Mycobacterium leprae
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Bacteria
Filum :
Actinobacteria
Class :
Actinomycetales
Ordo :
Corynebacterineae
Family :
Mycobacteriaceae
Genus :
Mycobacterium
Spesies : Mycobacterium leprae
Mycobacterium
leprae, juga disebut Basillus Hansen, adalah bakteri
yang menyebabkan penyakit kusta (penyakit Hansen) yaitu infeksi menahun yang terutama
ditandai oleh adanya kerusakan saraf perifer (saraf diluar otak dan medulla
spinalis), kulit, selaput lendir hidung, buah zakar (testis) dan
mata. Bakteri ini
merupakan bakteri intraselular. M. leprae merupakan gram-positif berbentuk tongkat (basil). Mycobacterium leprae mirip dengan Mycobacterium tuberculosis dalam
besar dan bentuknya.
Cara Penularan
Cara penularan lepra belum diketahui secara pasti.
Jika seorang penderita lepra berat dan tidak diobati bersih, maka bakteri akan
menyebar ke udara. Sekitar 50% penderita mungkin tertular karena erhubungan
dekat dengan seorang yang terinfeksi. Infeksi juga mungkin ditularkan melalui
tanah, armadillo, kutu busuk dan nyamuk.
Sekitar 95% orang yang terpapar oleh bakteri lepra tidak menderita lepra karena sistem kekebalannya berhasil melawan infeksi. Penyakit yang terjadi bisa ringan (lepra tuberkuloid) atau berat (lepra lepromatosa). Penderita lepra ringan tidak dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain. Lebih dari 5 juta penduduk dunia yang terinfeksi leh kuman ini. Lepra paling banyak terdapat di Asia, Afrika, Amerika Latin dan kepulauan Samudra Pasifik. Infeksi dapat terjadi pada semua umur, paling sering mulai dari usia 20-an dan 30-an. Bentuk lepromatosa 2 kali lebih sering ditemukan pada pria.
Sekitar 95% orang yang terpapar oleh bakteri lepra tidak menderita lepra karena sistem kekebalannya berhasil melawan infeksi. Penyakit yang terjadi bisa ringan (lepra tuberkuloid) atau berat (lepra lepromatosa). Penderita lepra ringan tidak dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain. Lebih dari 5 juta penduduk dunia yang terinfeksi leh kuman ini. Lepra paling banyak terdapat di Asia, Afrika, Amerika Latin dan kepulauan Samudra Pasifik. Infeksi dapat terjadi pada semua umur, paling sering mulai dari usia 20-an dan 30-an. Bentuk lepromatosa 2 kali lebih sering ditemukan pada pria.
Bakteri penyebab lepra berkembang biak sangat lambat, sehingga gejalanya baru muncul minimal 1 tahun setelah terinfeksi (rata-rata muncul pada tahun ke-5-7).
Gejala dan tanda yang muncul tergantung kepada respon kekebalan penderita.
Jenis lepra menentukan prognosis jangka panjang, komplikasi yang mungkin terjadi dan kebutuhan akan antibiotik.
.● Lepra
tuberkuloid
ditandai dengan
ruam kulit berupa 1 atau beberapa daerah putih yang datar. Daerah tersebut bebal terhadap sentuhan
karena mikobakteri telah merusak
saraf-sarafnya.
● Lepra
lepromatosa
ditandai dengan
munculnya benjolan kecil atau ruam menonjol yang lebih besar dengan berbagai
ukuran dan bentuk. Terjadi kerontokan rambut tubuh, termasuk alis dan bulu mata
● Lepra
perbatasan
merupakan suatu
keadaan yang tidak stabil, yang memiliki gambaran kedua bentuk lepra Jika keadaannya membaik,
maka akan menyerupai lepra Tuberkuloid,
jika kaeadaannya memburuk, maka akan menyerupai lepra lepromatosa. Selama perjalanan
penyakitnya, baik diobati maupun tidak diobati, bisa terjadi reaksi kekebalan
tertentu, yang kadang timbul sebagai demam dan peradangan kulit, saraf tepi dan
kelenjar getah bening, sendi, buah zakar, ginjal, hati dan mata. Pengobatan
yang diberikan tergantung kepada jenis dan beratnya reaksi, bisa diberikan
kostikosteroid atau talidomid.
Mycobacterium leprae adalah satu-satunya bakteri yang menginfeksi saraf tepi dan hampir semua komplikasinya merupakan akibat langsung dari masuknya bakteri ke dalam saraf tepi. Bakteri ini tidak menyerang otak dan medulla spinalis.
Kemampuan untuk merasakan sentuhan, nyeri, panas dan dingin menurun, sehingga penderita yang mengalami kerusakan saraf tepi tidak menyadari adanya luka bakar, luka sayat atau mereka melukai dirinya sendiri. Kerusakan saraf tepi juga menyebabkan kelemahan otot yang menyebabkan jari-jari tangan seperti sedang mencakar dan kaki terkulai. Karena itu penderita lepra menjadi tampak mengerikan.
Penderita juga memiliki luka di telapak kakinya. Kerusakan pada saluran udara di hidung bisa menyebabkan hidung tersumbat. Kerusakan mata dapat menyebabkan kebutaan.
Penderita lepra lepromatosa dapat menjadi impoten
dan mandul, karena infeksi ini dapat menurunkan kadar testosteron dan jumlah
sperma yang dihasilkan oleh testis.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh jaringan kulit yang terinfeksi
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh jaringan kulit yang terinfeksi
Pengobatan
Antibiotik dapat menahan perkembangan penyakit atau bahkan menyembuhkannya. Beberapa mikobakterium mungkin resisten terhadap obat tertentu, karena itu sebaiknya diberikan lebih dari 1 macam obat, terutama pada penderita lepra lepromatosa.
Antibiotik dapat menahan perkembangan penyakit atau bahkan menyembuhkannya. Beberapa mikobakterium mungkin resisten terhadap obat tertentu, karena itu sebaiknya diberikan lebih dari 1 macam obat, terutama pada penderita lepra lepromatosa.
Antibiotik yang paling banyak digunakan untuk
mengobati lepra adalah dapson, relatif tidak mahal dan biasanya aman. Kadang
obat ini menyebabkan reaksi alergi berupa ruam kulit dan anemia.
Rifampicin adalah obat yang lebih mahal dan
lebih kuat daripada dapson. Efek samping yang paling serius adalah kerusakan
hati dan gejala-gejala yang menyerupai flu.
Antibiotik lainnya yang bisa diberikan adalah klofazimin, etionamid, misiklin, klaritromisin dan ofloksasin.
Antibiotik lainnya yang bisa diberikan adalah klofazimin, etionamid, misiklin, klaritromisin dan ofloksasin.
Terapi antibiotik harus dilanjutkan selama
beberapa waktu karena bakteri penyebab lepra sulit dilenyapkan. Pengobatan bisa
dilanjutkan sampai 6 bulan atau lebih, tergantung kepada beratnya infeksi dan
penilaian dokter. Banyak penderita lepra lepromatosa yang mengkonsumsi dapson
seumur hidupnya.
Dulu perubahan bentuk anggota tubuh akibat lepra menyebabkan penderitanya diasingkan dan diisolasi. Pengobatan dini bisa mencegah atau memperbaiki kelainan bentuk, tetapi penderita cenderung mengalami masalah psikis dan sosial. Tidak perlu dilakukan isolasi. Lepra hanya menular jika terdapat dalam bentuk lepromatosa yang tidak diobati dan itupun tidak mudah ditularkan kepada orang lain.
Selain itu, sebagian besar secara alami memiliki kekebalan terhadap lepra dan hanya orang yang tinggal serumah dalam jangka waktu yang lama yang memiliki resiko tertular.
Dokter dan perawat yang mengobati penderita lepra tampaknya tidak memiliki resiko tertular.
No comments