DNA vs RNA
Bagaimana
kehidupan itu mulai terjadi? Dari ekstrapolasi fosil dan dinamika gunung
berapi, diperkirakan pada awal terjadinya kehidupan, atmosfer terdiri dari H2,
NH3, H2O, N2, CO2, O2,
dan CO2. Pada masa itu, diperkirakan banyak sekali terdapat muatan
listrik di atmosfer, sehingga geledek (petir) masih sering menyambar di siang
hari. Menurut Oparin (1983), kehidupan hanya dapat terjadi apabila bahan baku utama (basa Purin dan Pirimidin) terdapat di alam. Maka percobaan dilakukan dengan
mengatur udara dengan jumlah yang sesuai dari magma yang keluar dari gunung
berapi. Udara tersebut disimpan dalam suatu alat untuk mensimulasi keadaan di
atmosfer purba. Kemudian dengan diberikan bunga api sebagai pengganti geledek.
Ternyata diperoleh sekitar sepuluh macam asam amino, aldehida dan juga HCN.
Percobaan dengan HCN dan amonia dalam alat simulasi ternyata dapat menghasilkan
Adenin, dan asam arotik. Proses fotokimia
dengan sinar matahari dapat mengubah HCN menjadi Urasil.
Sejak
tahun 1861, orang sudah memproduksi gula dari formadelhid. Pengetahuan ini
diulangi kembali pada tahun 1961, ketika ditemukan bahwa formadelhid (formalin)
yang dipolimerisasikan, ternyata membentuk gula ribosa dan bukan gula
deoksiribosa. Penemuan ini menjelaskan
bahwa RNA ternyata adalah produk yang mungkin lebih awal dari DNA. Dengan
demikian diperkirakan bahwa kehidupan awal dimulai dari RNA dan bukan DNA.
Kenyataan
ini masih menjadi masalah yang diperdebatkan dengan sejumlah argumen berbeda
antara lain:
(1)
Kelompok yang
pro DNA sebagai materi kehidupan esensial menyatakan bahwa RNA tidak stabil,
dan mudah sekali terurai, karena strukturnya hanya single strand. Dengan
demikian, mereka meyakini bahwa kehidupan dimulai dari adanya DNA.
(2)
Kelompok yang
pro RNA, mengajukan argumentasi bahwa:
·
RNA merupakan
satu-satunya produk yang mungkin dibentuk dari alam dan bukan DNA. Alasan lain
ialah bahwa DNA yang berfungsi hanyalah satu rantai saja, sedangkan templetnya
tidak akan menghasilkan apa-apa. Kehidupan primitif tidak mungkin dimulai dari
sesuatu yang kompleks.
·
Penemuan yang
terbaru pada Tetrahyemena menunjukkan
bahwa RNA yang sangat pendek sekalipun dapat berfungsi katalitik, atau sebagai
enzim. Hal ini tidak dijumpai pada DNA, oleh karena DNA tidak mempunyai gugus
2’-hidroksil. Gugus tersebut diperlukan dalam proses katalisasi, terutama pada
tRNA yang memberikan bentuk daun semanggi. DNA tidak dapat membentuk struktur
tersebut karena gugus tersebut sudah terisi oleh gugus oksigen (deoksi). Bentuk
daun semanggi dibutuhkan untuk mendapatkan kemampuan katalisis. Adalah sulit
diterima, kalau kehidupan awal terjadi tanpa katalisasi, hanya RNA yang
mempunyai sifat ini sedangkan DNA tidak.
·
Salah satu keuntungan
RNA adalah bahwa RNA dapat membelah diri dan mengadakan multiplikasi tanpa DNA.
·
Bukti lain
menunjukkan bahwa DNA hanya berfungsi sebagai cetakan. Untuk dapat berfungsi,
maka paling sedikit akan dibentuk mRNA terlebih dahulu. Dengan demikian, kehidupan
awal yang masih sederhana dapat berlangsung dengan adanya RNA. Apabila
kehidupan berawal dari DNA, maka RNA tetap harus dibentuk terlebih dahulu agar
dapat berfungsi. Organisme yang paling primitif tidak memiliki DNA.
·
Karena kehidupan
awal adalah sederhana, maka para ahli lebih cenderung meyakini bahwa RNA-lah
yang muncul terlebih dahulu. DNA adalah bentuk penyempurnaan, mengingat bahwa
RNA mudah sekali terurai.
No comments