Breaking News

ANTIBIOTIKA PROFILAKSIS PERIOPERATIF DI BIDANG UROLOGI

Pendahuluan
Antibiotika profilaksis perioperatif masih menimbulkan kontroversi sejak 50 tahun dikenalkan. Antibiotika ini merupakan salah satu komponen pencegahan infeksi nosokomial. Pemberian antibiotika ini tidak dapat menggantikan tindakan intervensi yang tidak baik.
Tujuan dari pemberian antibiotika profilaksis perioperatif adalah membatasi infeksi yang berhubungan dengan tindakan intervensi.

Kebutuhan pemberian tindakan antibiotika profilaksis perioperatif tergantung dari tindakan intervensi dan faktor risiko individu. Faktor yang meningkatkan risiko infeksi pada intervensi urologi dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Faktor resiko yang meningkatkan resiko infeksi pada intervensi urologi
Faktor resiko karena :
Kondisi pasien
Peningkatan jumlah bakteri
• Penurunan kondisi umum
• Disfungsi metabolik (seperti diabetes mellitus)
• Immunosuppressi
• Re-operasi
• Resiko khusus (katup jantung buatan)
• Operasi yang berhubungan dengan segmen usus
• Biopsi prostat transrektal 
• Penggunaan kateter jangka panjang
• Kondisi obstruksi


Pilihan antibiotika
Antibiotika yang cocok harus memiliki efektivitas yang tinggi, ditoleransi dengan baik dan murah. Spektrum antibakterinya harus mencakup seluruh flora normal dan patogen yang biasanya terdapat pada tempat operasi dan di atas kulit sekitar dan membran mukosa.
Pada penderita yang dirawat lama sebelum operasi, harus dipertimbangkan spektrum bakteri nosokomial lokal dan pola resistensinya.
Data dari EAU guidelines, kuman tersering sebagai penyebab infeksi nosokomial dan infeksi luka operasi adalah Escherichia coli, Proteus mirabilis, Enterococci, Pseudomonas spp., Staphylococci spp., Candida spp.
Waktu pemberian antibiotika profilaksis perioperatif antara < 1 jam sebelum operasi, sampai maksimal 24 jam pasca operasi. Pemberian antiobiotika profilaksis perioperatif kurang bermanfaat bila diberikan > 1 jam sebelum operasi atau setelah penutupan kulit.



Tabel2. Rekomendasi antibiotika profilaksis perioperatif urologi (EAU Guidelines)
Prosedur
Patogen terbanyak
Antibiotika pilihan
Antibiotika Alternatif
Keterangan
Operasi terbuka
Traktus urinarius dengan segmen saluran cerna

Enterobacteriaceae Enterococci Anaerobes
Wound infection: Staphylococci
Aminopenicillin/BLI Sefalosporin (Generasi ke-2) /metronidazole
Pasien resiko tinggi: * Sefalosporin (Generasi ke-3) * Acylaminopenicillin/BLI
Semua pasien
Traktus urinarius tanpa segmen saluran cerna

Enterobacteriaceae Enterococci
Wound infection: Staphylococci
Fluoroquinolon* Sefalosporin (Generasi ke-2) Aminopenicillin/BLI
Pasien resiko tinggi: * Sefalosporin (Generasi ke-3) * Acylaminopenicillin/BLI
Pasien dengan resiko tinggi infeksi
Implant/prosthesis: penis, sfingter
Staphylococci
Sefalosporin (Generasi ke-1 atau 2)

Semua pasien
Operasi Rekonstrusi  genital 
Staphylococci
Sefalosporin (Generasi ke-1 atau 2)

Pada operasi sekunder dan pasien dengan resiko tinggi infeksi 
Intervensi lain di luar traktus urinarius
Staphylococci
Sefalosporin (Generasi ke-1 atau 2)

Pasien dengan resiko tinggi infeksi



Operasi dengan instrumentasi endoskopi
Uretra, Prostat, Buli-buli, Ureter dan ginjal termasuk Percutaneous litholapaxy dan ESWL
Enterobacteriaceae Staphylococci Enterococci
Fluoroquinolon* Aminopenicillin/BLI Sefalosporin (Generasi ke-2)
Fosfomycin trometamol
Co-trimoxazole Aminoglycosida
Pasien dengan resiko tinggi infeksi
Diagnostik intervensi
Biopsi prostat transrektal (dengan jarum besar)
Enterobacteriaceae Enterococci Anaerobes Streptococci
Fluoroquinolon* Aminopenicillin/BLI Sefalosporin (Generasi ke-2) / metronidazole
Aminoglikosida
Co-trimoxazole
Semua pasien
Biopsi prostat perineal Uretrosistoskopi Ureterorenoskopi Percutaneous pieloskopi
Prosedur laparoskopi
Enterobacteriaceae Enterococci Staphylococci
Fluoroquinolon* Aminopenicillin/BLI Sefalosporin (Generasi ke-2)
Co-trimoxazole
Pasien dengan resiko tinggi infeksi

No comments