Asal-usul Keanekaragaman (Variabilitas)
Meskipun
keanekaragaman (variabilitas) pada awal dikemukakan, prosesnya belum diketahui,
namun keanekaragaman merupakan faktor utama dari evolusi. Hal ini dikemukakan
oleh Lamarck, Darwin ,
maupun para pakar lain sesudah mereka. Tanpa ada keanekaragaman, evolusi tidak
akan terjadi. Di alam ada dua faktor yang bekerja secara harmonis, yaitu: (a)
faktor penyebab keanekaragaman, dan (b) faktor yang bekerja untuk
mempertahankan keutuhan suatu jenis. Apabila dilihat secara tersedniri, maka
kedua faktor tersebut seakan bertentangan. Namun pada hakekatnya kedua faktor
tersebut bekerja dengan sangat harmonis.
Untuk
melihat bagaimana timbulnya keanekaragaman, kita harus mulai dari melihat
struktur yang paling kecil dari makluk hidup, tetapi sangat penting. Struktur
tersebut adalah DNA. DNA terdiri dari empat macam basa nitrogen yaitu: Adenin (A), Citosin (C), Guanin (G),
dan Timin (T), serta RNA mempunyai Urasil (U) pengganti Timin pada DNA. Keempat macam jenis basa
nitrogen berfungsi menyusun atau membentuk 20 asam amino esensial. Kini
diketahui bahwa kombinasi tiga dari keempat basa nitrogen tersebut akan
membentuk satu asam amino. Kombinasi ini dikenal dengan nama triplet kodon Secara umum, tiap satu asam amino dikode oleh
sekitar tiga macam kombinasi. Ada
asam amino yang dikode oleh satu kombinasi, sedangkan ada asam amino yang
dikode oleh enam macam kombinasi. Dengan demikian maka suatu asam amino dapat
dihasilkan lebih banyak banyak, bukan saja karena kode tersebut terdapat
berulang-ulang, tetapi karena ada lebih banyak kemungkinan. Yang menjadi
masalah sekarang ialah darimana terjadinya keanekaragaman. Adanya satu kode
genetik atau lebih mengkode asam amino belum dapat menerangkan dengan jelas
terjadinya keanekaragaman.
Sejak
masa lampau, orang sudah mempertanyakan mengapa umur suatu organisme sejenis
tidak sama. Hal ini jelas terlihat apabila kita memelihara suatu
tumbuh-tumbuhan atau hewan. Keluarga-keluarga pada zaman dahulu umumnya mempunyai anak lebih dari dua. Hewan
pada umumnya juga mempunyai anak lebih dari dua. Misalnya, pada katak dapat
kita lihat bahwa jumlah telur yang dihasilkan berjumlah berratus-ratus butir.
Apabila semuanya hidup dan mampu berkembang biak, mungkin saat ini seluruh
permukaan bumi dipenuhi oleh katak, demikian juga bagi organisme lain. Namun
kenyataan menunjukkan bahwa hal ini tidak mungkin terjadi. Hanya individu yang
sehat dan kuat, atau yang sempurna dalam semua aspek kehidupannyalah yang dapat
bertahan. Dalam kaitan ini, alam mengadakan seleksi terhadap setiap struktur
morfologi, anatomis, maupun fisisologi setiap organsime.
Misalnya,
ikan dalam suatu akuarium yang selalu diberi makanan secukupnya, semua kondisi
hidup dicukupkan. Apabila semua individu ikan kita seleksi sehingga dapat
dikatagorikan sebagai sama dan hampir sempurna sekalipun, ternyata jumlahnya
hanya bertambah pada suatu periode. Selanjutnya populasinya hanya berkisar pada
jumlah tertentu saja. Padahal semua pasangan yang hidup dalam akuarium tersebut
sehat dan sangat berpotensi untuk berkembang biak. Ada suatu hal yang menyebabkan ikan-ikan
tersebut tidak berkembang biak, yaitu ruang yang tidak cukup. Ikan-ikan
tersebut seakan tahu, bahwa apabila mereka terus berkembang biak, maka mereka
tidak dapat bergerak bebas. Hal ini yang disebut dengan daya dukung dari
akuarium tersebut tidak cukup. Jadi selain struktur biologis yang hampir
sempurna, makanan yang cukup, ternyata daya dukung suatu tempat ikut menentukan
sukses tidaknya suatu jenis organisme dapat bertahan di muka bumi.
Setiap
organisme di dunia mempunyai kisaran toleransi tertentu. Misalnya manusia muda
(bayi) mempunyai kisaran toleransi suhu tubuh dari 35 – 420C.
Manusia dewasa biasanya batas toleransi suhu antara 36 – 410C. Di
luar kisaran toleransi tersebut manusia tidak dapat bertahan, dan memerlukan
usaha lain untuk mempertahankan dirinya. Kisaran toleransi suatu organsime
tidak hanya menyangkut suhu saja tetapi berkaitan pula terhadap aspek-aspek
biologis yang lain.
Semua
atau hampir semua aspek-aspek toleransi dan variasi yang terdapat pada suatu
organsime terkait dengan mekanisme kerja gen-gen tertentu pada organisme
tersebut. Variasi organsime yang terjadi akibat kerja gen-gen tertentu banyak sekali macamnya, misalnya:
(1)
Wajah manusia
tidak ada yang sama. Sebenarnya hal ini berlaku pula pada tumbuh-tumbuhan dan
hewan, namun mata kita tidak mampu atau tidak dibiasakan untuk dapat
membedakannya.
(2)
Adanya variasi
warna tubuh yang terdapat pada ikan, kucing, anjing, sapi dan
organisme-organsime lainnya.
(3)
Adanya golongan
darah yang bermacam-macam.
(4)
Adanya
bermacam-macam mutan.
(5)
Adanya ekotipe.
Jadi
variasi itu memang ada. Adanya variasi hanya dapat diterangkan secara adaptasi dan secara genetik. Variasi adaptasi, dapat kita
lihat pada olahragawan yang otot-ototnya lebih terlatih sehingga berukuran
lebih besar dari kebanyakan orang. Namun variasi adaptasi tidak dapat
diturunkan secara langsung kepada keturunannya. Variasi genetiklah merupakan satu-satunya kemungkinan yang dapat menerangkan proses evolusi. Secara
genetik variasi dapat timbul akibat mutasi. Namun mengapa kita jarang sekali
melihat adanya mutasi? Apakah mutasi terjadi sepanjang masa?
Mutasi
adalah suatu peristiwa yang umum terjadi. Diperkirakan selalu ada satu mutasi
per 10.000 – 1.000.000. organisme, atau rata-rata sekitar 1/100.000 sel.
Sedangkan jumlah gen suatu organisme dapat mencapai 10.000. Dari angka ini
dapat disimpulkan bahwa kemungkinan terjadinya mutasi sangat banyak.
Berikut
ini dikemukakan beberapa akibat kejadian mutasi yakni:
(1) Mutasi mengubah
struktur DNA, tetapi tidak mengubah produk yang dihasilkan. Seperti yang sudah dikatahui, DNA merupakan sumber
informasi genetik. DNA akan ditranslasikan menjadi asam amino, selanjutnya asam
amino membentuk protein. Ada
asam amino yang dikode oleh satu kode genetik (kodon), tetapi ada juga
yang dikode oleh lebih dari satu
(misalnya enam) kode genetik. Apabila mutasi terjadi pada satu tempat pada DNA,
tetapi tidak mengubah produk asam amino yang dihasilkan atau dalam hal ini asam
amino yang dihasilkan tetap sama, maka mutasi tersebut tidak berakibat apa-apa
(lihat penjelasan Mutasi titik Bab II).
(2) Mutasi mengubah
struktur DNA, dan mengubah komposisi produk, tetapi tidak mengubah fungsi
produk yang dihasilkan. Dalam hal ini
terjadi perubahan produk, sehingga misalnya asam amino yang dihasilkan adalah Lisin. Padahal kode genetik sebelum
mutasi terjadi adalah asam amino Treonin.
Akibatnya terjadi perubahan dalam rantai protein yang dihasilkan. Walaupun
demikian, protein itu tidak mengalami perubahan fungsi.
(3) Mutasi mengubah
fungsi produk yang dihasilkan, tetapi tidak berakibat apa-apa. Mutasi dapat berakibat lebih besar, sehingga
fungsi suatu protein berubah. Misalnya kita mengenal golongan darah ada
beberapa macam. Golongan darah yang lebih langka diduga sebagai hasil mutasi
dari golongan darah yang paling umum. Semuanya berfungsi normal, namun kalau
dilakukan transfusi darah dengan
golongan darah yang lain, baru
akibatnya dapat dilihat.
(4) Mutasi
mengakibatkan terjadi perubahan fungsi
yang besar, namun kejadiannya pada sel somatik, jadi tidak diturunkan. Mutasi sel somatik jarang kita lihat. Sebagai
contoh, tahi lalat dapat dianggap sebagai suatu mutasi somatik yang diturunkan.
(5) Mutasi bersifat
fatal, sehingga organisme tersebut mati, jadi tidak terlihat. Mutasi yang bersifat fatal ini dikenal dengan gen
lethal. Banyak gen lethal yang diketahui misalnya hemofilia.
(6) Mutasi yang
menguntungkan. Contoh mutasi menguntungkan sangat banyak.
Mutasi yang menguntungkan dapat dilihat dari banyak segi. Bagi manusia mutasi
mungkin menguntungkan tetapi bagi organisme lain mungkin merugikan. Misalnya,
mutan ayam broiler, sapi pedaging, menguntungkan bagi manusia tetapi bagi hewan
tersebut tidak demikian, karena hewan-hewan tesebut menjadi lemah, dan lamban
sehingga lebih mudah dimangsa predatornya.
Dari
ke-enam kemungkinan di atas kasus ke-lima yang berakibat fatal, sebenarnya paling umum terjadi. Sedangkan kasus terakhir
merupakan mutasi yang sering terlihat, sehingga kita menganggap mutasi yang
terjadi sedikit sekali.
Sistem
biologis dan atau sistem genetik adalah suatu sistem yang dianggap sempurna.
Sistem ini tidak akan menjadi suatu sistem yang baik, jika sistem tersebut
tidak bersifat baka (tetap). Kalau suatu sistem mudah berubah, itu bukan lagi
suatu sistem. Namun demikian evolusi tidak terjadi jika sistem biologis
tersebut terlalu kaku sifatnya. Organisme yang tidak dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan akan mudah musnah (punah) oleh suatu perubahan
lingkungan/alam, baik yang terjadi tiba-tiba maupun yang berlangsung lambat.
Jadi pada setiap sistem selalu ada kisaran toleransi yang terlihat dalam bentuk
yang bervariasi. Dalam sistem biologis terdapat dua macam faktor yang bekerja
secara harmonis, yaitu faktor-faktor yang bersifat konservasi (mengawetkan atau
mempertahankan keberadaan suatu organisme), dan faktor-faktor tersebut juga
mempunyai aspek-aspek yang memungkinkan terjadinya perubahan. Faktor-faktor
tersebut adalah materi genetik.
Bagaimana
perubahan atau mutasi terjadi? Ada
beberapa hal yang memungkinkan terjadinya mutasi. Pada dasarnya kesalahan atau
mutasi terjadi dalam urutan basa nitrogen pada asam nukleat. Perubahan atau
mutasi tersebut terjadi akibat beberapa faktor antara lain:
(1) Tautomer. Suatu unsur yang diketahui mempunyai beberapa buah
isotop. Pada molekul suatu senyawa, kita mengetahui adanya isomer. Demikian
pula halnya dengan makromolekul biologis yang kita kenal dengan asam nukleat.
Asam nukleat juga mempunyai suatu sterio-isomer,
yaitu mempunyai dua macam molekul dengan bangun yang serupa tetapi seperti
bayangan cermin dan sifat kimianya sedikit berlainan dengan bentuk pasangannya.
Pada umumnya Adenin akan berpasangan
dengan Timin atau Urasil (pada RNA), sedangkan Citosin akan berpasangan dengan Guanin. Tetapi Adenin yang merupakan bentuk sterio-isomer
akan berpasangan dengan Citosin.
Demikian pula untuk sterio-isomer
yang lain. Sterio-isomer tersebut memungkinkan sebagai faktor penyebab
terjadinya pasangan yang salah dan mengakibatkan terjadinya mutasi. Untungnya
jumlah sterio-isomer biasanya sangat
jarang atau bersifat tidak stabil, seperti halnya dengan isotop atau bentuk
kristal suatu molekul yang kita kenal.
(2) Struktur Analog. Ada
sejumlah molekul di dalam sel yang dapat berlaku sebagai asam nukleat dan
dengan demikian dapat berpasangan pada proses replikasi, ataupun transkripsi
dan translasi. Karena molekul tersebut adalah molekul yang umumnya terdapat di
dalam sel, maka molekul tersebut tidak akan dideteksi oleh sel. Dengan demikian
mungkin sekali terjadi kesalahan. Misalnya, bromo-urasil,
bromodeoksi-uridin, 2-amino-purin, inosin, hiposantin, dll. Molekul-molekul
tersebut berlaku sebagai asam nukleat pada proses replikasi atau transkripsi,
namun pada proses berikutnya tidak berfungsi tepat seperti pasangan asam
nukleat yang seharusnya berada pada rantai DNA di tempat tersebut.
(3) Inhibitor. Bebrapa molekul tertentu dapat menempati ruang
pada DNA yang seharusnya diisi oleh suatu asam nukleat. Misalnya, akridin, pseudo-uridin, metil-inosin,
ribotimidin, metil-guanosin, dan
dihidroksi-uridin. Apabila molekul-molekul tersebut menempati tempat asam
nukleat, maka pada proses berikutnya molekul-molekul tersebut tidak akan
dikenal, sehingga terjadilah penterjemahan yang salah oleh sel tersebut dan
mengubah kode genetik selanjutnya. Dengan demikian setiap inhibitor akan
menyebabkan kode genetik untuk seluruh rantai berikutnya mengalami perubahan.
(4) Radiasi. Ada
bermacam-macam radiasi. Radiasi UV, radioaktif, energi tinggi sinar matahari,
juga merupakan penyebab mutasi.
Dari
ke-empat faktor penyebab mutasi di atas, faktor ke-tiga dan faktor ke-empat
yang paling dikenal, meskipun faktor pertama adalah penyebab yang paling umum.
Ini adalah perubahan yang kita tinjau dari segi gen, namun demikian mutasi
dapat terjadi pula pada struktur yang lebih besar, mislanya mutasi pada
struktur kromosom ikut memainkan peranan penting dalam evolusi.
Terimakasih infonya ^_^, sangat membantu dalam mengerjakan tugas mat.kul Evolusi-Q,,
ReplyDeleteokey ... semoga bermanfaat!!!!
ReplyDelete