan ROSO3- Na+) yang berasal dari derivat minyak
nabati atau minyak bumi (fraksi parafin dan olefin) (Arifin 2008).
Perbedaan suatu deterjen adalah dilihat
dari komposisi dan bahan tambahannya
(aditif).
Deterjen dalam kerjanya memiliki kemampuan yang
unik untuk mengangkat kotoran, baik yang larut dalam air maupun yang tidak
larut dalam air. Hal ini disebabkan bahwa deterjen, khususnya molekul surfaktan
(surface active agent) berfungsi menurunkan tegangan permukaan air
sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Salah
satu ujung dari molekul surfaktannya lebih suka minyak, akibatnya bagian ini menetrasi
kotoran yang berminyak. Ujung molekul surfaktan satunya lebih suka air, bagian
inilah yang berperan mengendorkan kotoran dari kain dan mendispersikan kotoran
sehingga tidak kembali menempel pada kain (Setiawan 2008).
Gambaran mekanisme pembersih
deterjen terhadap substan yang bersifat lipofilik diperlihatkan dalam Gambar 2.
Umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut
(Hidayati 2007) :
1.
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang
mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka
lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga
dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Surfaktan ini baik
berupa anionic (Alkyl Benzene Sulfonate/ABS, Linier Alkyl Benzene
Sulfonate/LAS, Alpha Olein Sulfonate/AOS), Kationik (Garam Ammonium), Non ionic
(Nonyl phenol polyethoxyle), Amphoterik (Acyl Ethylenediamines).
2.
Builder (Permbentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari
surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Baik
berupa Phosphate, Asetat (NTA, EDTA), Silikat (Zeolit), dan Sitrat (asam
sitrat).
3.
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai
kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat
memadatkan dan memantapkan, contoh : Sodium sulfate.
4.
Aditif adalah bahan tambahan agar produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan
sebagainya yang tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Aditif
ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi. Contoh : Enzyme, Borax, Sodium
chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dipakai agar kotoran yang telah
dibawa oleh detergent ke dalam larutan tidak kembali ke bahan cucian pada waktu
mencuci (anti Redeposisi).
No comments