Clostridium tetani
Kingdom:
|
Bacteria
|
Division:
|
Firmicutes
|
Class:
|
Clostridia
|
Order:
|
Clostridiales
|
Family:
|
Clostridiaceae
|
Genus:
|
Clostridium
|
Species:
|
Clostridium tetani
|
Karakteristik
Clostridium
tetani adalah bakteri gram positif berbentuk batang, anaerobic berspora,
motil, memproduksi eksotoksin, berukuran panjang 2-5 mikron dan lebar 0,4-0,5
mikron. Spora dari Clostridium tetani
resisten terhadap panas dan juga biasanya terhadap antiseptis. Sporanya
juga dapat bertahan pada autoclave pada suhu 249.8°F (121°C) selama 10–15
menit. Juga resisten terhadap phenol dan agen kimia yang lainnya. Kuman ini
terdapat di tanah terutama tanah yang tercemar tinja manusia dan binatang.
Costridium tetani menghasilkan 2 eksotosin yaitu tetanospamin dan
tetanolisin. Penyakit
tetanus disebabkan oleh tetanospamin. Perkiraan dosis mematikan minimal dari
kadar toksin (tetanospamin)
adalah 2,5 nanogram per kilogram berat badan atau 175 nanogram untuk 70
kilogram (154lb) manusia.
Clostridium tetani tidak menghasilkan lipase maupun lesitinase,
tidak memecah protein dan tidak memfermentasi sakarosa dan glukosa juga tidak
menghasilkan gas H2S. Menghasilkan gelatinase, dan indol positif.
Infeksi
Tetanus terutama ditemukan di daerah tropis dan merupakan penyakit
infeksi yang penting baik dalam prevalensinya maupun angka kematiannya yang
masih tinggi . Tetanus merupakan infeksi berbahaya yang biasa mendatangkan
kematian. Infeksi ini muncul (masa inkubasi) 3 sampai 14 hari. Di dalam luka
yang dalam dan sempit sehingga terjadi suasana anaerob. Toksin, tetanospasmin,
diproduksi pada masa pertumbuhan sel,sporulasi dan lisis. Toksin ini akan
mencapai sistem syaraf pusat melalui syaraf motorik menuju ke bagian anterior
spinal cord.
Jenis-jenis luka yang sering menjadi tempat masuknya kuman Clostridium
tetani sehingga harus mendapatkan perawatan khusus adalah:
a) Luka-luka tembus pada kulit atau yang menimbulkan kerusakan luas
b) Luka bakar tingkat 2
dan 3
c) Fistula kulit atau pada sinus-sinusnya
d) Luka-luka di bawah kuku
e) Ulkus kulit yang iskemik
f) Luka bekas suntikan narkoba
g) Bekas irisan umbilicus pada bayi
h) Endometritis sesudah abortus septic
i) Abses gigi j) Mastoiditis kronis
k) Ruptur apendiks
l) Abses dan luka yang mengandung bakteri dari tinja
Gejala
Masa inkubasi tetanus umumnya antara 3-12 hari, kadang masa inkubasi
singkat selama 1-2 hari atau panjang lebih dari satu bulan. Makin pendek masa inkubasi, makin buruk
prognosisnya. Terdapat hubungan antara jarak tempat masuk kuman Clostridium tetani dengan susunan saraf
pusat, dan interval antara terjadinya luka dengan permulaan penyakit. Makin jauh tempat invasi, masa inkubasi makin
panjang.
Saat gejala muncul
kesadaran tetap ada dan rasa sakit sangat hebat. kematian biasanya karena gangguan alat-alat
pernafasan. Angka kematian pada tetanus
yang menyeluruh biasanya kurang lebih 50%.
Secara klinis tetanus dibedakan menjadi :
1. Tetanus Lokal
Ditandai dengan rasa nyeri dan spasmus otot di bagian
proksimal luka karena hanya sedikit
toksin yang masuk. Memiliki tingkat
mortilitas yang rendah.
2. Tetanus Umum
Pada awalnya terjadi kekakuan otot kepala dan otot leher,
kemudian menyebar secara kaudal ke
seluruh tubuh. Trismus yang menetap menyebabkan ekspresi wajah yang
karakteristik berupa risus sardonicus. Terjadi opistotonos karena spasme otot
pungggung. Selama periode ini penderita berada dalarn kesadaran penuh
3. Tetanus
Biasanya terjadi disfungsi saraf cranial
local dengan trauma kepala atau infeksi telinga tengah. Memilliki tingkat mortilitas yang tinggi.
Diagnosis
Diagnosis tetanus ditegakan berdasarkan gejala-gejala klinik yang khas.
Secara bakteriologi biasanya tidak diharuskan oleh karena sukar sekali
mengisolasi Clostridium tetani dari luka penderita , yang kerap kali sangat
kecil dan sulit dikenal kembali oleh penderita sekalipun.
Diagnosis tetanus dapat diketahui dari pemeriksaan fisik pasien sewaktu
istirahat, berupa :
1.Gejala
klinik
- Kejang
tetanic, trismus, dysphagia, risus sardonicus ( sardonic smile ).
2. Adanya
luka yang mendahuluinya. Luka adakalanya sudah dilupakan.
3. Kultur:
C. tetani (+).
4. Lab :
SGOT, CPK meninggi serta dijumpai myoglobinuria.
Pengobatan
1. Antibiotika :
Diberikan parenteral
Peniciline 1,2juta unit / hari selama 10 hari, IM. Sedangkan tetanus pada anak
dapat diberikan Peniciline dosis 50.000 Unit / KgBB/ 12 jam secafa IM diberikan
selama 7-10 hari. Bila sensitif terhadap peniciline, obat dapat diganti dengan
preparat lain seperti tetrasiklin dosis 30-40 mg/kgBB/ 24 jam, tetapi dosis
tidak melebihi 2 gram dan diberikan dalam dosis terbagi ( 4 dosis ). Bila
tersedia Peniciline intravena, dapat digunakan dengan dosis 200.000 unit /kgBB/
24 jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari.
Antibiotika ini hanya bertujuan membunuh
bentuk vegetatif dari C.tetani, bukan untuk toksin yang dihasilkannya. Bila
dijumpai adanya komplikasi pemberian antibiotika broad spektrum dapat
dilakukan.
2.
Antitoksin
Antitoksin dapat digunakan Human Tetanus
Immunoglobulin ( TIG) dengan dosis 3000-6000 U, satu kali pemberian saja,
secara IM tidak boleh diberikan secara intravena karena TIG mengandung
"anti complementary aggregates of globulin ", yang mana ini dapat
mencetuskan reaksi allergi yang serius. Bila TIG tidak ada, dianjurkan untuk
menggunakan tetanus antitoksin, yang berawal dari hewan, dengan dosis 40.000 U,
dengan cara pemberiannya adalah : 20.000 U dari antitoksin dimasukkan kedalam
200 cc cairan NaC1 fisiologis dan diberikan secara intravena, pemberian harus
sudah diselesaikan dalam waktu 30-45 menit. Setengah dosis yang tersisa (20.000
U) diberikan secara IM pada daerah pada sebelah luar.
3.Tetanus Toksoid
Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang
pertama,dilakukan bersamaan dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang
berbeda dengan alat suntik yang berbeda. Pemberian dilakukan secara I.M.
Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar terhadap tetanus selesai
4. Antikonvulsan
Penyebab
utama kematian pada tetanus neonatorum adalah kejang klonik
yang hebat, muscular dan
laryngeal spasm beserta komplikaisnya. Dengan penggunaan obat – obatan
sedasi/muscle relaxans, diharapkan kejang dapat diatasi. Contohnya :
- Diazepam
0,5 – 1,0 mg/kg Berat badan / 4 jam (IM)
- Meprobamat
300 – 400 mg/ 4 jam (IM)
-
Klorpromasin 25 – 75 mg/ 4 jam (IM)
-
Fenobarbital 50 – 100 mg/ 4 jam (IM)
Pencegahan
Pencegahan merupakan tindakan paling penting, yang dapat dilakukan dengan
cara :
1. imunisasi aktif dengan
toksoid
2. perawatan luka menurut cara
yang tepat
3. penggunaan antitoksi
profilaksis
Namun sampai pada saat
ini pemberian imunisasi dengan tetanus toksoid merupakan satu-satunya cara
dalam pencegahan terjadinya tetanus. Pencegahan denganpemberian imunisasi telah
dapat dimulai sejak anak berusia 2 bulan, dengan cara pemberian imunisasi aktif
(DPT atau DT).
No comments