Breaking News

INFEKSI SPESIFIK TUBERKULOSIS

Definisi
Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang memberikan respon spesifik granulomatosa kronik

Insidens
Indonesia termasuk memiliki prevalensi yang tinggi infeksi tuberkulosis. Infeksi tuberkulosis saluran kemih mencapai 20 – 40% dari infeksi tuberkulosis keseluruhan di negara-negara berkembang. Selain itu infeksi tuberkulosis saat ini mulai meningkat dengan adanya infeksi HIV. Menurut Pedoman Nasional Program Penanggulangan Tuberkulosis Departemen Kesehatan RI, infeksi tuberculosis saluran kemih termasuk kategori tuberkulosis ekstra paru berat.

Patogenesis
Penyebaran infeksi tuberkulosis ke saluran kemih dan genitalia pria dengan cara hematogenik pada organ ginjal, prostat dan epididimis. Sedangkan organ lainnya penyebaran melalui urin atau perkontinuitatum dari organ yang disebutkan sebelumnya.
Diagnosis
Penegakan diagnosis tuberkulosis saluran kemih cukup sulit karena gejalanya tidak spesifik. Langkah yang penting untuk mendiagnosis infeksi ini adalah riwayat perkembangan penyakit.

Anamnesis
Riwayat pernah mengalami infeksi tuberkulosis sebelumnya (terutama pada paru) merupakan petunjuk yang penting.
Riwayat gangguan miksi dan urgency yang kronik yang tidak respon terhadap pemberian antibiotika sering menunjukkan infeksi tuberkulosis.
Perlu diperhatikan pasien dengan memiliki rasa lemas disertai keluhan gangguan saluran kemih yang lama tanpa disertai penyebab yang jelas.
Gejala yang dapat terjadi, nyeri pada punggung, pinggang dan suprapubik, hematuria, frequency dan nokturia. Gejala tambahan lain demam, penurunan berat badan dan keringat malam.

Pemeriksaan fisik
Pemeriksan fisik umum :
indeks masa tubuh yang rendah
infeksi tuberkulosis di luar traktus urogenital (paru, tulang, limpa, tonsil dan usus).

Pemeriksaan urologis :
Ginjal : nyeri tekan, massa pada ginjal, abses
Suprapubik : adanya nyeri tekan
Genitalia eksterna : penebalan, pengerasan atau perlunakan pada epiodidimis, ditemukannya sinus kronik
Prostat : adanya indurasi atau nodul

Pemeriksaan penunjang
Tes tuberkulin :
Dilakukan penyuntikan protein tuberkulin secara intra dermal è reaksi inflamasi pada lokasi penyuntikan akan mencapai ukuran maksimalnya setelah 48 – 72 jam setelah penyuntikan. Respon tubuh dapat berkurang pada keadaan kurang gizi, dalam terapi steroid, dalam terapi radiasi, pasien dengan AIDS atau kanker.
Hasil tes tuberkulin yang positif menunjang diagnosis tuberkulosis tetapi hasil negatif tidak berarti menyingkirkan kemungkinan adanya manifestasi ekstra pulmonal.

Pemeriksaan urin
Pada pemeriksaan dapat ditemukan sel darah merah, leukosit, konsentrasi dan pH urin. Walaupun sering memberikan hasil steril akan tetapi tetap perlu dilakukan kultur urin karena pada 20 % kasus dapat disertai infeksi bakteri sekunder.
Pemeriksaan mikroskopik bakteri tahan asam tetap perlu dilakukan walaupun tidak dapat diandalkan karena sering didapat M. smegmatis yang juga merupakan bakteri tahan asam.
Penegakkan diagnosis berdasarkan hasil kultur dengan media yang khusus (media Lowenstein Jensen dan media telur pyruvic). Pengambilan urin dilakukan pada pagi hari selama 3 hari berturut – turut (atau dapat mencapai 5 hari.
Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) pada urin memiliki sensitifitas dan spesifisitas mencapai 80 % untuk mendiagnosis kuman M. Tuberculosis

Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis untuk menentukan derajat kerusakan yang terjadi akibat proses infeksi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan foto polos abdomen, IVP, RPG, USG dan CT scan.

Pemeriksaan endoskopi
Pemeriksaan endoskopi bertujuan untuk menilai kondisi buli-buli serta dapat untuk mengambil sampel urin dari ginjal pada sisi yang dianggap terinfeksi

Pemeriksaan biopsi
Biopsi dapat dilakukan pada buli-buli dan epididimis. Biopsi buli dikontraindikasi bila terdapat tuberkulosis sistitis akut berupa gejala seperti sistitis akut dan pada sistoskopi didapatkan dinding buli yang hiperemis dan edema.

Penatalaksanaan
Terapi medikamentosa
Terapi medikamentosa merupakan terapi utama untuk infeksi tuberkulosis. Berdasarkan kepustakaan, melalui follow up selama 40 tahun, dilaporkan masa pemberian terapi antituberkulosis minimal 6 bulan. Berdasarkan WHO dan Departemen Kesehatan RI, pemberian obat antituberkulosis untuk tuberkulosis saluran kemih termasuk kategori 1 : yaitu
  1. Fase awal (intensif) : 2 HRZE : 2 bulan diberikan obat berupa
Isoniazid (H)
Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kg BB
Rifampisin (R)
Dosis harian yang dianjurkan 10 mg/kg BB
Pirazinamid (Z)
Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB
Etambutol (E)
Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB
  1. Fase lanjutan :
4 bulan diberikan Isoniazid dengan dosis 10 mg/ kg 3 kali seminggu dan Rifampisin dengan dosis harian yang dianjurkan 10 mg/kg BB 3 kali seminggu (4 H3R3)

Tabel. Panduan Pemberian Obat Antituberkulosis (Kategori 1 menurut Departemen Kesehatan RI)
Tahap
Pengobatan
Lamanya pengobatan
Dosis per hari / kali
Jumlah hari / kali menelan obat
Tablet Isoniazid @ 300 mg
Tablet Rifampisin @ 450 mg
Tablet Pirazinamid @ 500 mg
Tablet Ethambutol @ 250 mg
Tahap Intensif (dosis harian)
2 bulan
1
1
3
3
60
Tahap lanjutan (dosis 3 x seminggu)
4 bulan
2
1
---
---
54
                                                                                                                                *untuk berat badan 33 – 50 kg

Pada kasus sulit seperti rekurens tuberkulosis, imunosupresi dan HIV, pemberian antituberkulosis dapat mencapai 9 – 12 bulan.
Pada kasus multi drug resistence diberikan terapi yang terdiri dari 4 jenis obat yang dipilih berdasarkan tes resistensi obat seperti ethionamide, prothionamide, quinolones, clarithromycin, cycloserin, kanamycin, viomycin, caproemycin, thiaacetazone dan pa-amino-salicide acid.

Terapi pembedahan
Terapi pembedahan merupakan terapi pertama pada kasus sepsis dan abses. Abses harus segera didrainase. Nefrektomi dilakukan pada ginjal yang tidak berfungsi, menimbulkan komplikasi hipertensi atau ditemukan bersamaan dengan tumor ginjal. Epididimectomy dilakukan pada kasus abses yang tidak respon terhadap terapi atau pembengkakan yang tidak berkurang atau bertambah besar pada saat terapi antituberkulosis
Terapi pembedahan rekonstruksi dilakukan untuk mengkoreksi komplikasi yang ditimbulkan akibat infeksi.
Terapi pembedahan baru dapat dilakukan setelah pasien mendapatkan minimal 4 minggu pemberian antituberkulosis.

No comments