pyloric caeca
Potensi produksi perikanan
Indonesia diketahui mencapai 65 juta
ton per tahun. Potensi tersebut sebagian besar berada di perikanan budidaya atau air tawar yang mencapai 57,7 juta
ton per tahun (DKP 2009). Dari kawasan Indonesia yang kaya dengan ikan sekitar 25
- 30% merupakan
jeroan ikan yang tidak termanfaatkan atau terbuang menjadi limbah (Ditjen Perikanan Budidaya
2007). Pyloric caeca merupakan
bagian dari jeroan ikan yang selama ini masih menjadi limbah ataupun belum
termanfaatkan
secara optimal.
Masyarakat Indonesia belum
banyak mengenal pyloric caeca karena merupakan bagian dari
usus yang terbuang dari ikan, sehingga potensinya pun belum banyak diketahui. Ikan air tawar
tropis merupakan salah satu komoditi unggulan Indonesia, tetapi dilain pihak
potensinya belum dikembangkan secara optimal. Menurut Bezerra et
al. (2001) ikan bawal air tawar (Colossoma
macropomum) merupakan salah satu jenis ikan air tawar tropis yang memiliki pyloric caeca. Ikan bawal air tawar diketahui potensinya dalam kurun waktu lima tahun (2002—2006) terjadi peningkatan produksi yang
sangat besar yaitu sebesar 251%
(DKP 2008). Bagian–bagian dalam isi perut tubuh ikan telah
banyak dikenal sebagai sumber potensial enzim-enzim yang berbeda, terutamanya
adalah enzim protease (Klomklao
et al. 2006).
Dewasa ini industri enzim telah berkembang pesat
dan menempati posisi penting dalam bidang industri (Klomklao et al. 2005). Enzim protease yaitu jenis alkali protease merupakan salah satu enzim yang terpenting
di dalam industri deterjen (Gupta et al. 2002). Enzim
alkali protease bagi industri deterjen ini paling banyak diproduksi dari jenis bakteri, jamur, atau serangga
atupun diproduksi dari bahan pengganti lainnya dari minyak bumi. Namun pada pemproduksian enzim ini dari jenis
bakteri, jamur, atau serangga
ditemukan beberapa kendala untuk memperoleh ekstrak murni enzimnya (Gupta et al. 2002, Kumar dan
Takagi 1999). Kecenderungan dan keinginan industri-industri untuk kembali ke alam (Jia et al. 2005), telah ikut pula
mengarahkan deterjen untuk memanfaatkan berbagai sumber alam yang dapat
memberikan nilai tambah yang besar.
Deterjen merupakan pembersih sintetis yang terbuat
dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Deterjen yang membedakan adalah komposisi
dan bahan tambahan (aditif). Dibanding dengan produk terdahulu yaitu sabun,
deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik
serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air (Ahmad 2004). Semakin
berkurangnya tingkat minyak bumi yang berada alam diperlukan bahan alternatif
khusus yang nantinya dapat menggantikan bahan-bahan yang berasal dari minyak
bumi.
Enzim
alkali protease murni dalam pyloric caeca ikan dapat diperoleh dengan
cara ekstraksi dan isolasi. Setelah didapatkan ekstrak murni dari enzim alkali
protease dapat dilakukan beberapa uji untuk memperlihatkan karakterisasi dari
enzim tersebut dan dilakukan pengamatan terhadap kemampuannya untuk menjadi
aditif deterjen seperti dengan halnya pada deterjen komersial pada umumnya.
Dalam hal ini diharapkan nantinya dengan bahan yang bersumber dari alam aditif
ini bisa lebih ramah lingkungan karena mudah mengalami biodegradibilitas.
Disamping itu diharapkan aditif dari enzim alkali protease dari pyloric
caeca ini mampu meningkatkan kerja deterjen karena enzim alkali protease
ini bisa bekerja aktif pada pH yang
tinggi dan memiliki spesifitas yang luas (Suhartono 2000) yaitu dapat membantu
memudahkan melepaskan kotoran yang berupa protein dan turunannya sebelum
kotoran dilepaskan oleh surfaktan. Oleh karena itu, pemanfaatan pyloric caeca yang merupakan
limbah buangan pengolahan perikanan air tawar sebagai sumber enzim alkali
protease dalam pembuatan aditif pada deterjen yang ramah lingkungan adalah
alternatif yang potensial untuk dikembangkan.
No comments