Clostridium botulinum
Kingdom:
|
Bacteria
|
Division:
|
Firmicutes
|
Class:
|
Clostridia
|
Order:
|
Clostridiales
|
Family:
|
Clostridiaceae
|
Genus:
|
Clostridium
|
Species:
|
Clostridium
botulinum
|
Karakteristik Umum
Clostridium botulinum adalah bakteri gram positif berbentuk
batang, terdapat tunggal, berpasangan, atau dalam rantai, anaerobic, tak
berspora, tak berkapsul, motil, peritikus, memproduksi eksotoksin yang
menyebabkan botulisme,
Terdapat secara luas
di alam, kadang ada dalam feses binatang.
Terdapat enam tipe berdasarkan toksin, yaitu A, B, C, D, E, F. Pada manusia didapatkan tipe A, B, dan
E. Eksotoksin yang dikeluarkan adalah
protein dengan BM 70.000 yang termolabil (1000C-20 menit menjadi
inaktif). Dosis letal untuk manusia = 1 ɱg. Kerja toksin adalah memblokir pembentukan
atau pelepasan asetilkolin pada hubungan saraf otot sehingga terjadi kelumpuhan
otot.
Cara Penularan
C. botulinum biasanya menyebabkan
keracunan makanan oleh toksin yang termakan bersama dengan makanan. Pada beberapa kasus bakteri tumbuh dan
menghasilkan toksin pada jaringan yang mati, kemudian menyebabkan kontaminasi
luka. Makanan yang sering tercemar
dengan Clostridium adalah makanan
yang berbumbu, makanan yang diasap, makanan kalengan yang dimakan tanpa dimasak
terlebih dahulu.
Gejala
Gejalanya biasanya
setelah 18-96 jam makan toksin dengan keluhan penglihatan karena otot mata yang
tidak ada koordinasi. Sulit menelan, sulit bicara. kematian biasanya karena paralisis otot
pernafasan atau kelumpuhan jantung (cardiac
arrest). Angka kematian botulismus
adalah tinggi.
Pada botulisme bayi,
organisme yang masuk melalui makanan memproduksi toksin di usus bayi sehingga
bayi mengalami badan lemah, tidak dapat buang air besar dan lumpuh. Organisme biasanya masuk melalui madu yang
mengandung spora Clostridium botulinum.
Diagnosis
Biasanya dengan cara
mendeteksi toksin di dalam sisa makanan, dan tidak dalam serum penderita. Dapat dideteksi dengan cara reaksi
netralisasi antigen-antibodi atau secara aglutinasi sel darah merah yang
dilapisi dengan antiserum, atau dengan percobaan pada mencit yang disuntik
bahan tersangka. Kultur biasanya tidak
dilakukan.
Cara utama untuk
memperkuat diagnosis botulisme di laboratorium ialah menunjukkan adanya toksin
botulisme dalam serum atau tinja penderita atau pada makanan yang dimakan. Suntikan intraperitoneal (dalam perut) serum
atau ekstrak cairan tinja penderita atau makanan tersebut pada mencit akan
mengakibatkan kematian pada hewan tersebut, karena mencit sangat peka terhadap
toksin ini. Juga specimen tinja dan makanan itu harus dikulturkan untuk
mengisolasi organisme tersebut.
Pengobatan
Dengan pemberian
antitoksin polivalen (tipe A, B, dan C) yang disuntikkan I.V. dan secara
simptomatik terutama untuk pernafasan (pernafasan buatan). Pengobatan
Bila terjadi kelumpuhan pada pernafasan dapat
dilakukan trakeomi (bedah batang
tenggorokan) dan diberikan pernafasan buatan.
Pencegahan
Makanan yang diawetkan di rumah harus dimasak
secara baik sehingga dapat membunuh spora dan makanan harus dimasak sebelum
dimakan. Makanan rumah yang harus
diperhatikan adalah: kacang-kacangan, jagung, ikan asap atau ikan segar dalam
plastik Makanan yang mengandung toksin tidak selalu kelihatan atau menimbulkan
bau yang berbeda dari makan yang tidak tercemar
No comments