Makhluk hidup diciptakan pada saat yang paling “sesuai” baginya
Penelitian catatan fosil
sesungguhnya menunjukkan, makhluk hidup muncul di masa yang paling cocok
baginya. Tuhan telah menciptakan makhluk hidup secara luar biasa. Makhluk hidup
diciptakan tepat sesuai dengan keadaan yang akan dihadapinya saat muncul di
Bumi.
Mari kita lihat contoh berikut
ini: Bumi di kala fosil bakteri tertua muncul, yakni sekitar 3,5 miliar tahun
yang silam. Kondisi suhu dan atmosfer waktu itu sama sekali tidak cocok untuk
mendukung kehidupan makhluk berstruktur kompleks ataupun manusia. Demikian juga
zaman Kambrium, yang menurut Kence, apabila ditemukan fosil manusia pada masa
itu, teori evolusi akan runtuh. Periode ini, sekitar 530 juta tahun silam,
benar-benar tak cocok bagi manusia. (Saat itu tak ada hewan di darat).
Keadaan serupa juga tampak pada
hampir seluruh zaman sesudahnya. Penelitian catatan fosil menunjukkan bahwa
kondisi yang dapat mendukung kehidupan manusia baru tercapai beberapa juta
tahun yang silam. Hal yang sama ini berlaku pula pada seluruh makhluk hidup
lainnya. Setiap kelompok makhluk hidup muncul apabila kondisi yang mendukung
bagi kehidupannya telah tercapai, dengan kata lain, “bila waktunya sudah
tepat”.
Kaum evolusionis menentang fakta
ini sekuat tenaga. Mereka mengatakan bahwa kondisi pendukung itu sendirilah
yang telah memunculkan makhluk hidup. Padahal, terciptanya “kondisi pendukung”
hanyalah tanda bahwa “saat yang tepat telah tiba”. Makhluk hidup hanya dapat
muncul melalui sebuah campur tangan yang memiliki kesadaran – dengan kata lain,
melalui penciptaan oleh kekuatan hebat di luar alam.
Karena itu, munculnya makhluk
hidup secara bertahap bukanlah bukti evolusi, melainkan bukti kebijaksanaan dan
pengetahuan Tuhan yang tak terhingga, Yang menciptakan makhluk hidup. Setiap
kelompok makhluk hidup diciptakan untuk menyiapkan kondisi yang sesuai bagi
kemunculan kelompok makhluk hidup berikutnya. Dan bagi kita, keseimbangan
ekologis dengan seluruh makhluk hidup disiapkan terlebih dahulu dalam rentang
waktu yang cukup panjang.
Di lain pihak, kita harus ingat
bahwa periode panjang itu hanya dirasakan “panjang” oleh kita. Bagi Tuhan, itu
hanyalah “sesaat” saja. Konsep waktu hanya berlaku bagi makhluk, bukan
Pencipta. Tuhan, Pencipta waktu itu sendiri, tidaklah terikat oleh waktu.
(Lihat lebih jauh dalam buku Harun Yahya: Timelessness
and the Reality of Fate)
Jika kaum evolusionis hendak
menunjukkan bahwa satu spesies berubah menjadi spesies lain, tak ada gunanya
berkata bahwa makhluk hidup muncul di Bumi selangkah demi selangkah. Bukti yang
harus mereka kemukakan adalah fosil makhluk peralihan yang menghubungkan
antarspesies makhluk hidup yang berbeda ini. Teori yang menyatakan bahwa
invertebrata berubah menjadi ikan, ikan menjadi reptil, reptil menjadi burung
dan mamalia, harus didukung fosil sebagai buktinya. Darwin sadar akan hal itu
dan menuliskan bahwa fosil semacam ini harus ditemukan dalam jumlah tak
terhitung banyaknya, walaupun sejauh ini tidak pernah ditemukan satu pun.
Selama 150 tahun setelah teori Darwin diajukan, fosil makhluk peralihan belum
pernah ditemukan. Seperti yang diakui oleh Derek W. Ager, seorang evolusionis
ahli paleontologi, catatan fosil menunjukkan “bukan evolusi bertahap, melainkan sebuah ledakan tiba-tiba sekelompok
makhluk hidup di atas kepunahan kelompok yang lain.”
Sebagai kesimpulan, sejarah
kehidupan menunjukkan bahwa makhluk hidup muncul bukan sebagai hasil peristiwa
kebetulan, melainkan diciptakan tahap demi tahap, dalam periode yang amat
panjang. Ini amat sesuai dengan keterangan tentang penciptaan dalam Al Qur’an,
yang di dalamnya Tuhan berfirman bahwa Dia menciptakan alam semesta dan semua
makhluk hidup dalam “enam hari”:
Allah-lah
yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam
masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Tidak ada bagi kamu selain
daripada-Nya seorang penolong pun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at.
Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (QS. As Sajdah, 32:4)
Kata “hari” dalam ayat itu, atau yawm dalam bahasa Arab, juga berarti
selang waktu yang panjang. Dengan kata lain, Al Qur’an menyebutkan bahwa
kehidupan diciptakan dalam beberapa masa yang berbeda, tidak sekaligus.
Penemuan di bidang geologi di zaman modern memberikan gambaran yang menegaskan hal
ini.
Post Comment
No comments